Sudah Mengasihi? (2)

Single / 27 September 2009

Kalangan Sendiri

Sudah Mengasihi? (2)

Tammy Official Writer
3611
Jika sebelumnya Anda sudah belajar 7 poin mengenai cara mengasihi, sekarang akan dibahas sejumlah poin lain mengenai mengasihi:

Mengasihi berarti:
8. Tidak Menyimpan Kesalahan Orang Lain.
Memori yang baik adalah musuh besar dalam hal tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ya, setiap kali teringat kesalahan kekasih/suami/istri kita, kita jadi teringat lagi kejadian di masa silam. Permasalahannya adalah: bagaimana kita bisa tidak menyimpan dan mengingat kesalahan orang lain? Kalimat favorit yang sering saya katakan adalah,
"Melupakan itu hal yang sulit, kecuali kalau kita mengalami amnesia (lupa ingatan)."
Ya, Allah yang sempurna mengampuni dosa kita dan sekaligus melupakannya. Bagaimana dengan kita?
Untuk bisa melupakan kesalahan itu butuh kuasa supernatural dari Allah (untuk menjadi lupa), tapi untuk tidak menyimpan kesalahan seseorang yang dibutuhkan adalah kuasa pengampunan. Pengampunan membutuhkan kuasa kita: ke-MAU-an kita untuk mengampuni. Aspek utama dari tidak menyimpan kesalahan orang lain: pengampunan.

9. Tidak Bersukacita karena Ketidakadilan tetapi karena Kebenaran.
Pasangan/suami/istri Anda melakukan suatu hal yang keliru kepada orang lain untuk keuntungan kalian berdua, namun Anda tahu hal itu bukan hal yang benar. Apa yang Anda lakukan? Aspek pertama dari tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran: tidak kompromi, pegang teguh prinsip Anda akan kebenaran..

Memang ada resiko bila Anda mengoreksi pasangan/suami/istri Anda. Hubungan yang harmonis dapat menjadi berkonflik. Namun dalam hubungan yang sehat, seharusnya pasangan dapat saling mengoreksi tanpa takut.

Hubungan yang sehat dan penuh kasih akan mengakibatkan kedua pihak bertumbuh bersama, saling membangun satu sama lainnya: meningkatkan aspek-aspek positif dalam diri dan pasangan, sekaligus menetralkan/mengurangi/bahkan mengganti aspek-aspek negatif dalam diri dan pasangan menjadi aspek-aspek yang positif. Aspek kedua dari tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran: mengambil resiko.

10. Menutupi Segala Sesuatu..
Menutupi segala sesuatu bukan berarti berbohong, bukan berarti menciptakan alibi (suatu dasar untuk membenarkan), atau bahkan kesaksian palsu. Menutupi segala sesuatu berarti Anda mendukung pasangan Anda walaupun masa lalunya buruk, walaupun dia memiliki aib yang memalukan. Aspek pertama dari menutupi segala sesuatu: tidak membeberkan keburukan pasangan/suami/istri di muka umum (menjaga martabat pasangan/suami/istri).

Lukas 3:5: Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan.

Lembah yang ditimbun berbicara tentang kelemahan yang diatasi. Kasih dapat mengatasi segala kelemahan dan keterbatasan. Kasih dapat menerima diri pasangan/suami/istri kita apa adanya. Aspek kedua dari menutupi segala sesuatu: menerima pasangan apa adanya, termasuk kelemahan dan keterbatasan pasangan/suami/istri.

11. Percaya Segala Sesuatu.
Masalah kepercayaan ini sudah dibahas sekilas di poin tidak cemburu. Aspek pertama dari percaya segala sesuatu: percaya yang berdasar, karena si dia (pasangan/suami/istri) memang dapat dipercaya.

Pasangan Anda tiba-tiba jarang telpon dan sms, lalu suatu waktu dia telpon dan sms. Ternyata sedang ada proyek baru yang harus dia kerjakan. Apa reaksi Anda? Gembira karena bisa mendengar kabar dari dia? Kesal karena baru sekarang dia menghubungi Anda? Apakah Anda sudah berpikir dari A sampai Z mengenai kemungkinan mengapa dia baru menghubungi Anda sekarang? Aspek kedua dari percaya segala sesuatu: berpikir positif.

\"Sudah12. Mengharapkan Segala Sesuatu.
Dalam kasih terdapat aspek mengharapkan segala sesuatu. Saat kita mengasihi seseorang, kemungkinan besar kita berharap si dia menjadi kekasih kita. Saat kita mengasihi kekasih kita, kemungkinan besar kita berharap si dia menjadi suami/istri kita.

Saat kita mengasihi suami/istri kita, kemungkinan besar kita akan mengharapkan yang terbaik bagi suami/istri dan keluarga kita. Harapan itu baik, namun dasarnya harus satu, yaitu Tuhan. Berdasar pada Tuhan artinya berdasar pada kebenaran-Nya, pada firman-Nya, pada pribadi-Nya, pada kehendak-Nya.

Saat kita berharap segala sesuatu, tetapi dengan dasar yang lain: orang lain, fakta, situasi, kemungkinan besar kita akan kecewa. Mengapa demikian? Karena kita mendasarkan harapan kita pada dasar yang dapat berubah. Aspek pertama mengharapkan segala sesuatu: berdasar pada Tuhan, bukan pada orang, situasi, fakta, atau bahkan kehendak kita sendiri.

Bolehkah mengharapkan pasangan/suami/istri kita berubah? Tentu saja boleh kalau itu ke arah yang lebih baik, malah kita perlu mendukung, menolongnya, dan mendoakannya. Jadi bukan sekedar duduk diam dan hanya berharap saja. Aspek kedua dari mengharapkan segala sesuatu: disertai dengan tindakan.

Ingin melihat pasangan/suami/istri berubah ke arah yang lebih baik? Selain tindakan, tetaplah teguh dalam pengharapan Anda dan berimanlah! Aspek ketiga dari mengharapkan segala sesuatu: teguh dalam pengharapan dan beriman.

13. Sabar Menanggung Segala Sesuatu.
Suatu hubungan tidak mungkin berjalan lancar begitu saja alias mulus seperti jalan tol. Jalan tol saja bahkan kadang-kadang tidak mulus. Danau yang tenang pun selalu memiliki riaknya. Ujian untuk mengetahui kekuatan suatu kapal adalah pada saat diterpa badai. Ujian untuk mengetahui kekuatan hubungan adalah saat permasalahan melanda.

Aspek mengenai sabar sudah dibahas dalam poin 1. Silakan baca di "Sudahkah Mengasihi? (1)". Di sini akan lebih dititik beratkan pada menanggung segala sesuatu. Menanggung itu berarti memikul.

Tuhan telah memberikan kita kuk (beban) yang ringan. Sekian banyak permasalahan yang kita hadapi dalam hubungan kita itu sifatnya ringan dan ini bukan saya yang mengatakannya, melainkan Tuhan sendiri. Aspek pertama dari sabar menanggung segala sesuatu: paham bahwa apa yang ditanggung itu ringan.

Jadi, sudah siap menerapkan kasih?

Sumber : Archangela
Halaman :
1

Ikuti Kami