Wawancara Eksklusif Dengan Senior Konselor CBN Atas Puasa Daniel Eni Juner

Nasional / 18 January 2010

Kalangan Sendiri

Wawancara Eksklusif Dengan Senior Konselor CBN Atas Puasa Daniel Eni Juner

Lestari99 Official Writer
3559

Kasus meninggalnya Eni Juner (24) di tengah ritual puasa 40 harinya telah menimbulkan kehebohan di berbagai kalangan, terutama kalangan Kristen di tanah air ini. Kecaman dan dukungan datang silih berganti. Puasa 40 hari yang dilakukan Eni dan rekan-rekannya bukanlah hal yang aneh bagi lingkungan gereja dan orang Kristen. Tapi puasa yang berakhir dengan kematian Eni pada 5 Januari 2009 lalu telah membuat peristiwa ini menjadi heboh. Ditambah lagi rekan-rekan Eni membiarkan jasadnya membusuk karena mereka meyakini bahwa Eni akan bangkit pada hari kelima.

Menanggapi hal ini, Jawaban.Com melakukan wawancara eksklusif dengan salah seorang senior konselor CBN selaku Supervisor Departemen Outreach CBN Indonesia, Timotius Manggala. Berikut wawancara yang diadakan dengan beliau:

Jawaban.Com: Bagaimana tanggapan Anda secara pribadi perihal kasus meninggalnya Eni Juner dalam rangka puasa Daniel 40 hari berdoa bagi bangsa dan negara?

Timotius Manggala: Kalau menurut saya, apa yang dilakukannya itu benar, karena puasa yang mereka lakukan itu lahir dari kerinduan hati untuk melihat kondisi bangsa ini berubah.

Kesalahan yang mereka lakukan adalah mereka (khususnya Eni) memaksakan kapasitas mereka untuk terus berpuasa padahal kekuatan atau daya tahan dari setiap orang itu berbeda. Ada orang yang puasa 40 hari hanya dengan minum jus tanpa makan, bisa tetap bertahan hidup. Ada juga yang hanya minum air putih bisa tetap hidup. Teman-teman Eni sendiri bisa bertahan hidup, tapi Eni pada akhirnya meninggal.

JC: Jadi menurut Anda, apa yang mereka lakukan itu bukan hal yang sesat?

TM: Ya, itu bukan hal yang sesat. Mereka memiliki kerinduan hati atas bangsa ini dan ini bukan suatu hal yang salah. Hanya saja mereka memiliki konsep yang salah akan puasa dan kebangkitan. Tapi itu bisa dilihat sebagai hal yang wajar sebagaimana anak muda memiliki idealisme yang tinggi.

Karena memang untuk berpuasa, setiap orang memiliki kapasitasnya masing-masing. Dan mengenai keyakinan rekan-rekannya bahwa Eni akan bangkit pada hari kelima karena salah seorang dari mereka mendapat penglihatan akan hal itu, sebenarnya hal itu dapat dilihat sebagai sebuah konsep yang salah. Konsep yang salah karena mereka diam saja ketika akhirnya Eni meninggal dunia, bahkan jasadnya dibiarkan membusuk. Dan akhirnya fakta ini justru menjadi olok-olokan di banyak kalangan.

Iman atau bukan, apakah itu berasal dari Tuhan atau bukan, hal itu akan terlihat dari hasilnya. Karena iman dalam Ibrani 11:1 juga menyatakan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Jadi iman pasti akan terbukti. 

JC: Jadi, sejauh mana batasan-batasan yang harus kita lakukan ketika berpuasa?

TM: Setiap orang yang dekat dengan Tuhan pasti akan dibawa untuk berpuasa pada akhirnya. Orang yang memiliki hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan akan mengerti bagaimana ia harus merendahkan diri dan berdiam diri di hadapan Tuhan. Setiap orang memiliki kapasitas dan batas kekuatannya masing-masing. Jadi meskipun ada program puasa 40 hari dari gereja sekalipun, bukan berarti ia harus memaksakan diri melakukan hal itu. Karena puasa bukan bicara soal program, tapi bagaimana seseorang belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengendalikan keinginan daging mereka.

Bahkan secara medis dikatakan seorang manusia normal bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum selama tiga hari. Tapi lebih dari itu, mereka pasti akan menjadi lemah. Jadi balik lagi, batasannya bisa dilihat dari kapasitas daya tahan masing-masing dan bagaimana hubungan dia dengan Tuhan sebenarnya.

JC: Sebenarnya puasa apa saja yang diajarkan oleh Alkitab?

TM: Secara garis besar ada tiga puasa yang banyak dikhotbahkan dan didengung-dengungkan di gereja, yaitu:

Puasa Daniel: puasa yang menjauhkan diri dari makanan enak terutama daging-dagingan (vegetarian).

Puasa Ester: puasa yang dilakukan 3 hari 3 malam tanpa makan dan minum (bahkan untuk hal ini Tuhan tahu batas kemampuan seseorang untuk tidak makan dan minum).

Puasa 40 hari: Puasa yang dilakukan Yesus dan Musa. Dalam kondisi ini, tidak ada hal lain yang dilakukan selain berdiam diri di hadapan Tuhan (tidak melakukan pekerjaan yang lain).

JC: Sebagai pertanyaan terakhir, bagaimana seharusnya kita sebagai orang Kristen menanggapi hal ini?

TM: Kita harus melihatnya secara bijaksana, melihat dulu kronologis peristiwanya dari awal dan bukannya langsung menghakimi. Karena kalau saja Eni tidak meninggal, maka ini hanyalah suatu hal yang biasa, bukan berita yang besar. Tapi karena Eni meninggal maka peristiwa ini menjadi berita yang menghebohkan. Jadi sebagai orang Kristen, bersikaplah bijaksana dalam menanggapi hal ini.

Sumber : Jawaban.Com
Halaman :
1

Ikuti Kami