Milyuner India Ingin Bangun Kasino Di Indonesia

Nasional / 16 September 2009

Kalangan Sendiri

Milyuner India Ingin Bangun Kasino Di Indonesia

Tammy Official Writer
3269
Semakin banyak saja pengusaha India yang berbisnis di Indonesia. Salah satunya Bhupendra Kumar Modi. Miliuner asal India ini berencana menginvestasikan dana senilai 100 juta dollar AS untuk membeli resor di Batam dan Bintan. Modi adalah Chairman Spice Global, perusahaan yang bergerak di berbagai bisnis, mulai telekomunikasi hingga finansial.

Modi mengaku tengah melakukan pembicaraan untuk membeli hampir semua resor yang ada di Batam dan Bintan. "Tak ada tempat di dekat Singapura yang seindah kedua pulau itu, sayangnya mereka terbengkalai," ujar Modi, seperti dikutip Bloomberg.

Selanjutnya, papar Modi, ia akan mengubah resor-resor tersebut menjadi pusat hiburan. Tak lupa, dia juga akan menghadirkan artis-artis Bollywood di kawasan hiburan tersebut. Selain pusat hiburan, dia juga akan membangun kasino.

Demi memuluskan rencana investasi tersebut, Modi bakal menggandeng pihak lain. Ia memastikan, mitranya adalah ahli dalam menangani aset bermasalah. Misalnya, dia menggandeng pengelola hedge fund 3 Degrees Asset Management Pte dan seorang mantan pialang dari Lehman Brothers Holdings Inc.

Modi meyakini resor yang ada di Batam dan Bintan memiliki potensi yang bagus. Hanya saja, aset tersebut terbengkalai. Dia yakin bisa mendapat untung lebih dari 100 persen jika berhasil memperbaiki akses transportasi menuju kedua pulau ini dari Singapura. Untuk mengembangkan infrastruktur tersebut, Modi menyatakan dirinya bakal merangkul pembuat kebijakan, baik di Indonesia maupun di Singapura.

Banyak hambatan
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Batam Sigit Budiarso mengaku telah mendengar kabar itu. Dia pun menyambut gembira investor baru yang masuk. "Kalau ada yang mau membangun pusat hiburan tentu bagus untuk menarik pasar," ujarnya.

Resor BatamSigit mengakui, "Memang banyak resor dan hotel terbengkalai yang hendak dijual di sini." Menurutnya, pasar yang belum stabil membuat pemasukan para pengelola hotel dan resor di wilayah Kepulauan Riau tersebut jadi tak menentu.

Padahal, imaji sebagai daerah potensial yang bernuansa free trade zone (FTZ) sempat membuat orang tertarik membangun industri wisata di daerah tersebut. Tapi, "Nyatanya hanya dengan enam hotel dan resor kelas menengah atas saja sudah over supply," ujar Sigit. Tingkat hunian hotel di Batam dan Bintan kini hanya berkisar 30 persen-40 persen.

Krisis global dan isu penyebaran flu babi, imbuh Sigit, semakin memukul industri wisata di kepulauan tersebut. "Bahkan sempat ada larangan masuk ke Batam beberapa waktu lalu," keluhnya. Tak cuma itu, seretnya pasokan listrik kerap mengganggu bisnis pariwisata di Batam. "Soalnya pasokan listrik sepenuhnya dikuasai swasta dan harganya 41 persen lebih mahal," imbuh Sigit.

Pulau Batam dan Bintan memang adalah aset ekologis milik bangsa kita yang apabila dikembangkan lebih baik lagi dapat menjadi sumber kesejahteraan masyarakatnya. Sangat disayangkan apabila yang berinisiatif untuk membangun pusat hiburan adalah warga asing. Apabila saja ada investor Negeri ini yang tertarik mungkin akan lebih baik sekali, karena itu artinya karya dari anak bangsa sendiri dan untuk anak bangsa sendiri.

Sumber : kompas.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami