Selingkuh, Cerai Atau Bertahan?

Marriage / 23 December 2008

Kalangan Sendiri

Selingkuh, Cerai Atau Bertahan?

Lestari99 Official Writer
5581

Sebuah pepatah mengatakan, waktu memberikan warna yang lebih indah pada berbagai peristiwa. Saya percaya bahwa hal ini tentu benar. Waktu juga dapat mengubah pemikiran kita sebagai orangtua. Tetapi inilah keanehannya. Jika waktu begitu pandai menghalau hal yang menakutkan dari pikiran kita, maka mengapa kita merasa begitu sulit melupakan kejadian-kejadian dimana seseorang yang kita cintai sangat melukai kita? Mungkin ingatan mengenai perselingkuhan atau cara kita  diperlakukan ketika kita sangat membutuhkan dukungan. Anda tidak akan pernah meyadari kenangan baik apa yang Anda miliki sebelum Anda mencoba dengan segenap untuk melupakan kenangan buruk yang pernah terjadi.

Berkali-kali orang mengatakan kepada saya, "Saya benar-benar tidak dapat melupakannya - saya berharap bisa melakukannya." Mungkin kita tidak dapat menghapus kenangan-kenangan itu - tetapi dengan kemauan, jangan berusaha mempertahankannya. Bagaimanapun kita dapat memaafkan.

Ketika Anne menceritakan kepada Jack tentang hubungan gelapnya yang sudah berakhir, Anne tidak yakin apa yang ia harapkan akan dilakukan oleh Jack. Dan pikirannya dipenuhi oleh banyak kemungkinan, termasuk kepergian Jack. Namun tidak ada yang terjadi. Tidak ada komentar, tidak ada air mata, tidak ada kemarahan, hanya berdiam diri - selama hampir dua bulan. Akhirnya dia menulis surat kepada Jack:

Jack,seandainya aku dapat mengulang hal ini tahun lalu, aku akan melakukannya berapapun biayanya. Aku sungguh tidak mengerti apa yang membuatku melakukan apa yang kulakukan. Aku tahu kita telah melewati masa yang buruk, tetapi tidak ada satu pun yang membenarkan tindakanku kepadamu. Aku mencintaimu dan mencintai anak-anak kita, tetapi seandainya kita mempunyai kesempatan untuk tinggal bersama, aku perlu meminta sesuatu padamu yang tidak patut aku terima. Aku ingin kamu memaafkan aku. Aku tidak ingin kamu mengatakan lagi padaku betapa bersalahnya aku. Aku tahu itu sekarang. Aku hanya ingin kamu memaafkanku.

Jalan untuk berbaikan bagi mereka dimulai dengan surat itu dan dengan menangisnya Jack seharian seperti seorang anak kecil. Tetapi Jack memaafkannya. Pada hari itu mereka memutuskan untuk memulai sekali lagi, berusaha sekuat tenaga untuk melupakan masa lalu. Ini bukanlah hal yang mudah; kadang-kadang Jack bangun dengan masih diliputi perasaan yang lama, tetapi dengan kemauan keras dia berjanji untuk melupakan luka hatinya. Peristiwa itu terjadi tujuh tahun yang lalu dan sampai hari ini Jack tidak pernah menyinggung isterinya mengenai kejadian itu, juga tidak pernah mengungkitnya pada saat kalah berdebat mengenai hal lain. Mereka telah menemukan cinta lagi - meski telah mengalami semua itu.

Mengampuni bukanlah suatu keputusan untuk menjadi orang yang kalah. Seorang laki-laki yang tidak dapat memutuskan untuk memilih antara kekasih atau isterinya, pulang di akhir minggu, lalu pergi lagi pada hari Senin dan berkata seperti anak berumur lima tahun, "Aku menginginkan kalian berdua," tidak memerlukan pengampunan yang akan menyadarkan pikirannya. Kadang-kadang seorang isteri berkata, "Aku mencintaimu lebih dari yang kamu ketahui, tetapi aku tidak dapat terus bersamamu seperti ini. Sekarang waktunya bagi kamu untuk membuat keputusan."

Pengampunan bukanlah hal yang ajaib; kita mengharapkan terlalu banyak dari pengampunan. Kadang-kadang kita mengharapkan banyak hal di antara kita membaik seperti semula dengan segera, tetapi hal itu mungkin memerlukan waktu.

Saya ingat di akhir sebuah seminar sepasang suami isteri yang masih muda menunggu dengan sabar untuk berbicara dengan saya. Mereka menunggu sampai merasa yakin bahwa ruang seminar telah kosong dan kemudian si pria menceritakan kisahnya. Dia telah melakukan hubungan gelap setahun sebelumnya. Dia berkata, "Saya menceritakan kepada isteri saya apa yang telah saya perbuat, dan saya meminta maaf kepadanya. Saya melepaskan cincin pernikahan saya sambil berkata, ‘Jangan memasukkan cincin ini pada jariku lagi sampai engkau dapat mempercayaiku kembali.'" Kemudian pria itu tersenyum, mengangkat tangannya dan berkata, "Bulan lalu isteri saya memasang kembali cincin itu pada jari saya."

Pria itu merasa lega, tetapi saya memandang pada isterinya untuk melihat bagaimana dia bereaksi. Ia menundukkan kepalanya. Saya berkata kepada pria itu, "Maafkan saya jika saya salah, tetapi saya pikir sewaktu ia memasang kembali cincin itu pada jari Anda dia tidak berkata, ‘Aku mempercayaimu lagi.' Namun ia berkata, ‘Dengan segenap hati aku ingin mempercayaimu lagi.'" Isterinya mengangkat kepalanya dan berkata, "Itulah perasaan saya."

Pasangan itu memerlukan waktu untuk membangun kepercayaan kembali, tetapi mereka telah memulainya. Apa yang telah memburuk dan tumbuh seperti kanker yang tak terlihat perlu diatasi. Dan kita memerlukan pengampunan seperti itu bukan hanya dalam masalah-masalah besar, tetapi juga dalam kejadian-kejadian kecil dalam kehidupan sehari-hari yang mempengaruhi semua hubungan kita.

Pengampunan selalu terasa menyakitkan, tetapi tidak akan menyimpan dendam; pengampunan membuat hari esok bebas dari kenangan buruk yang terjadi di masa lalu. Pengampunan selalu sulit dilakukan, kadang-kadang terkesan bodoh dan, pada dasarnya, sesuai dengan kehendak Tuhan.

Tidak ada harapan bagi kita tanpa pengampunan. Demikian pula dalam pernikahan Anda, tidak akan ada harapan tanpa pengampunan di dalamnya. Tidak akan ada permasalahan yang tak terselesaikan dalam pernikahan jika pengampunan selalu tersedia di dalamnya. Saat Anda merasa tak sanggup untuk mengampuni, berdoalah meminta pertolongan Tuhan agar Ia memampukan Anda untuk mengampuni. Karena setiap kita diciptakan Allah dengan satu kekuatan besar untuk mengampuni, sebesar apapun kesalahan yang telah terjadi.

Sumber : Rob Parsons – 60 Menit Pernikahan
Halaman :
1

Ikuti Kami