Masa Belajar Berjalan

Kata Alkitab / 22 August 2009

Kalangan Sendiri

Masa Belajar Berjalan

Puji Astuti Official Writer
4616

Di dunia ini tidak seorang manusia pun yang mencintai penderitaan. Sebisa mungkin manusia mencoba menepis penderitaan yang menghampirinya. Namun sesuatu yang berbeda dinyatakan dalam surat-surat yang ditulis oleh Rasul Petrus. Pria ini meminta umat Tuhan untuk menyambut penderitaan.

Dalam 1 Petrus 1:6, Rasul Petrus menulis, "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan." Dalam pandangan Petrus, penderitaan merupakan "Sekolah Pendewasaan" bagi orang percaya. Petrus rupanya memegang nilai-nilai yang sama seperti yang Daud percaya. Raja Daud berkata, "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Maz 119:17).

Dalam suratnya Petrus menggambarkan tiga hal yang dapat dihasilkan dari penderitaan yang nilai dan artinya sangat luar biasa bagi kehidupan orang percaya:

  1. Penderitaan memperdalam iman orang percaya. Keyakinan kita diperkuat bahwa Allah dapat dipercaya dan cukup bagi kita, ketika kita tidak memiliki hal lain yang dapat diandalkan dalam kehidupan ini.  (1 Petrus 1:6-7).
  2. Penderitaan mendewasakan kasih kita. Kapasitas kita untuk menanggung kesulitan dan kesukaran itu bertujuan untuk menyampaikan kasih Allah melalui hidup kita kepada orang-orang lain. (1 Petrus 2:21 - 3:3).
  3. Penderitaan memurnikan pengharapan kita. Keyakinan bahwa penderitaan yang kita tanggung adalah penderitaan karena kebenaran dan bagi Kristus akan memurnikan pengharapan kita.

Dalam hal ini Petrus mengingatkan orang percaya bahwa penderitaan adalah tempat peleburan dan proses pemurniaan bagi orang percaya untuk mengeluarkan yang terbaik dalam hidup kita dan membuang sisi buruk yang ada. Jika kita mengijinkan Tuhan melakukan hal ini, Dia akan mengubah setiap situasi sulit yang kita hadapi menjadi ruang operasi  untuk membedah hati kita.

Seperti Ayub, seluruh hidupnya hancur dan lenyap dalam satu hari. Dia terluka, hancur, dan menderita namun tetap ingin menjaga hatinya benar. Ditengah-tengah semuanya itu, para sahabatnya tidaklah cukup membantunya untuk bangkit, bahkan semakin membuatnya lemah. Hingga akhirnya Ayub berhadapan dengan Allah dan bertanya jawab dengan-Nya. Semua rasa sakit, penderitaan, dan mungkin ketidak puasan yang dirasakannya lenyap saat dia berhadapan dengan Tuhan. Lidahnya kelu, dan semua kata lenyap. Dia akhirnya berkata, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (Ayub 42:5-6).

Penderitaan yang dialami Ayub membuatnya mengenal Allah yang selama ini hanya dia dengar dari kata orang. Dulu dia hanya mendengar mukjizat yang dialami orang lain, kini dia mengalami sendiri mukjizat itu dalam hidupnya.

Allah tidak pernah memberikan penderitaan dalam hidup kita, seringkali penderitaan adalah hasil dari keputusan-keputusan kita yang salah. Namun semua itu Allah ijinkan agar kita belajar. Sama seperti seorang anak yang belajar berjalan, dia harus melewati masa-masa merangkat, berjalan tertatih dan berkali-kali jatuh. Semua proses yang dilalui itu membuat anak tersebut kuat. Demikian juga proses dan penderitaan yang harus kita jalani. Itu semakin membuat kita kuat. Dan seperti anak yang belajar berjalan itu, orangtua anak itu tidak pernah jauh darinya dan selalu menjaganya sekalipun mengijinkan dia untuk jatuh, demikian juga dengan Tuhan, Bapa kita. Dia selalu ada di dekat kita, dan siap mengulurkan tangan-Nya tepat pada waktu kita membutuhkan.

Hari ini, jika Anda membutuhkan uluran tangan-Nya itu dan pelukan penghiburan dari Bapa Sorgawi, berdoalah, "Bapa, aku membutuhkanMu, peluk dan hibur hatiku. Tuntun aku melewati masa-masa sulit ini, dan berikan kekuatan hingga tiba saatnya kemenangan itu ku capai dengan kasih karunia-Mu. Amin."

Halaman :
1

Ikuti Kami