Herbin Hutagalung : Ketika Keluargaku Dibantai Dengan Sadis

Family / 6 October 2009

Kalangan Sendiri

Herbin Hutagalung : Ketika Keluargaku Dibantai Dengan Sadis

Lestari99 Official Writer
20774

Dunia seakan kiamat ketika ia melihat seluruh keluarganya habis dibunuh dengan kejam. Pembantaian keluarga Herbin Hutagalung pada 5 Januari 1994 menewaskan lima orang anggota keluarganya dan seorang bibinya.

"Hari itu saya berangkat pagi dan pulang kira-kira jam 1 siang. Setelah sampai di rumah, saya mendapati kondisi rumah yang tidak seperti biasanya. Dalam hati saya mulai ada tanda-tanda sebetulnya pada waktu itu. Semua pintu rumah saya dapati dalam kondisi terkunci. Akhirnya saya coba memanjat dari tembok samping rumah, dan saat itu saya melihat dua tubuh korban, yaitu bibi saya dan salah seorang putri saya Herlina. Sekitar kepala mereka sudah penuh dengan darah," ujar Herbin Hutagalung memulai kisah akan pembantaian tragis yang dialami keluarganya.

Setelah berhasil masuk ke dalam rumah, Herbin menemukan putrinya yang lain, Putri, terkapar di sofa ruang tamu akibat luka bacokan parang. Rodiah, istri Herbin, ditemukan di bagian dapur dengan kondisi yang sudah tidak bernyawa. Sedangkan kedua anak Herbin lainnya, Indo dan Franco, ditemukan di dalam kamar.

"Franco saya temukan dengan kepala yang sudah pecah, dan tidak menunjukkan nafas kehidupan di atas kasur," ujar Herbin dengan hati yang sangat pedih.

Indo dan Putri sempat dibawa ke rumah sakit, namun sayang Indo meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit. Sedangkan Putri dirawat di rumah sakit dalam kondisi yang sangat parah.

"Waktu itu saya bilang sama polisi, masih ada satu lagi anak saya, Fredly, yang belum diketahui nasibnya. Tapi sekitar jam 7 malam, Fredly ditemukan di atas plafon dalam kondisi terikat dengan kabel listrik, diikat ke plafon dengan kaki disilangkan ke tangan. Saya benar-benar tidak dapat lagi mengutarakan apa yang saya saksikan dengan kata-kata mengetahui kondisi keluarga saya yang seperti ini...," ujar Herbin.

"Alat yang digunakan untuk melakukan kejahatan itu adalah batangan kayu atau kaso, kemudian ada batu besar yang berlumuran darah. Benda-benda itulah yang dipukulkan ke kepala korban. Mereka juga menggunakan golok, terlihat dari luka yang tampak di kepalanya Putri, putrinya Herbin Hutagalung, karena kepalanya terbelah dua," ujar Ramses Silalahi.

Sampai saat ini, tersangka pembunuhan Suyitno alias Suyatno alias Gendut belum juga ditemukan.

"Belum tertangkapnya Gendut sebagai saksi kunci membuat pelaku-pelaku lainnya tidak dapat dipastikan apakah berjumlah 5 atau 6 orang," jelas Ramses.

Anak pertama dan anak kedua Herbin lolos dari maut karena pada waktu kejadian tidak berada di rumah. Setelah kejadian itu, pola hidup Herbin dan kedua anaknya berubah total.

"Dulu biasanya kami makan bersama dengan teratur, sekarang tidak pernah lagi kami lakukan. Putri saat itu di tempat bibinya karena masih dalam taraf penyembuhan. Yang dua lagi, Frans dan Frangky, hanya saya berikan uang untuk makan di luar, dan saya pun di kantor makan di luar," kisah Herbin menceritakan kondisi keluarganya pasca pembantaian yang mengerikan itu.

Tidak hanya sampai di situ, sulit sekali bagi Herbin untuk melupakan orang-orang yang dikasihinya.

"Kemanapun saya pergi, ketika saya melihat anak-anak, saya langsung teringat kepada anak-anak saya. Apalagi jika mereka memiliki postur tubuh yang mirip dengan anak-anak saya. Selama 4 tahun lebih, saya tidak pernah bisa tidur. Mungkin dalam semalam, saya hanya bisa tertidur selama satu jam," ujar Herbin.

Saat mengalami masa-masa tragis itu, sesuatu terjadi dalam diri Herbin. Herbin teringat satu firman yang dulu pernah diucapkannya.

"Sewaktu saya masih SMA, saya teringat akan firman, ‘Mengucap syukurlah dalam segala hal'. Beberapa puluh tahun yang lalu, kata-kata ini menjadi pertanyaan yang besar buat saya. Apapun yang saya ucapkan, saya selalu teringat firman Tuhan dalam kehidupan saya," ujar Herbin akan perjuangannya yang berusaha menepis sakit hati yang begitu menguasai hatinya. Ia tidak dapat mengerti apa yang menjadi motivasi di balik pembantaian keluarganya. Kalau hanya sekedar perampokan, banyak orang yang lebih kaya bila dibandingkan dengan dirinya.

Di luar dugaan, Herbin memutuskan untuk tidak menyimpan dendam terhadap sang pembunuh.

"Sebagai manusia, sebenarnya tidak mungkin bagi saya untuk memaafkan. Tapi karena saya percaya dan mengimani, bahwa kehidupan di dunia ini tidak hanya kehidupan daging, tapi kehidupan yang kekal dengan datang pada Tuhan. Sedangkan bila kita datang pada Tuhan, harus dengan kasih, dengan hati yang memaafkan," kisah Herbin akan firman yang membawa titik balik dalam hidupnya.

Sementara itu, Putri yang berada di rumah sakit menjalani operasi akibat luka yang dideritanya. Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi Putri semakin membaik.

"Kata dokter yang merawat, karena dibacok di sebelah kiri jadi saraf yang terganggu di sebelah kanan. Hal ini mengakibatkan tangan kanan saya sekarang tidak sesuai dengan tangan kiri. Tapi kalau untuk melakukan aktivitas seperti menulis, masih bisa. Tapi harus pelan-pelan," kisah Putri yang saat ini sudah beranjak dewasa.

Saat ini, Putri hidup seperti anak-anak normal lainnya. Sedangkan Herbin menjalani kehidupan bersama keluarga barunya, semua karena pertolongan Tuhan. Herbin menikah lagi dan telah memiliki dua orang putra dari istri keduanya.

"Tuhan itu sangat baik, Tuhan itu Maha Adil, Tuhan itu Maha Tahu apa yang diperlukan oleh umat-Nya, dan Tuhan itu Maha Pengasih sehingga mau memberi mukjizat terhadap saya," ujar Putri.

"Bagi diri saya, jika sudah memegang Kristus sebagai Juruselamat di dalam kehidupan, kita hanya berharap kepada Dia. Jadi segala sesuatunya kita serahkan hanya kepada Dia. Apapun yang terjadi dalam hidup saya, saya akan selalu setia untuk mengikuti Tuhan Yesus," ujar Herbin menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 6 Oktober 2009 dalam acara Solusi Life di O"Channel)

Sumber Kesaksian :
Herbin Hutagalung
Sumber : V091005201231
Halaman :
1

Ikuti Kami