Rumah Tangga Diskotik

Family / 15 October 2009

Kalangan Sendiri

Rumah Tangga Diskotik

Tammy Official Writer
10659
Awalnya Robby Gunawan bertemu dengan istrinya sewaktu berada di diskotik sedang tripping. "Waktu itu saya melihat dia, saya coba dekati dia, saya coba kasih obat, ternyata dia mau," kisah Robby.

Setelah berkenalan di diskotik, mereka jadi sering pergi ke diskotik bersama. Dari satu diskotik pergi ke diskotik yang lain. Sering pulang pagi bersama.

Perkenalannya dengan Yuni tidak membawa Robby ke dalam keadaan yang lebih baik. Mereka berdua seakan lupa segalanya dan melakukan satu hal yang sudah di luar batas.

Yuni berkisah, "Kami melakukan hubungan di luar nikah. Bahkan sempat satu rumah sebelum menikah selama satu tahun lebih."

Seperti terjebak dalam lumpur hisap yang mematikan, Robby dan Yuni pun termasuk semakin jauh dalam kubangan dosa. "Waktu itu saat tahu dia hamil, saya coba untuk menggugurkannya," ungkap Robby.

Robby beralasan dikarenakan mereka sering mengkonsumsi obat-obatan itu, ia takut jika anak itu akan lahir cacat.

"Pada waktu saya hamil sebelum menikah, saya stress banget... Saya depresi banget. Yang ada dalam pikiran saya waktu itu adalah saya harus membuang anak itu," kisah Yuni.

Pada waktu itu Yuni pun bertanya kepada temannya yang juga pernah menggugurkan kandungannya. Singkatnya, Yuni pun masuk ke ruang operasi untuk menggugurkan kandungannya. Yuni tidak merasakan apa-apa, selepas ia sadar dari obat bius operasi, yang bisa ia lakukan hanya menangis saja.

Bagi Ronny sendiri, tidak ada penyesalan dalam sanubari Ronny ketika ia harus membunuh darah dagingnya sendiri. Minuman keras dan narkoba seakan sudah membutakan nuraninya. Tanpa ia sadari, ia menjadi sosok lebih sadis dari sosok ayah yang ia benci.

Robby GunawanSewaktu kecil dulu, ia pernah merasakan perlakuan sangat kasar dari ayahnya. Ibunya pun hingga datang untuk menolong Ronny karena Ronny kecil berteriak-teriak minta tolong. Tetapi ternyata malah ibunya juga yang menjadi sasaran, dijedotkan ke tembok.

Melihat perlakuan ayahnya kepada ibunya, Ronny menjadi sangat benci pada ayahnya. Ronny kecil merasakan sakit hati melihat ayahnya memukul ibunya. Ronny merasakan ketidak-bahagiaan dalam hidupnya. Ia terbiasa dipukul ayahnya, ibunya pun diperlakukan demikian oleh ayahnya.

Kebencian Robby terhadap ayahnya tidak menghentikan kekasaran sang ayah. Kekerasan demi kekerasan terus ia alami, bahkan hingga saat ia beranjak dewasa.

Harapan akan kasih sayang dan kebahagiaan dari orang tua, tidak pernah bisa Robby dapatkan dari rumah. Sikap keras dari sang ayah membuatnya semakin terpuruk dalam kebencian. Dengan berbagai cara ia pun berusaha untuk melupakan berbagai masalahnya.

"Saya pergi ke rumah teman, saya nginep di rumah teman. Saya pergi bermain jackpot, minum-minum, saya tidak ada kebahagiaan di rumah. Karena saya sangat membenci ayah, karena melihat kelakukan papa, saya lebih baik di luar bersenang-senang. Lebih baik saya di luar untuk melupakan segala perlakukan yang papa lakukan pada saya," kisah Robby.

Robby GunawanSetelah lulus SMA, hampir setiap hari Robby pergi ke diskotik bersama dengan teman-temannya. Dari situ Robby pun mulai mencoba ekstasi.

Minuman keras dan narkoba seakan sudah mulai menjadi bagian dalam dirinya. Hanya kesenangan demi kesenangan yang selalu ada di dalam pikiran Robby. Bahkan setelah menikah, bersama istrinya ia semakin menggila.

"Setelah kami menikah, kami sering pergi ke diskotik. Mabuk-mabukan, memakai ekstasi," kisah Robby.

Yuni pun berkisah, "Yang ada di pikiran saya saat saya menegak pil ekstasi itu hanyalah untuk kesenangan. Dan saya tidak memikirkan anak saya yang ada di rumah. Saat itu ya kami hanya mencari kesenangan dan apply bersama."

Hampir setiap hari Robby mencari kesenangan lewat narkoba dan mabuk-mabukan bersama istrinya. Namun tanpa ia sadari, ia pun berubah menjadi sosok yang sangat menakutkan.

"Di tengah pacaran pun sebenarnya sudah kelihatan sifatnya yang keras, tetapi karena saya sudah terlanjur hidup dengan dia, saya sudah serumah bersama dia... Jadi saya jalanin saja. Yang saya dapatkan tuh beda sekali, itu yang membuat saya sangat sedih. Karena setiap perkataan saya ada salah sedikit saja, kata-katanya yang keluar tuh kata-kata kasar sekali. Terus terang saja, sewaktu dahulu tuh saya menyesal menikah dengan dia. Bertolak-belakang dengan yang saya harapkan darinya sebagai suami. Waktu itu saya sangat syok, sedih, kecewa, dan depresi," Yuni menuturkan hubungannya dengan Robby yang membuat batinnya tersiksa.

Rasa penyesalan dan kekecewaan mulai menyelimuti hati Yuni. Seiring dengan berjalannya waktu, Yuni pun memutuskan untuk berubah.

"Saya pulang pagi, suami pun pulang pagi. Saya melihat anak saya sudah semakin besar sekitar berusia 2 tahun lebih. Saya merasa malu terhadap anak saya. Malu sama pembantu rumah tangga. Dan setelah anak kedua, saya berkomitmen bahwa saya tidak pergi ke diskotik lagi dan tidak menenggak ekstasi lagi," penuturan Yuni.

Keputusannya untuk berubah membawa Yuni kepada kehidupan yang lebih baik. Ia pun mulai berdoa untuk perubahan Robby, suaminya.

"Setelah saya berubah, saya juga menginginkan suami saya untuk berubah. Saya mulai berdoa untuk suami saya kurang lebih selama 3 tahun. Saya meminta dukungan dari teman-teman untuk mendoakan suami saya supaya bertobat," kisah Yuni.

Tangisan dan doa sang istri selama 3 tahun tidak membuahkan hasil yang berarti. Robby tetap menjadi budak narkoba dan alkohol. Sampai suatu ketika terjadi suatu peristiwa yang mulai memporak-porandakan dunianya...

Dalam bisnisnya, Robby terjebak hutang 700 juta yang harus Robby lunaskan. Terbentur jalan buntu, Robby tidak tahu harus berbuat apa-apa lagi. Satu-satunya jalan untuk menyelesaikan masalahnya hanyalah menjual rumahnya.

Yuni berkisah, "Pada waktu itu saya mengajak suami berdoa. Kami pun berdoa bersama-sama meminta pertolongan Tuhan supaya Tuhan membuka jalan atas hutang-hutang kami yang ada di bank."

Suatu hari akhirnya datang juga pembeli yang kebetulan mendapat informasi bahwa Robby menjual rumahnya ketika ia makan di rumah makan ibu Robby. Robby pun dipanggil datang ke rumah pembeli yang langsung menyetujui penawaran harga dari Robby.

Robby GunawanRobby sangat mengucap syukur hingga mengeluarkan air mata ketika perjanjian pembelian itu benar-benar terjadi. Ia merasakan pertolongan Tuhan nyata dalam hidupnya.

Jalan buntu itu terbuka sudah. Rumah Robby pun laku terjual. Saat itu Robby baru menyadari kebaikan Tuhan. Sampai akhirnya ia mengikuti camp khusus pria dan mengalami kejadian yang membuat hatinya hancur.

"Waktu saya memeluk hamba Tuhan itu, saya merasakan pelukan kasih Bapa. Yaitu Tuhan Yesus sendiri. Waktu itu saya tidak bicara apa-apa, saya menangis sampai kencang sekali," kisah Robby.

Dalam ibadah tersebut, Robby mulai menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari.

"Saya merasakan dipeluk dan diampuni oleh Tuhan. Dan saya merasakan ada damai sejahtera, kepahitan saya sudah lepas, tidak ada lagi kepahitan dalam hati saya," kisah Robby.

Pemulihan demi pemulihan mulai terjadi. Robby pun bisa mengampuni sang ayah dan meninggalkan hidupnya yang lama.

"Saya bisa berubah karena Tuhan Yesus. Saya berterimakasih kepada Tuhan Yesus karena Ia telah memulihkan saya dari kepahitan dan kebencian kepada orang-tua saya. Dan juga Tuhan telah memberikan kepada saya sukacita dan damai sejahtera," kisah Robby. (Kisah ini ditayangkan 15 Oktober 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:
Robby Gunawan & Yuni 

Robby Gunawan

Halaman :
1

Ikuti Kami