Orang Kristen Masih Teraniaya di Irak

Internasional / 26 May 2009

Kalangan Sendiri

Orang Kristen Masih Teraniaya di Irak

Lestari99 Official Writer
5636

Irak telah kehilangan lebih dari separuh orang Kristen yang pernah menyebut Irak sebagai tanah airnya, sebagian besar pergi semenjak perang Irak dimulai, dan sebagian dari mereka yang melarikan diri berpikir ulang jika diminta untuk kembali, demikian menurut berita terbaru dari US Report.

Paus Benedict XVI menaruh perhatian terhadap masalah orang kristen di Irak selama kunjungannya ke Timur Tengah minggu lalu dan meminta dunia internasional untuk memberi perhatian khusus demi kelangsungan hidup ‘komunitas Kristen kuno di tanah mulia".

Jumlah orang Arab yang beragama Kristen telah berkurang drastis di seluruh Irak dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah ke negeri Barat. Sebagian besar dari mereka berkata bahwa mereka merasa tidak diterima di negeri mereka sendiri dan mengharapkan kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Tetapi banyaknya orang yang melarikan diri ke luar negeri telah mempengaruhi populasi Irak, terutama orang Kristen yang pada akhirnya menjadi target semenjak invasi Amerika di tahun 2003.

Sensus resmi terakhir di tahun 1987 menunjukkan orang Kristen di Irak hampir mencapai 1,5 juta orang. Namun saat ini US State Department melaporkan bahwa jumlah itu telah berkurang mendekati 1/3 dari jumlah awal, yaitu sekitar 500.000 orang.

Tanda-tanda kepergian orang-orang Kristen ke luar negeri terlihat dari kosongnya bangku gereja selama ibadah berlangsung di St. Joseph's church, gereja bagi kalangan menengah lingkungan Karradah di Baghdad. Mario Ebararan adalah pastor di gereja itu.

"Kenapa semua orang Kristen di Irak ingin pergi ke luar negeri? Mereka ingin pergi karena keadaan menjadi terlalu sulit bagi mereka di Irak," ujar Pastor Mario. "Hidup menjadi begitu sulit di sini. Tidak ada pekerjaan, banyak masalah di jalanan. Ada banyak ketakutan di antara orang Kristen."

Di bawah pemerintahan Saddam Hussein, orang Kristen di Irak bisa menjadi dokter, insinyur, pemilik tanah dan pegawai negeri sipil. Hari ini, orang Kristen menghadapi diskriminasi dari pemerintah yang berkuasa, tapi itu berasal dari kekerasan teroris semenjak kejatuhan Saddam di tahun 2003 yang menciptakan banjir perpindahan orang Kristen meninggalkan Irak.

"Situasi menjadi sangat tidak aman," ujar Saad Adwar, salah seorang penduduk Kristen yang masih bertahan di Irak. "Tidak ada perlindungan bagi kami sama sekali, suatu kondisi yang menyebabkan banyak dari kami pergi meninggalkan Irak. Banyak orang Kristen yang dibunuh dan menjadi target penganiayaan."

Di bulan Maret tahun kemarin, tubuh Uskup Agung Chaldean ditemukan di sebuah kuburan dangkal setelah sebelumnya diculik oleh kelompok tak dikenal. Minggu lalu tubuh seorang anak Kristen berumur 5 tahun ditemukan polisi setelah ia diculik seminggu sebelumnya.

Banyak orang Kristen Irak pada akhirnya menetap di Yordania. Feryal Yashou adalah salah seorang di antaranya. Ia sebelumnya tinggal di baghdad.

"Untuk sementara waktu, hidup di Irak dengan damai menjadi hal yang mustahil,"  ujar Feryal. "Sangat berat bagi kami untuk tinggal di Irak, meskipun mereka mengatakan bahwa situasi keamanan telah membaik. Namun bagi kami sebagai orang Kristen, situasi aman itu tidak akan pernah ada."

Karena hal itulah, beberapa orang Kristen berpikir ulang jika diminta kembali ke negaranya, ujar Komisaris Tinggi PBB bagi para pengungsi.

"Telah terjadi kekerasan yang umum di Irak, pelanggaran hak asasi manusia dan penganiayaan dengan berbagai macam alasan, alasan keagamaan, alasan politik, dan lain sebagainya," ujar William Spindler, jurubicara UNHCR. "Jadi orang kristen di Irak, sebagaimana seperti etnis maupun agama minoritas lainnya, memiliki resiko tertentu untuk tinggal di Irak."

Sumber : cbn.com / LEP
Halaman :
1

Ikuti Kami