Myanmar: Anak Korban Angin Pusar Nargis, Harapan Bangsa

Internasional / 3 June 2009

Kalangan Sendiri

Myanmar: Anak Korban Angin Pusar Nargis, Harapan Bangsa

Budhi Marpaung Official Writer
4673

Masyarakat Myanmar telah merasakan penderitaan hak asasi manusia dalam beberapa tahun terakhir ini oleh tangan rezim militer yang brutal.

Persidangan minggu yang mengetengahkan pemimpin partai Liga Nasional bagi Demokrasi Aung San Suu Kyi sebagai contoh lain dari jenis penindasan politik yang dihadapi masyarakat.

Tetapi mungkin lebih sangat efektif adalah sebuah bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya yang melanda bangsa ini tepat setahun yang lalu pada bulan ini.

Pada 2 Mei 2008, daerah delta negeri ini dihancurkan oleh angin pusar Nargis. Badai golongan 4 ini telah memakan korban sebanyak 200.000 orang. Di antara korban yang menderita adalah 60.000 anak-anak yatim piatu.

Salah satu pekerja gereja, Michael (bukan nama sebenarnya), mau memberikan keterangan mengenai keadaan anak-anak Myanmar yang menderita karena ditinggal oleh orang tua akibat terbawa lenyap angin pusar Nargis.

"Beberapa keluarga menjaga dan merawat anak yatim," kata Michael. "Mereka seperti nelayan sederhana. Mereka benar-benar tidak ada uang tambahan untuk mendukung anak-anak ini. Bahkan mereka ada yang sulit untuk mendukung anak-anak mereka sendiri."

Banyak dari anak-anak yatim piatu berasal dari keluarga Kristiani. Pihak Militer pemerintah telah mengambil alih beberapa anak yang tidak tinggal bersama keluarga.

"Beberapa dari mereka harus pergi ke biara Buddha," ujar Michael. "Beberapa dari mereka harus pergi ke kamp-kamp militer atau di mana mereka akan dikirim ke beberapa jenis sekolah dasar militer dan kemudian mereka akan direkrut masuk ke dalam kemiliteran."

Perhatian utama dari kejadian ini adalah bahwa pada beberapa orang mungkin dipaksa oleh pemerintah untuk menjadi prajurit cilik yang dikirim untuk melawan masyarakatnya sendiri.

Selain itu, pemimpin Kristen mengatakan mereka tidak ingin melihat anak-anak muda Kristen diindoktrinasi seperti ini, yakni ke dalam cara ajaran Budha.

Kelompok seperti Wyoming melalui Vision Beyond Borders (VBB) berusaha untuk membantu. VBB adalah salah satu ministry yang merespon dengan segera setelah terjadi bencana alam yang disebabkan angin pusar Nargis.

Saat ini, konstruksi rumah untuk Anak yatim di Myanmar hampir selesai. Apabila telah selesai, sebanyak 50 anak-anak akan menemukan keamanan di sana, tempat tidur hangat dan makanan panas dalam ruang makan.

Ruangan yang akan jadi tersebut tidak akan dibatasi hanya untuk makan, tetapi benar-benar menjadi fasilitas multi fungsi dimana anak-anak akan berkumpul memuji dan menyembah serta belajar pelajaran umum dan agama Kristen.

Michael mengatakan rumah tersebut akan menjadi tempat pemimpin masa depan akan dilatih untuk menyebarkan Injil.

"Kami ingin mereka menjadi Kristen yang kuat yang tumbuh dalam firman Tuhan, dengan takut akan Tuhan dan dimanapun mereka berada mereka akan menjadi pemenang jiwa-jiwa dan penggebrak,serta pengguncang bagi Tuhan," katanya.

Banyak penganut agama Budha memilih untuk mengikuti Kristus, bukan sebagai hasil dari penginjilan yang agresif, tapi karena teladan hidup yang dipancarkan dari pekerja Kristiani.

"Banyak di antara anggota staf dari lembaga swadaya masyarakat di Myanmar adalah seorang Kristiani," kata Pastor Maung dari Judson Baptist Church of Aungpinle, Mandalay.

"Orang-orang melihat sebuah perbedaan besar antara seorang karyawan Kristiani dengan non-Kristiani. Karyawan Kristiani cenderung lebih memiliki kasih dan kesabaran terhadap orang lain. Pengikut Kristus baru yang berjemaat di gereja kami, kebanyakan dari mereka menjadi Kristiani setelah melihat kehidupan para pengikut Kristiani."

Jadi, masa depan anak-anak yang menjadi korban angin pusar Nargis ini akan berpengaruh juga kepada masa depan Myanmar.

"Mereka memiliki hati yang murni dan tidak mempunyai bermacam-macam pra-konsep. Mereka hanya bersiap untuk menerima dan percaya. Jika kita dapat menyampaikan kebenaran dalam mereka," ujar Michael.

"Saya percaya bahwa kebenaran akan mengubah hidup mereka dan kemudian mereka dapat menjadi pemimpin masa depan," tambahnya. "Hanya kebenaran yang dapat membebaskan dan mereka dapat mengubah dunia."

Sumber : cbn.com/bm
Halaman :
1

Ikuti Kami