Sekelompok Cendikiawan Buat Perubahan Baru Di Turki

Internasional / 13 April 2009

Kalangan Sendiri

Sekelompok Cendikiawan Buat Perubahan Baru Di Turki

Budhi Marpaung Official Writer
4359

Anda mungkin telah mendengar dari Kristen Protestan Reformasi. Sekarang bersiaplah untuk mendengar sebutan baru ini, yakni kalangan Muslim reformasi.

Sekelompok ulama Islam di Turki tengah melakukan upaya untuk menafsirkan kembali beberapa teks Islam yang paling suci. Tujuannya adalah memberitakan iman dalam kemasan zaman modern.

Islam Membutukan Sebuah Intepretasi Baru

Mehmet Kirbasoglu adalah salah seorang yang sangat menggebu-gebu dalam mencari kebenaran imannya kepada Allah, Tuhan yang dipercayai umat Muslim. Tetapi ia yakin bahwa agama yang dianutnya saat ini perlu interpretasi segar dalam menghadapi Abad 21.

"kami perlu melihat cara pandangan yang baru dan berbeda terhadap kitab suci yang kita pegang saat ini dalam kaitannya menerangi lingkungan keagamaan dan sosial yang ada hari-hari ini," katta Kirbasoglu. 

Atas dasar itulah, selama beberapa tahun belakangan ini, Kirbasoglu dan 80 cendikiawan Muslim Turki lainnya memeriksa hadis yakni kumpulan perkataan nabi Muhammad yang jumlahnya ada 170.000 perkataan. Hadis adalah teks kedua yang paling suci dalam Islam setelah Qur'an. Ia juga merupakan dasar dari semua hukum syariah Islam.

Hadis termasuk yang berisi beberapa ajaran kontroversial, seperti melempar batu kepada orang yang ketahuan berbuat zinah, pembunuhan terhomat, dan penyunatan alat kelamin wanita. Para Ulama ini akan menerbitkan terjemahan mereka tersebut dalam enam volume di tahun ini yang berbicara mengenai tafsiran hadis maupun Al-Qur'an yang seringkali keliru sehingga dalam praktiknya pun menjadi keliru.

Problematika Teks Hadis

Nahide Bozkurt, seorang sejarawati Islam terkemuka, telah menulis secara luas pada kehidupan nabi Muhammad.

Dia menyimpulkan bahwa banyak dari hadis yang dipalsukan, sementara yang lain dibuat hingga berusaha kontrol atas masyarakat.

"Mayoritas Hadis adalah yg siap untuk dimakan. Sebagai seorang sejarawan, penting bahwa hadis akan secara penelitian. Harus ada bukti bahwa nabi mengatakan seperti itu," kata Bozkurt.

Dia juga beberapa waktu ini menolak sebuah literatur yang berisi tafsiran Qur'an dan hadis.

"Misalnya, ada perbedaan pandangan dalam Qur'an mengenai perang. Pertentangan itu jangan diartikan secara harfiah hari ini dan diterapkan ke dalam kehidupan selanjutnya sehingga membenarkan perang yang terjadi," katanya.

Berpotensi Kesalahan Manusia

Kelompok Muslim reformasi ini juga menolak sebagian besar catatan yang tertulis mengenai warisan nabi ratusan tahun setelah kematiannya.

"Potensi untuk kesalahan manusia pasti ada sehingga kami harus memeriksa semua tulisan-tulisan untuk verifikasi. Kesalahan yang ada tersebut salah satunya harus dipisahkan dari yang sebenarnya," ujar Bozkurt.

Proyek penafsiran ini pun disponsori oleh pemerintah Turki.

"Pemikir Islam Liberal mencoba proyek serupa di masa lalu. Namun ini berbeda. Ini adalah sanksi secara resmi oleh pemerintah Turki dan mereka yang terlibat dalam proyek adalah Ulama-ulama Islam," ujar Kirbasoglu.

Beberapa analis mengatakan yang dilakukan pemerintah Turki merupakan upaya untuk melakukan di modernisasi Islam dan hal ini agak mirip dengan Kristen Reformasi. Namun, para Ulama muslim ini tidak mau dipanggil dengan pemakaian kata reformasi. Menurut Bozkurt, kata reformasi tidak disukai oleh umat muslim, sehingga mereka menggantinya dengan pemikiran ulang atau penafsiran ulang dari perbedaan pendapat.  

Bagi Kirbasoglu, tindakan yang mereka lakukan saat ini setidaknya awal dari sesuatu yang berpotensi berdampak kepada jutaan orang yang melihat iman mereka walaupun Kelompok Islam fundamentalis dan pihak-pihak yang dipastikan tidak menyetujui hal ini.

Sumber : cbn.com/bm
Halaman :
1

Ikuti Kami