Sekumpulan orang berjalan dibawah terik matahari sambil membawa seikat besar bunga dan plastik berisi kertas dan kemenyan menuju kota di lembah dekat sungai bernama Beichuan.
Kini Beichuan sudah tidak lagi terlihat seperti kota. Sejak gempa yang melanda sebelah barat China pada 12 Mei tahun lalu dengan kekuatan 7.9 sekala richter, kota itu menjadi sekumpulan reruntuhan.
Sebagian besar gedung di kota itu tinggal reruntuhan. Hampir setengah dari penduduk kota tersebut yang berjumlah 30.000 jiwa meninggal atau hilang.
"Teman-teman kami dan juga orangtua kami meninggal disana," demikian kenang Wu Qian, seorang wanita muda yang datang bersama tiga orang temannya sambil membawa seikat bunga chrysanthemums berwarna kuning. "Mereka masih terkubur disana, dan kami datang membawa bunga untuk mereka."
Wu dan teman-temannya datang pada minggu itu bersama ribuan orang lain yang berbondong-bondong datang ke Beichuan setelah mereka mendengar bahwa kota yang telah ditutup selama setahun itu, akan dibuka selama empat hari pada minggu ini.
Kebanyakan yang datang adalah teman atau saudara dari para korban. Mereka membentuk kelompok-kelompok dan membakar kemenyan, uang kertas bagi orang mati dan menabur bunga.
Namun diantara kerumunan itu ada juga turis yang hanya ingin melihat keadaan kota itu. Keadaan di Beichuan tidak berubah sedikitpun setelah gempa yang terjadi tahun lalu. Pihak pemerintah berencana akan membuat kota tersebut sebagai museum hidup untuk mengenang mereka yang meninggal dalam gempa besar itu. Kota Beichuan yang baru di bangun sedikit jauh dari kota reruntuhan tersebut.
Sumber : worldblog.msnbc.msn.com/VM