Wibowo Harjanto, Pengusaha Gorden Tanpa Modal Usaha

Entrepreneurship / 4 December 2009

Kalangan Sendiri

Wibowo Harjanto, Pengusaha Gorden Tanpa Modal Usaha

Lestari99 Official Writer
19388

Berawal dengan menjadi buruh di sebuah pabrik gorden di Bandung, saat ini Wibowo Harjanto (37) membuka usaha sejenis sampai beberapa toko di Jakarta. Dunia gorden telah menjadi pilihan Wibowo. Sekeluarnya dari pabrik tempatnya bekerja di Bandung pada tahun 1998, Wibowo bertekad untuk memulai usaha gordennya.

Bermodalkan pengalaman, Wibowo sungguh-sungguh memahami seluk-beluk gorden. Salah satu kesimpulan yang dipahaminya adalah konsumen senang dengan motif gorden yang beraneka ragam. Tapi Wibowo sempat terpentok pada modal usaha yang tidak dimilikinya saat itu.

Menolak untuk menyerah, Wibowo pun mendekati pemilik pabrik gorden di Bandung yang masih terhitung keluarga. Dengan penuh keyakinan, Wibowo menawar agar ia bisa mengambil gorden terlebih dahulu dan membayarnya belakangan dengan cara mencicil.

Mula-mula Wibowo diberikan gorden seharga Rp25 juta, dan dalam waktu lima bulan berselang menigkat menjadi Ro100 juta. Tanpa kenal lelah Wibowo menawarkan gordennya door to door dari toko ke toko. Setelah memutar' gorden seharga Rp100 juta, Wibowo mendapatkan untung Rp25 juta. Keuntungan itu dipakainya sebagian untuk modal usaha dan sisanya untuk biaya menikah.

Pada tahun 2002 impian Wibowo pun akhirnya terwujud, ia berhasil membuka sebuah toko. Wibowo mengambil salah satu ruko di Cempaka Mas, Jakarta. "Toko saya gunakan sebagai tempat stok barang yang akan dijual ke luar kota. Sisanya gorden, vitrage, wall paper saya pasarkan di Jakarta," ujar Wibowo.

Sejalan dengan waktu, usaha Wibowo pun semakin berkembang. Tokonya bertambah menjadi dua, di Pasar Baru, Jakarta Pusat dan Mall Pluit, Jakarta Utara. Karyawannya pun bertambah menjadi 9 orang. Namun usaha yang dijalaninya bukan berarti lepas dari masalah. Salah satunya adalah piutang dari konsumennya yang tak kunjung lunas. "Bahkan ada yang sampai menunggak Rp2 miliar. Pembayarannya macet," tutur Wibowo.

Masalah piutang yang cukup besar seperti ini tentu saja dapat mematikan usahanya. Karena sebagai toko, Wibowo juga harus memiliki modal untuk membeli stok barang. "Kadang mereka baru bisa membayar lima bulan kemudian. Yang Rp2 miliar itu bahkan dilunasi selama 2 tahun dengan mencicil. Terpaksa saya yang harus meminjam modal ke bank," kenangnya. Semenjak peristiwa itu, Wibowo pun selalu berusaha mencari tahu latar belakang pengutangnya. Ia juga menghindari untuk memberi barang dalam jumlah besar.

Selain menjual gorden ke toko-toko, Wibowo juga menyediakan jasa penjahitan dan pemasangan gorden. Ukuran dan motif yang diinginkan bisa dipilih sendiri oleh para konsumennya. Dalam tempo seminggu pesanan sudah selesai dan siap dipasang. Harga yang ditawarkan cukup bervariasi, mulai dari Rp300 ribu hingga Rp800 ribu.

Berbagai inovasi dilakukan Wibowo agar dapat bersaing dengan usaha sejenis. Dalam penjualan gordennya, Wibowo menawarkan harga yang disesuaikan dengan pangsa pasar menengah-bawah. Maka ada harga gorden yang Rp7.500/meter sampai Rp85 ribu/meter. Diskon sampai 30% pun ditawarkan oleh Wibowo. Melalui cara ini, dalam sebulan Wibowo bisa mengantongi minimal Rp25 juta.

Sampai saat ini Wibowo trerus berupaya untuk memperbanyak tokonya, menambah koleksi gordennya, dan juga mencari inovasi lain yang dapat menarik minat banyak orang untuk membeli gordennya. Wibowo juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

"Toko yang banyak untuk menghindari pelunasan yang macet. Kalau pun ditipu saya lebih memilih berdoa agar dapat terus mengembangkan usaha ini," ujar jemaat Gereja Sungai Jordan Jakarta itu.

Sumber : ebahana.com
Halaman :
1

Ikuti Kami