Solusi Bagi Karoshi, Burnout dan Workoholik

Career / 8 August 2009

Kalangan Sendiri

Solusi Bagi Karoshi, Burnout dan Workoholik

Puji Astuti Official Writer
4087

Di Jepang ada suatu sindrom 'mati karena bekerja berlebihan' yang disebut karoshi, hal ini adalah kondisi dimana seseorang yang sehat tiba-tiba meninggal ditempat kerjanya. Hal ini dipicu oleh kelebihan beban karena pekerjaan.

Saat ini banyak orang menjadi workoholik, terus menambah jam kerja, dan terfokus pada pekerjaan. Akhirnya hal ini terkulminasi pada kondisi dimana seseorang mengalami burnout. Dengan dikejar target pekerjaan, juga kebutuhan keuangan yang tinggi, banyak orang mulai kewalahan, muncul ketidak pedulian pada keluarganya dan seringkali berujung pada dosa.

Jika saat ini tekanan-tekanan pekerjaan nampaknya meningkat lebih tinggi daripada motivasi dan energi Anda, coba terapkan resep-resepkan berikut ini mungkin bisa membawa keseimbangan dan memberi perspektif baru.

  • Menetapkan batasan dimana Anda perlu berkata "cukup" untuk pekerjaan Anda. Jika pekerjaan sudah menguasai sebagian besar waktu Anda, maka pekerjaan itu sudah menjadi berhala dalam hidup Anda. Seperti yang Tuhan katakan, "Jangan ada Allah lain.." hal ini berlaku juga untuk pekerjaan Anda.
  • Etos kerja bukan gila kerja. Charles Perry, Jr penulis tentang burnout menuliskan, "Bekerja itu keharusan bukan obsesi." Etos kerja yang Alkitabiah tidah berarti bahwa pekerjaan adalah yang terpenting, tetapi bekerja dengan kemampuan terbaik Anda.
  • Hindari dua situasi ekstrim ini, menghindari pekerjaan dan kecanduan kerja. Semua itu tidak sesuai dengan maksud Allah. Seperti Adam ditaman Eden, Adam diminta memelihara taman itu, namun dia juga tetap memiliki waktu untuk .berjalan-jalan bersama Allah sambil bercakap-cakap dengan-Nya. Demikian juga Anda, selain bekerja Anda harus memiliki waktu untuk Allah, keluarga dan rekan-rekan Anda.
  • Harga diri Anda tidak ditentukan oleh pekerjaan Anda. Jati diri Anda yang sebenarnya datangnya dari Allah, itu tidak dideskripsikan dari pekerjaan Anda. Hal ini perlu Anda sadari sepenuhnya.
  • Seringkali orang merasa terperangkap dalam pekerjaannya, padahal sebenarnya kita hidup berdasarkan keputusan yang kita buat sendiri. Untuk itu, Anda perlu mengambil tanggung jawab pribadi. Apa yang Anda alami itu semua karena keputusan Anda. Anda juga bisa mengubahnya, buatlah keputusan-keputusan yang benar.
  • Setiap promosi ada harganya. Promosi artinya lebih banyak tanggung jawab, jam kerja yang lebih panjang, dan tuntutan dan target yang lebih tinggi. Pastikan ketika Anda menerima promosi, Anda mengetahui konsekuensi-konsekuensinya.
  • Saat ini pengurangan pekerja adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun hal itu bukan berarti tuntutan pekerjaan semakin kecil. Perusahaan menuntut hasil yang sama ataupun lebih besar dengan pekerja yang lebih sedikit. Anda perlu realistis, pilihannya hanya ada dua, Anda bersedia menerima tuntutan itu atau memilih keluar dan mencari pekerjaan lain.
  • Buatlah prioritas yang benar, tempatkan Tuhan di nomor 1, keluarga di nomor 2, dan selanjutnya Anda bisa menempatkan pekerjaan, hobi, pelayanan, dan lain-lain sesuai keinginan Anda. Namun jangan diubah dengan menempatkan pekerjaan Anda di nomor 1, hal itu bisa menghancurkan kehidupan Anda.

Dalam sebuah tulisannya yang provokatif berjudul When Work Becomes Home and Home Becomes Work, Arlie Hochschild menuliskan bahwa dengan penambahan jam kerja, kehidupan di keluarga menjadi terabaikan. Sebagai hasilanya kehidupan rumah tangga menjadi kacau. Hal ini berakibat tingkat perceraian yang semakin tinggi, anak-anak yang lari pada obat-obatan terlarang dan dunia malam, dan juga banyak masalah lainnya. Semuanya itu kembali kepada diri kita masing-masing, bagaimana kita memposisikan diri dalam pekerjaan dan mengatur prioritas dalam kehidupan.

Anda bisa sukses dalam pekerjaan dan juga membina sebuah keluarga yang bahagia, pastikan Anda memegang kunci-nya, yaitu menempatkan prioritas dengan benar dan ijinkan Tuhan menggunakan pekerjaan sebagai sarana untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Selamat bekerja...

Sumber : The Overload Syndrome;Richard A. Swenson, M.D; Visi Presindo
Halaman :
1

Ikuti Kami