Terperangkap Dalam Tubuh Koma Selama 23 Tahun

Serba-Serbi Sehat / 25 November 2009

Kalangan Sendiri

Terperangkap Dalam Tubuh Koma Selama 23 Tahun

Lestari99 Official Writer
8709

Seorang korban kecelakaan mobil akhirnya berbicara mengenai kengerian yang dialaminya selama 23 tahun ketika ia salah didiagnosa menderita koma total padahal ia sebenarnya sadar dengan keadaan sekelilingnya sepanjang waktu.

Rom Houben terperangkap di dalam tubuhnya yang mengalami kelumpuhan total setelah mengalami kecelakaan mobil, dan menggambarkan kehidupannya yang bagaikan mimpi buruk ketika ia ingin berteriak kepada para dokter bahwa dirinya dapat mendengar mereka - tapi tidak ada suara yang mampu dikeluarkannya.

"Aku menjerit, tapi tidak ada yang mendengar," kata Rom yang saat ini telah berusia 46 tahun, ketika dokter mengira ia berada dalam kondisi vegetative state (kondisi koma total ketika pasien kehilangan kesadaran akan keadaan di sekelilingnya). Rom menceritakan kisah hidupnya dengan bantuan komputer.

Para dokter telah menjalankan berbagai macam tes koma sebelum akhirnya dengan berat hati menyimpulkan bahwa kesadaran Rom ‘telah hilang sama sekali'.

Namun tiga tahun yang lalu, sistem scan dengan hi-tech terbaru menunjukkan bahwa otak Rom masih berfungsi nyaris normal sepenuhnya.

Rom menggambarkan moment itu sebagai ‘kelahiran keduanya'. Terapi yang dilakukan sejak saat itu memungkinkan Rom untuk menulis pesan dengan menggunakan komputer layar sentuh.

Rom mengatakan, "Selama waktu-waktu itu, saya hanya dapat memimpikan kehidupan yang lebih baik. Frustrasi adalah sebuah kata yang terlalu kecil untuk menggambarkan apa yang saya rasakan sebenarnya."

Kasusnya baru saja ditulis dalam sebuah makalah ilmiah yang dikeluarkan oleh seorang ahli syaraf ternama, Dr Steven Laureys, seseorang yang telah ‘menyelamatkan' hidup Rom.

"Kemajuan medis akan berkembang seiring dengan penemuan kasus ini," ujar Dr Laureys yang percaya bahwa di seluruh dunia ini sebenarnya banyak terdapat kasus ‘koma palsu' seperti yang dialami Rom.

Penemuan ini juga akan memperbarui ‘hak untuk mati' dengan memperdebatkan apakah orang koma itu benar-benar telah kehilangan kesadaran. Rom, mantan penggemar seni bela diri itu, lumpuh pada tahun 1983.

Para dokter di Zolder, Belgia, telah menggunakan Skala Koma Glasgow yang telah diterima secara internasional untuk menilai respon mata, respon suara dan juga respon secara motorik. Tapi dalam setiap tes itu Rom dinilai tidak memberikan respon dengan benar.

Evaluasi ulang atas kasusnya di Universitas Liege menemukan bahwa Rom telah kehilangan kontrol atas tubuhnya tapi masih sepenuhnya sadar atas apa yang terjadi di sekelilingnya.

Bisa dibilang Rom tidak akan pernah meninggalkan rumah sakit, tapi sebagaimana komputernya senantiasa menemani, saat ini Rom memiliki perangkat khusus di atas tempat tidurnya yang memungkinkan Rom untuk membaca buku sambil berbaring.

Rom berkata, "Saya tidak akan pernah melupakan hari ketika mereka menemukan apa yang salah dengan diri saya - itu adalah kelahiran kedua bagi saya. Saya ingin membaca, berbicara dengan teman-temanku melalui komputer dan menikmati hidupku saat ini bahwa orang-orang tahu kalau saya tidak mati."

Dr Laureys dalam studi terbarunya menyatakan bahwa pasien yang digolongkan dalam kondisi vegetative state sering salah didiagnosis.

"Siapapun yang pernah didiagnosis ‘kehilangan kesadaran' meskipun hanya sekali, akan sulit untuk keluar dari diagnosis itu."

Dokter yang memimpin Coma Science Group dan Department of Neurology di Liege University Hospital, menemukan bahwa otak Rom masih berfungsi dengan baik dengan menggunakan state of the art imaging.

Dr Laureys berencana menggunakan kasus Rom untuk menyoroti apa yang dianggapnya mungkin menjadi contoh kasus serupa di seluruh dunia.

Dr Laureys berkata, "Di Jerman saja, setiap tahun 100.000 orang menderita cedera otak traumatik yang parah. Sekitar 20.000 orang diantaranya diikuti oleh koma selama 3 minggu atau lebih. Beberapa di antara mereka meninggal, sisanya kembali sehat. Tapi katakanlah sekitar 3.000 sampai 5.000 orang dalam setahun tetap terperangkap dalam tahap peralihan ini - mereka mungkin akan tetap hidup tanpa pernah bisa menikmati kehidupannya kembali."

Para pendukung euthanasia (hak untuk melakukan bunuh diri dengan bantuan) berpendapat bahwa orang yang sudah berbaring dalam kondisi vegetative secara terus-menerus selama bertahun-tahun harus diberikan kesempatan untuk memutuskan tindakan medis yang krusial untuk menghindari ‘penghinaan' atas kondisi mereka.

Namun ada beberapa kasus di mana orang-orang yang didiagnosis berada dalam kondisi vegetative atau deep coma kembali pulih.

Dua puluh tahun yang lalu, Carrie Coons, 86 tahun dari New Yorks, kembali sadarkan diri setelah satu tahun koma dengan mengambil sejumlah kecil makanan melalui mulutnya dan terlibat dalam percakapan.

Hanya beberapa hari sebelum pemulihan yang dialaminya, seorang hakim telah mengabulkan permintaan keluarganya untuk menghentikan pemberian selang yang dapat mempertahankannya untuk tetap hidup.

Di Inggris pada tahun 1993, dokter mematikan sistem penopang kehidupan Tony Land, 22 tahun yang telah mengalami koma selama tiga tahun setelah menjadi korban bencara Hillsborough.

Sumber : dailymail
Halaman :
1

Ikuti Kami