Sacrificing = Integrity

Kata Alkitab / 16 September 2009

Kalangan Sendiri

Sacrificing = Integrity

Lestari99 Official Writer
6961

Berdasarkan Kamus Inggris-Indonesia yang disusun oleh John Echols dan Hassan: Integrity: 1. ketulusan hati, kejujuran, integritas. 2. keutuhan.

Definisi kedua saya akan ambil dari suatu website populer, yaitu wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Integrity). "Integrity is consistency of actions, values, methods, measures, principles, expectations and outcome. Integrity may be seen as the quality of having a sense of honesty and truthfulness in regard to the motivations for one's actions.. The term "hypocrisy" is used in contrast to integrity .....".

Kalau saya terjemahkan, definisi kedua tersebut berbunyi sebagai berikut: Integritas merupakan konsistensi tindakan, nilai, metode, ukuran, prinsip, harapan, dan hasil. Istilah "hipokrit/kemunafikan" digunakan sebagai kontras/lawan dari integritas ...". Ya, dari dua definisi di atas kiranya cukup jelas mengenai integritas.

Saat kita mau berkata, "Saya mau membayar harga, saya mau berkorban", berarti di dalamnya harus ada unsur integritas ini.

Kali ini saya akan mengetengahkan kisah mengenai Yesus di Taman Getsemani (Lukas 22:39-46). Beberapa hal yang menarik dari kisah Yesus di Taman Getsemani ini yang bisa kita pelajari:

1. Aspek pertama dari integritas Tuhan Yesus: tetap maju walaupun menghadapi tantangan yang berat. Yesus yang merupakan 100% manusia dan 100% Allah ternyata diuji juga integritasnya. Tugas perutusan Yesus untuk mengalami sengsara, aniaya, dan pada akhirnya mati di salib untuk menebus dosa manusia. Ia yang adalah Allah sendiri, yang kudus, tanpa cacat, tanpa dosa; tetapi harus mati karena dosa kita semua.

Secara manusia, Ia pun merasa hal tersebut sangat berat. Namun lihat integritas Tuhan Yesus yang luar biasa: pada saat dihadapkan pada kondisi sulit, bahkan aniaya, sengsara, dan maut sekalipun, Tuhan Yesus tetap mempertahankan integritasnya. Tindakan Yesus ‘berbicara' begitu keras mengenai integritasnya. Ia menjalankan segalanya sampai selesai.

2. Aspek kedua dari integritas Tuhan Yesus: sumber integritasnya adalah persekutuan dengan Bapa. Bapa di Surga mengenal benar batas-batas kekuatan manusia. Di kala menghadapi tantangan yang berat dan di persimpangan, manusia bisa jatuh juga.

Untuk memegang teguh integritas-Nya, Tuhan Yesus tidak berpegang pada kekuatan-Nya sendiri. Ingat: walaupun 100% Allah, Yesus juga 100% manusia. Sebagai manusia, Yesus memiliki keterbatasan-Nya juga, sehingga Ia bisa juga merasa takut dan gentar karena itu Ia tahu bahwa Ia perlu bersekutu dengan Bapa.

3. Aspek ketiga dari integritas Tuhan Yesus: iman yang dinyatakan dengan tindakan, iman yang diwujudkan, iman yang selaras dengan perbuatan. Antara perkataan Yesus dengan tindakan-Nya itu sungguh selaras. Walaupun ia takut, namun Ia tetap melangkah.

Ya, Tuhan Yesus tentu saja memiliki iman yang luar biasa, bahkan orang matipun Ia dapat hidupkan kembali. Kalau begitu mengapa Yesus tidak memilih untuk turun dari salib saja? Karena itu berarti integritas Yesus adalah nol. Bila Yesus memilih untuk turun dari salib sebagai ganti mati di kayu salib, kita semua (Anda dan saya) sekarang adalah orang-orang yang malang. 

Perbuatan Tuhan Yesus menyatakan dan ‘meneriakkan' dengan jelas imannya. Integritas berbicara konsistensi antara iman dengan perbuatan, antara hal yang dipercayai dan dipegang teguh dengan tindakan yang dilakukan.

4. Aspek keempat dari integritas Tuhan Yesus: kata-kata-Nya dapat dipercaya dan jujur. Inilah tantangan besar bagi kita (Anda dan saya). Bagaimanakah perkataan kita? Apakah perkataan kita sudah selaras dengan hati kita? Atau hati kita ‘bicara' A dan perkataan kita bicara B?

Do you a man/woman of your words? Apakah Anda pria/wanita yang kata-katanya dapat dipercaya? Seringkah Anda mengucapkan janji sekedar untuk menyenangkan pihak lain dan tidak bersungguh-sungguh dengan janji Anda?

5. Aspek kelima dari integritas Tuhan Yesus: tidak munafik. Yesus tidak munafik. Perkataan-Nya di Lukas 22:42 menyatakan dengan jelas hal itu. Yesus takut dan Ia menyatakan-Nya. Ia tidak pura-pura berani untuk jaga gengsi. Bisa saja Yesus bersikap jaga image, jaga gengsi, jaga wibawa di depan murid-murid-Nya. Namun Yesus tidak memilih bersikap munafik, Ia adalah pribadi yang jujur.

Ini merupakan tantangan besar bagi kita semua: Kristen bukanlah agama. Kristen bukanlah hanya simbol salib. Kristen bukanlah bangunan gereja.

Sebaliknya, Kristen adalah suatu panggilan. Kristen adalah suatu gaya hidup. Kristen adalah suatu penjabaran segala tata nilai yang Kristus contohkan. Kristen adalah menjadi Kristus-Kristus kecil. Kristen berarti konsistensi tindakan, nilai, metode, ukuran, prinsip, harapan, dan hasil. Kristen berarti tidak munafik. Kristen berarti integritas.

Siapkah kita (Anda dan saya) memberikan korban (membayar harga) dalam bentuk menjadi orang yang berintegritas tinggi? Amin.

Halaman :
1

Ikuti Kami