Mahal Atau Murah?

Marriage / 24 August 2009

Kalangan Sendiri

Mahal Atau Murah?

Lestari99 Official Writer
3637

Wanita menilai sebuah hadiah atau pemberian dari suaminya tidaklah melulu dari harga, tetapi juga nilai. Berapa banyak wanita hamil yang meminta sesuatu yang secara ekonomi tidaklah terlalu mahal, kadang hanya meminta ‘es cendol' atau ‘rujak cingur' tetapi dia merasa puas bahkan cukup puas hanya dengan mencicipi sedikit saja, karena sang istri ‘mendengar' betapa susahnya suaminya mendapatkan barang tersebut.

Kepuasan yang dirasakannya bukan dari harga barang tersebut tapi dari nilainya. Jarak yang harus ditempuh suaminya, hujan yang diterobos, kesulitan yang harus dihadapi dengan bertanya sepanjang jalan, sampai akhirnya bagaimana ‘rujak cingur' itu akhirnya didapatkannya. Kisah yang diceritakan suaminyalah yang memuaskan jiwa sang istri. Sang istri mendapatkan peneguhan betapa suaminya mengasihi dia. Wanita puas hanya dengan ‘MENDENGAR' cerita tersebut.

Sementara sang suami mungkin mulai berpikir bahwa ini adalah hal yang konyol. Setelah segala usaha dan jerih lelah yang harus dihadapinya, sang istri hanya makan sedikit, minum seteguk dan puas? Ini sekali lagi menunjukkan memang pria dan wanita memiliki kinerja otak yang berbeda. Wanita menikmati dan cukup puas di lidah atau bibir dan mulut serta kuat perasaannya, sedangkan pria kuat di logika dan pikirannya.

Pria dengan cepat pikirannya mengkalkulasi berapa kira-kira harga sebuah hadiah atau pemberian. Pria juga berpikir kalau dia memberi hadiah atau pemberian yang mahal, pasti akan diterima dan orang lain akan senang. Pria akan merasa percaya diri kalau dia memberikan sesuatu kepada orang lain yang mahal harganya.

Pria tidak terlalu perduli apakah suasana restoran dan pemandangan lingkungannya bagus, asal enak dan murah, mereka akan makan di sana. Wanita memasukkan unsur-unsur lain dalam pilihannya menentukan tempat makan. Suasana yang romantis, yang ada kolamnya, yang ada lilinnya, yang ada tamannya, yang tidak terlalu bising, dan faktor suasana lain yang berhubungan dengan perasaan dan bukan perut.

Jika menjamu customer atau relasi dan pria memilih restoran, maka bisa juga dia memasukkan unsur ‘gengsi' dan dia memilih tempat yang bergengsi, walau rasa makanannya tidak enak, karena pria tidak terlalu ‘perasa' dalam hal ‘rasa makanan'.

Bagaimana membentuk pernikahan yang bahagia dengan perbedaan-perbedaan ini? Hai suami-suami, berikanlah pemberian-pemberian atau hadiah-hadiah kecil bagi istri Anda. Tidak harus mahal, tapi itulah tanda cinta dan perhatian bahwa Anda mengingat dia. Hai istri ikutilah nasehat Firman Tuhan ini:

1 Timotius 2:9, Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal.

Kenapa Firman Allah menasehati demikian? Karena Tuhan yang menciptakan manusia, Dia mengerti bahwa pria lebih banyak menggunakan pikiran, kerja otak kiri yang maju. Ketika istri bercerita bahwa dia membeli baju, cincin, pakaian model terbaru, maka pria melihat bukan model dan warna bajunya (warna, model, seni itu kemampuan otak kanan), pria memperhatikan berapa harga barang tersebut.

Kalau istri bercerita, "Pa, tadi aku ke Plaza. Ini cincin, kalung, gelang warna putih ini bukan palsu. Ini justru emas putih. Lagi trend sekarang. Yang ini 5 juta, yang ini 500 ribu, yang ini 3,5 juta dst". Sementara suami mendengar, otak kiri (kemampuan angka) bekerja menjumlah semua angka dan mulai pusing serta berkata, "Ah, kayaknya biasa saja ma..." (dalam hati suami berkata, "Mahal... Aku yang bayar").

Lain kalau istri bercerita, "Pa, tadi aku ke Pasar Pagi. Ini baju hanya 50 ribu tapi jangan bilang-bilang yah. Ini cincin imitasi, kayak beneran kan pa? Harganya cuma 20 ribu dst dst,". Mayoritas suami akan berkomentar, "Ah, tapi kamu cantik lho ma. Bagus kok, benar bagus!!" (dalam hati suami berkata, "Murah soalnya").

Istri-istri, untuk siapa dan untuk apa Anda berdandan? Kalau supaya dicintai suami Anda, berdandanlah dengan perhiasan yang murah. Ini benar! Percaya saya, suami-suami akan senang dengan hal itu. Kalau untuk pamer, untuk gengsi, tentu saja lain lagi ceritanya. Pria lebih banyak melihat dengan otak kiri, melihat harga baju Anda, bukan warna atau model dan design dari baju itu. Itu sebabnya kenapa pria juga sering memakai baju yang warnanya tidak ‘matching'.

Mazmur 112:5 berkata, Berbahagia yang melakukan urusan dengan sewajarnya.

Berdandan dan memakai perhiasan apakah itu emas atau mutiara tentu saja boleh yang penting WAJAR, tidak mahal-mahal, juga tidak harus murah sekali. Wajar atau mahal ini ‘relatif', artinya sesuai dengan penghasilan masing-masing. Wanita yang sederhana tidak akan diremehkan suaminya, justru akan dikasihi. Suami merasa aman dan akan ‘mempercayakan' keuangannya kepada istrinya.

1 Timotius 2:15, Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan.

Amsal 31:10-11, Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.

Sumber : Jarot Wijanarko – Pernikahan Bahagia
Halaman :
1

Ikuti Kami