Sexual Addiction

Marriage / 28 April 2009

Kalangan Sendiri

Sexual Addiction

Lestari99 Official Writer
5861

Kecanduan seks biasanya adalah masalah yang dihadapi pria, jarang wanita yang mengidapnya. Seperti dua kisah berikut ini.

Cerita Ben

Ben adalah seorang manager sebuah perusahaan raksasa, yang juga melayani sebagai pastor. Jemaat di gerejanya memandang Ben sebagai seorang pengkhotbah yang diurapi. Ben juga akrab dengan rekan sekerjanya, dan mereka menghargai Ben sebagai seorang yang berhasil dalam pekerjaan. Arlita, menghargai Ben sebagai suami karena pemahamannya yang dalam akan Alkitab. Walaupun demikian, ternyata Arlita memendam rasa benci terhadap Ben. Penyebabnya adalah Ben ternyata seorang pecandu seks.

Latar belakang Ben memang demikian, dia ketagihan pornografi sebelum bertobat. Tuhan menyelamatkannya dari cengkeraman pornografi dan sejak itu dia tidak pernah melihat ke belakang lagi, karena kini dia sudah punya Arlita sang isteri yang bisa berfungsi sebagai pelampiasan gairah seksnya yang menggebu-gebu. Walaupun isterinya sedang haid, atau mengalami infeksi, dia tetap memaksa untuk melakukan hubungan seks dengan alasan "itu kan tugas isteri". Bertahun-tahun sudah cara "bercinta" seperti ini berlanjut dan mengakibatkan Arlita sering masuk rumah sakit. Tetapi Ben tidak pernah mendengarkan keluhannya. Di lain pihak, rasa percaya diri Arlita mulai kolaps, dan bahkan mulai meragukan akan keberadaan Tuhan. Tidakkah Alkitab mengatakan bahwa tubuh isteri adalah milik suami? Demikianlah Ben sering mengingatkan Arlita.

Tetapi apakah memang Tuhan menginginkan Arlita mengalami kehidupan yang seperti ini? Jika memang demikian, kini Arlita menjadi tidak yakin berapa lama lagi dia bisa memikulnya. Arlita merasa yakin bahwa ada yang tidak beres dengan suaminya. Tetapi mempertimbangkan jabatan sang suami yang Pastor dan kekaguman para jemaat terhadap suaminya membuat sang isteri menjadi tidak yakin atas dirinya sendiri, mungkin dirinyalah yang tidak waras, bukan Ben.

Cerita Toni

Toni mengeluh karena telepon di kantornya tidak pernah berhenti. Ia merasa sepanjang hari itu ia tidak menghasilkan apa-apa karena terganggu telepon yang tidak pernah berhenti. Toni tidak sabar lagi untuk menunggu jam pulang kantor, karena ia ingin segera pulang ke rumah dan membebaskan tekanan pikirannya. Ia ingin mengunci diri di kamar dan main internet lalu masuk ke situs-situs porno, itulah kegemarannya tiap hari. Sambil surfing di internet, Toni selalu berfantasi ria sambil bermasturbasi membayangkan wanita yang ber-acting di computer screen itu seolah sungguh hidup. Setiap selesai melakukannya selalu berakhir dengan penyesalan. "Tuhan, kenapa aku selalu melakukannya? Ampuni diriku Tuhan..." Toni tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah salah dan ingin sekali menghentikannya. "Tuhan, aku tidak akan melakukannya lagi!" Tapi realitanya, tidaklah mudah.

Seks yang Salah Kaprah

Kedua kasus di atas merupakan contoh masalah dari banyak kasus yang dihadapi pria yang ketagihan seks. Tuhan menciptakan kegiatan seks untuk menguatkan perkawinan, tetapi seringkali kegiatan ini menjadi korup dan berubah fungsi menjadi kegiatan pelampiasan nafsu birahi. Seks bagaikan api kompor yang hangat dan berguna, tetapi menghancurkan jika api itu loncat keluar batasnya karena akan membakar alat-alat dapur, ruangan bahkan seluruh rumah. Demikian juga dengan sexual power yang diciptakan untuk berada pada batas-batas yang jelas dan pasti. Ketika keluar dari batas-batasnya, seks menjadi berbahaya dan menghancurkan.

Dr Jeffrey Satinover, seorang ahli kesehatan seks mengatakan bahwa tingkah laku seksual yang berulang-ulang akan mengubah kinerja otak tersebut, repetitive sexual behaviour yang dipraktekkan selama bertahun-tahun dapat membuat otak mengeluarkan unsur kimia tertentu yang membuat para pelaku menjadi tergantung padanya.

Ketika aktivitas seksual mulai pada awal usia remaja (biasanya dipakai sebagai cara untuk melepaskan tekanan stres, kesepian atau kesedihan), tidak lama kemudian akan terciptalah ketergantungan. Berdasarkan riset Dr. Satinover, ketika otak dipaksa secara terus-menerus untuk menerima zat Opioid (zat semacam opium yang dihasilkan tubuh), otak dengan sendirinya menciptakan saluran khusus untuk menampung Opioid yang mengalir dalam jumlah besar. Para pecandu seks menjadi sangat tergantung pada kenikmatan intense yang diciptakan zat Opioid ini. Dikatakan hanya ada satu zat kimia lain yang bisa menandingi nikmatnya efek zat ini, yaitu Heroin.

Hal di atas memiliki sisi baik dan buruknya. Buruknya: jika seorang pria adalah seorang pecandu seks yang doyan berfantasi cabul, dia akan menghadapi tantangan berat untuk membendung kecanduannya walaupun dia seorang yang percaya Tuhan. Sisi baiknya: jika otaknya sudah dibentuk sekian lama untuk bekerja seperti ini, dia masih dapat membentuknya kembali jika tekun dan terfokus.

Ketika seorang sex addict berusaha memperbaharui pikiran dan pilihannya, syaraf baru pada otak akan terbentuk dengan sendirinya. Untuk mendukung terbentuknya arah pikiran baru ini, sistem syaraf akan membentuk konfigurasi baru mengikuti perubahan baru pola pikiran orang yang bersangkutan. Proses ini tentu berita baik, tetapi tidak bisa terjadi dalam semalam. Kecanduan seks bukan hanya masalah lemahnya moral, hal ini melibatkan perubahan unsur kimia tertentu di dalam tubuh yang tidal bisa diremehkan pengaruhnya.

Peranan Doa

Tuhan tidak memberkati kesembuhan yang tanpa doa. Tidak ada buku, tape, CD, pendeta, revival meeting atau apa saja yang bisa menyembuhkan jika seseorang tidak memiliki personal contact dengan-Nya. Bersatu dengan Tuhan di dalam doa adalah hal yang sulit dilakukan, sulit bukan karena memerlukan keahlian khusus, tetapi karena seringkali doa itu tidak dilakukan dengan sepenuh hati.

Sumber : freeway
Halaman :
1

Ikuti Kami