Misionaris Muda Coba Bebaskan Korea Utara

Internasional / 11 January 2010

Kalangan Sendiri

Misionaris Muda Coba Bebaskan Korea Utara

Puji Astuti Official Writer
4959

Korea Utara adalah salah satu negara yang paling represif di dunia bagi orang Kristen, tapi itu tidak menghentikan seorang misionaris dari Amerika yang masih muda memasuki daerah itu untuk membuat dunia melihat keadaan hak azasi manusia di negara tersebut.

Hari sebelum menyeberang ke Korea Utara, Robert Park (28), mengatakan kepada wartawan ia bersedia memberikan hidupnya untuk berbagi Injil dengan Korea Utara.

"Aku seorang Kristen dan dalam Alkitab dikatakan kita harus mengasihi yang terhilang," ujar Park. "Kita harus mengasihi orang miskin dan yang membutuhkan. Kita harus mengasihi mereka lebih dari diri kita sendiri."

"Aku bersedia mati demi membebaskan Korea Utara," lanjutnya. "Secara pribadi, itu adalah mengerikan dan sulit bagi saya untuk berpikir tentang dieksekusi dan dipukuli, tetapi sebagai seorang Kristen saya harus menyangkal perasaan itu."

Park ditangkap di perbatasan Korea Utara dan sekarang nasibnya tidak diketahui.

Pada malam Natal, ia memasuki negara tersebut dengan menyeberangi Sungai Tumen beku dari Cina. Dia membawa bersamanya surat yang panjang untuk pemimpin Korea Utara Kim Jong-il yang mendesaknya untuk menerima kasih Allah dan untuk mengundurkan diri dari kekuasaan.

Park mengatakan dia melakukan ini untuk meningkatkan perhatian global tentang penderitaan rakyat Korea Utara.

"Sebuah bangsa yang menjalankan kamp-kamp konsentrasi, sebuah bangsa yang membunuh pria, wanita dan anak-anak tanpa batasan apa pun tidak pernah dapat dipercaya," katanya.

Terdapat sekitar 200.000 tahanan politik yang mendekam di kamp-kamp konsentrasi yang besar. Ribuan dari mereka adalah orang Kristen dan 30.000 orang dilaporkan Korea Utara diyakini mempraktekkan Kekristenan secara tersembunyi.

Menurut saksi mata, Park membawa Alkitab dan berteriak, "God Loves You" dan "God Bless You" ketika ia sampai persimpangan. Ia langsung ditahan oleh pengawal Korea Utara.

"Memproklamirkan kekristenan adalah serangan langsung pada rezim Kim Jong-il, karena semua orang di Korea Utara diharuskan untuk menyembah Kim Jong-il," jelas Suzanne Scholte dari Koalisi Kebebasan Korea Utara. "Kim Jong-il adalah Tuhan mereka dan Kekristenan adalah sesuatu yang dikutuk dan dapat mengakibatkan dieksekusi."

Park menyatakan kepada Reuters bahwa ia tidak ingin pemerintah AS untuk membebaskannya sampai orang Korea Utara bebas.

"Permintaan saya adalah bahwa saya tidak ingin dibebaskan. Aku tidak ingin Presiden Obama untuk datang dan mencoba untuk membayar bagi saya untuk keluar," katanya. "Tapi aku ingin orang-orang Korea Utara untuk bebas. Kamp-kamp konsentrasi harus dibebaskan. Sampai mereka dibebaskan, aku tidak mau keluar."

Di Seoul, Korea Selatan, dan di rumahnya kota Tucson, Ariz, keluarga dan teman-temannya mengadakan doa vigils untuknya. Banyak dari mereka yang telah menyaksikan wawancara online mengagumi dia karena keberanian dan semangatnya.

"Dia benar-benar orang yang luar biasa dari Tuhan dan memiliki hati yang penuh belas kasih," kata teman Park, Maggie Drabing. "Dan dia benar-benar mencintai orang-orang dan benar-benar mencintai Tuhan."

Park hanya bisa berharap dan berdoa untuk belas kasihan dari pemerintah Korea Utara. Menyebrang secara ilegal ke negara tersebut dapat dijatuhi hukuman tiga tahun penjara.

Beberapa aktivis takut dia bisa dituduh mencoba menggunakan agama Kristen untuk meruntuhkan rezim - sebuah kejahatan yang membawa hukuman mati.

Sumber : CBN.com
Halaman :
1

Ikuti Kami