Howard Schultz: Pencipta Perusahaan Berbudaya Baru

Entrepreneurship / 1 March 2009

Kalangan Sendiri

Howard Schultz: Pencipta Perusahaan Berbudaya Baru

Tammy Official Writer
5758
Semua orang mengenal Starbucks, rantai ritel yang ada dimana-mana, pada era 1990an, mengubah minum kopi menjadi acara penghabisan waktu nasional. Tetapi sedikit mengenal Howard Schultz, pemimpin yang tidak menonjolkan diri, CEO dan penggagas dibalik pertumbuhan Starbucks yang luar biasa. Dengan membawa "budaya rumah kopi" Italia ke Amerika Sreikat dan mengemasnya untuk konsumsi massa, marketer tak konvensional ini mentransformasikan sebuah rantai empat kedai kurang terkenal dengan menjadi ritel pemimpin spesialis kopi di Amerika Utara.

Lahir pada 1953, Howard besar di pembangunan perumahan Bay View yang keras dan ambruk di Brooklyn, New York. Ibunya bekerja sebagai resepsionis dan ayahnya menjalani berbagai pekerjaan, tak satu pun membayar dengan cukup atau menawarkan keuntungan-keuntungan dasar seperti pembiayaan dasar baginya dan keluarganya. Ketika Howard berumur 7, ayahnya kehilangan pekerjaan sebagai supir pengantar layanan popok setelah pergelangan kakinya patah. Di waktu yang sama, pembayaran kesehatan atau bahkan bantuan tidak mampu yang legal masih hal mewah bagi mereka yang bekerja dengan gaji rendah, dan di bulan-bulan selanjutnya, keluarga tersebut bisa dikatakan sudah terlalu miskin untuk menaruh makanan di meja. Itu adalah sebuah kenangan bagi Howard yang ia bawa hingga masa dewasanya.

Memutuskan untuk membangun hidup yang lebih baik lagi bagi dirinya, Howard menyalurkan energinya ke bidang olahraga sekolah menengah atasnya dan mendapatkan beasiswa atletik di Universitas Northern Michigan. Setelah lulus dengan gelar sarjana dalam bisnis pada 1975, Howard dengan cepat bekerja di divisi penjualan dan marketing Xerox Corp. Howard mengungguli di Xerox, terlebih karena ia tertarik dengan perhatian dari perusahaan perabotan rumah Perstorp AB asal Swedia, yang merekrut dirinya di usia 26 untuk menjadi wakil presiden dan manajer di cabang Amerika, Hammerplast USA.

Selama di Hammerplast, Howard mengetahui ada perusahaan kecil di Seattle bernama Starbucks (dinamakan dari sahabat karib Herman Melville di kisah klasik Moby Dick) yang membeli banyak mesin ekspresso Hammerplast. Merasa ingin tahu, ia terbang ke Seattle untuk menginvestigasi dan menemukan empat outlet Starbucks. Aslinya berdiri pada 1971 dari satu toko saja dekat Pike Street Market yang terkenal di Seattle, Starbucks menjual biji kopi panggang yang segar juga dengan teh, bumbu-bumbu, dan aksesoris pembuatan kopi yang beragam.

Terpesona dengan energi dan keahlian marketing Howard, para pemilik Starbucks Gerald Baldwin dan Gordon Bowker - yang memiliki sedikit sekali pengetahuan bisnis - bertanya kepada Howard untuk menjadi bagian dari operasi mereka. Terpikat dengan penawaran mereka, dimana termasuk memiliki bagian kepemilikian, Howard bergabung dengan Starbucks sebagai kepala marketing dan operasi-operasi ritel pada 1982.

Howard SchultzSetahun kemudian, selama liburan di Italia, Howard memiliki apa yang ia sebut sebagai "pencerahan." Selagi duduk di salah satu bar ekspresso yang begitu banyak di Milan, ia menyadari bahwa toko kopi memainkan peranan penting dalam kehidupan sosial bagi kebanyakan warga Italia. Itu adalah titik penting bagi pertemanan, ketika teman bertemu dengan teman, bergaul dan tak mau pergi sepanjang hari. "Melihat ini, saya berpikir sendiri, "Mengapa tidak membuka sebuah bar kopi di Seattle?" Howard menceritakaannya dalam sebuah wawancara di The New York Times.

Kembali ke Seattle, Howard membagikan pencerahannya dengan sesama pemilik Starbucks. Meskipun kopi diramu di toko-toko, itu dilakukan hanya sekali oleh permintaan kustomer dan dibagikan sebagai sample gratis, dan Baldwin dan Bowker pada saat itu tidak berkeinginan untuk berpindah dari penawaran inti produk toko.

Merasa yakin bahwa ia mencapai sesuatu yang besar, Howard meninggalkan Starbucks pada 1986 untuk membuka sendiri bar espressonya sendiri yang ia beri nama Il Giornale (The Daily). Itu mencapai puncaknya, Howard menginginkan untuk membuka lebih banyak toko, tetapi tidak memiliki dana yang ia butuhkan untuk mengembangkan. Dengan sedikit perputaran dari takdir, setahun kemudian ia mempelajari bahwa Baldwin dan Bowker berharap untuk menjual outlet-outlet mereka, jadi setelah mengumpulkan investor-investor dari area Seattle, Howard membuka rantai Starbucks yang asli seharga $3.8 juta dan menggabungkan toko-toko tersebut dengan miliknya sendiri.

Sekali saja, Howard menyiapkan perbaikan penuh Starbucks sesuai dengan visinya. Sebagai tambahan untuk racikan "dasar" $1 per cangkir, ia melebarkan penawaran-penawaran Starbucks termasuk minuman-minuman kopi eksotik seperti espresso, cappucino, cafe latte, ice coffee dan cafe mocha. Ia juga mencoba untuk menyiapkan sebuah atmosfer yang lebih menarik bagi para kustomernya - pepatah "tempat bersih, terang yang pas" dimana mereka bisa bersantai dan menikmati kopi dengan nyaman.

Howard SchultzTetapi perubahan paling radikal yang Howard telah lakukan adalah meningkatkan perjanjian perusahaan dengan karyawan-karyawannya. Yakin bahwa pelayanan yang friendly dan efisien dapat meningkatkan penjualan, ia menginstitusikan sebuah program training yang didesain untuk menumbuhkan pengetahuan karyawan yang dapat menikmati bekerja di belakang counter, sebuah pekerjaan yang kebanyakan orang masih buruh kasar. "Pelayanan adalah seni yang hilang di Amerika... itu tidak dilihat sebagai pekerjaan profesional untuk bekerja di belakang counter," ujar Howard. "Kami tidak mempercayai itu. Kami ingin untuk menyediakan orang-orang kami dengan kebanggaan dan harga-diri, hingga kami menawarkan keuntungan-keuntungan nyata. "Di antara keuntungan-keuntungan yang Howard tawarkan adalah pencakupan kesehatan yang komplit baik bagi pekerja penuh dan juga paruh waktu, begitu juga dengan saham, sebuah praktik yang jarang terdengar di perusahaan Amerika. Hasil dari visi Howard, Starbucks mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya di masa 1990an, berkembang dari 425 toko di tahun 1994 hingga lebih dari 2200 toko pada 1998. Dan perusahaan tersebut memenuhi target dengan mencapai $2 milyar penjualan pada tahun 2000.

Dengan penjualan tahunan mencapai $1.7 juta pada 1999, Starbucks Corp. bangkit sebagai ritel spesialis kopi nomor 1 di AS. Sebuah pencapaian yang cukup mengagumkan dari anak berkerah biru. Tetapi di balik kesuksesan Starbucks yang fenomenal, apa yang Howard Schultz paling banggakan bukanlah apa yang telah ia dapatkan, tetapi perusahaan yang telah ia ciptakan. "Ayah saya adalah pekerja berkerah biru," Howard menjelaskan dalam sebuah wawancara Inc. Magazine. Ia tidak memiliki asuransi kesehatan atau keuntungan-keuntungan lainnya, dan saya melihat langsung efek yang melemahkan bagi ayah saya dan keluarga kami. Saya memutuskan jika saya akan berada di posisi yang memberi kontribusi bagi orang lain dalam cara itu, saya akan melakukannya. Kesuksesan terbesar saya adalah saya membangun sebuah perusahaan yang ayah saya tidak pergi ke sana untuk bekerja.


Sumber : entrepreneur.com
Halaman :
1

Ikuti Kami