Hidup Normal Dengan Hanya ½ Otak

Nasional / 13 October 2009

Kalangan Sendiri

Hidup Normal Dengan Hanya ½ Otak

Puji Astuti Official Writer
5181

Apakah manusia bisa hidup normal dengan hanya setengah otak saja? Bisa. Itu adalah sebuah fakta dari kehidupan seorang wanita berusia 37 tahun bernama Michele Mack. Michele ditemukan hanya memiliki otak kanan saja, dan otak kanannya ini mengambil alih beberapa fungsi otak sebelah kirinya yang tidak ada.

Hebatnya, sekalipun hanya memiliki setengah otak, Mack bisa berbicara dengan normal, lulus  dari SMA-nya dan memiliki bakat yang luar biasa.

Pada saat usianya 27 tahun dokter baru menemukan masalah yang dialaminya yaitu otaknya hanya setengah. Dalam perjalanan hidupnya sejak anak-anak hingga dewasa, Michele mengalami banyak rasa frustrasi, namun dia berhasil dilewatinya tanpa tahu penyebabnya.

"Itu sangat sulit bagi saya," kata Michele. "Sangat sulit bagi saya tumbuh dewasa. Tidak ada yang tahu kebenaran tentang otak saya."

Orangtua Michele, Carol dan Wally Mack sendiri juga berada dalam kebingungan sejak anak mereka lahir.

"Michele tidak memiliki kelainan cerebral palsy maupun down syndrome, saya tahu itu. Saya tidak memiliki tempat untuk berpaling," demikian ungkap Carol, ibu Michele.

Hingga sepuluh tahun yang lalu, Dr. Jordan Grafman, Kepala Bagian Cognitive Neuroscience di National Institutes of Health, akhirnya mendiagnosis masalah yang dialami Michele.

MRI scan mengungkapkan bahwa hampir setengah otak kiri Michele tidak ada.

Jawaban satu-satunya bagaimana Michele bisa hidup normal dengan hanya setengah otak adalah otak kanannya mengambil alih sebagian tugas-tugas penting dari otak kiri seperti fungsi untuk berbicara dan membaca. Namun semua itu ada harga yang harus dibayar.

"Michelle memiliki kemampuan bahasa yang cukup normal, jelas itu adalah kemampuan bahasa dasar, ia dapat membentuk suatu kalimat, ia dapat mengerti petunjuk, ia dapat menemukan kata-kata ketika dia berbicara, tetapi sebenarnya ia memiliki beberapa masalah dalam beberapa aspek pemrosesan visual-spasial," demikian ungkap Dr. Grafman.

"Ini sangat mungkin bahwa dalam proses ia belajar, dalam perkembangannya, ketika belahan otak kanan mengambil alih fungsi otak kiri atau mengembangkan beberapa kemampuan bahasa berakibat tidak berfungsinya beberapa keterampilan yang biasanya merupakan fungsi otak kanan," tambah Grafman.

Sejak 10 tahun lalu di diagnosa oleh Dr.Grafman, kemampuan intelektual Michele secara bertahap bertambah. Namun kesembuhan itu tidaklah sempurna. Michele masih bergumul dengan konsep-konsep abstrak. Hal ini juga menjelaskan mengapa Michele seumur hidupnya mengalami kesulitan mengendalikan emosi.

Dengan bantuan Dr.Grafman, orangtua Michele menemukan kembali harapan bagi anak mereka. Wally, ayah Michele mengatakan bahwa dengan bantuan dan penjelasan Dr.Grafman membuatnya melupakan hari-hari buruk yang telah dilaluinya dan menantikan segala yang baik di depan.

Michele yang saat ini berumur 37 tahun telah bekerja dari rumah sebagai data entry untuk gerejanya. Sekalipun memiliki kekurangan, Michele sangat mandiri. Dia membayar sewa dan bahkan melakukan hampir sebagian besar pekerjaan rumahnya sendiri. Dia menyadari bahwa dirinya akan membutuhkan bantuan orang lain seumur hidupnya, namun dengan menceritakan tentang apa yang ia alami ini, dia menunjukkan bahwa dirinya bukannya tidak bisa berbuat apa-apa.

"Saya menceritakan hal ini agar orang-orang seperti para produser, fotografer dan juga satpam serta petugas polisi  belajar tentang orang-orang seperti saya,"jelasnya. "Bahwa saya ini orang normal tetapi memiliki kebutuhan khusus, dan banyak orang mengalami seperti saya, jadi mereka bisa lebih mengerti."

Setiap orang memiliki kekurangannya sendiri, bahkan orang yang dikatakan normal sekalipun. Salut untuk Michele yang berjuang mengatasi kekuranganya, bahkan bisa menjadi berkat bagi orang lain dengan kesaksian hidupnya. Dari sini kuasa Tuhan dipertontonkan bahwa Dia bisa memakai orang bahkan yang hanya memiliki setengah otak saja. Luar biasa bukan.

Sumber : CNN
Halaman :
1

Ikuti Kami