Pencarian Kasih Sejati

Family / 20 November 2008

Kalangan Sendiri

Pencarian Kasih Sejati

Lestari99 Official Writer
8143

Tak lagi hormat ataupun bangga pada ayahnya, Martin Sunardi hanyut dalam emosi. Saat Martin melihat ayahnya sedang membentak ibunya, tanpa sungkan sama sekali, Martin mengambil pisau dari dapur dan berniat menusuk ayahnya. Baginya, ayahnya tidak punya andil dalam mendukung perekonomian keluarga mereka sehingga tidak ada hak bagi ayahnya untuk mengatur maupun ‘sok memerintah' di rumah mereka.

Hubungan komunikasi antara Martin dengan kedua orang tuanya memang kurang bagus. Ditambah lagi ayah Martin menderita stres akibat usaha yang dijalankannya bangkrut karena krismon.

Di rumah, Martin hanya melihat seorang ayah yang kerjanya cuma stres, tidur-tiduran, nonton telenovela, makan dan tidur lagi. Akibat kelakuan ayah yang seperti itu, kebencian Martin kepada ayahnya semakin besar. Karena bagi Martin, yang namanya orang tua apalagi seorang ayah, tidak pantas berperilaku seperti itu. Apalagi teman-teman Martin banyak yang usaha bapaknya bangkrut tapi mereka bisa tetap survive. Benar-benar berbeda 180 derajat dengan ayahnya. Satu komitmen Martin saat itu, ia bertekad untuk menjadi seorang pria yang bertanggung jawab, tidak seperti ayahnya.

Martin sempat tidak pulang ke rumah. Martin memilih untuk berkumpul dengan teman-teman geng motornya. Mereka biasanya berkumpul di daerah Muara Karang. Bersama teman-temannya, terkadang Martin mencari keributan di jalan atau hanya sekedar nongkrong di daerah Muara Karang. Kehidupan geng motor dan narkoba membawa Martin ke dalam pertikaian yang takkan terlupakan. Tajamnya samurai hampir saja menembus ke dalam tubuhnya.

Saat itu Martin menulis nama geng motornya di daerah Sunter, dan tulisan itu dicoret oleh geng motor lain yang menguasai daerah itu. Tanpa disangka-sangka, geng motor itu mendatangi geng motor Martin dan berniat mencari keributan. Semua teman-teman Martin kabur meninggalkan dirinya sendirian. Tanpa bantuan sama sekali, Martin harus menghadapi kemarahan geng motor lawan seorang diri. Sebilah samurai panjang telah menempel di badannya. Kematian sudah begitu dekat bagi Martin. Namun di saat kritis itu, salah seorang dari geng motor lawan menghalangi niat temannya untuk melukai Martin. Setelah kejadian itu Martin meninggalkan geng motornya.

Lepas dari geng motor, konsentrasi Martin pun berpindah ke musik dan kekasih yang sangat dicintainya. Martin pun melakukan hubungan terlarang itu dengan pacarnya. Hal yang tak pernah terbersit di dalam pikiran Martin adalah saat kekasihnya datang dan memberitahukan akan kehamilannya. Dengan berurai air mata, kekasih Martin datang dengan penuh kebingungan tidak tahu harus berbuat apa. Namun Martin kembali teringat akan kelakuan ayahnya dan tekadnya untuk tidak menjadi seperti ayahnya, ia pun langsung mengambil tindakan untuk bertanggung jawab atas kehamilan kekasihnya.

Martin pun datang ke rumah kekasihnya. Akan tetapi ia tak dapat menolak kemauan orang tua sang kekasih untuk menggugurkan janin yang ada dalam kandungan kekasihnya yang sempat ia pertahankan.

Dengan penuh kegelisahan, Martin menunggui kekasihnya yang akhirnya mengambil tindakan aborsi atas kemauan orang tuanya bagi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Martin sangat kuatir sesuatu akan terjadi menimpa kekasihnya. Apalagi sebelumnya ia sudah pernah menyaksikan video aborsi yang diputar di gerejanya. Bagi Martin, kekasihnya adalah segala-galanya dalam hidupnya. Kekasihnya adalah seorang yang paling mengerti dirinya, apalagi dengan kondisi kedua orang tua Martin yang secara emosional jauh darinya. Bagi Martin kekasihnyalah yang selama ini selalu mensupport dirinya dalam hari-hari berat penuh pergumulan yang harus dijalaninya. Kekasihnya adalah satu-satunya orang yang mau mendengar setiap keluh kesahnya dan memberi nasehat agar Martin menjadi lebih baik lagi.

Namun ternyata kenyataan berkata lain. Bukan kematian yang memisahkan mereka, namun karena kekasihnya tak lagi yakin akan cinta dan kesetiaan Martin. Lalu ia pun meninggalkan Martin dengan penuh kepedihan hati.

Martin merasa ada bagian dari dirinya yang hilang. Hanya putaw dan suntikan yang dipikirnya dapat membuat hidupnya tenang. Jalan menuju kematian telah dipilih Martin. Daripada memikirkan besarnya rasa kehilangan yang dirasakannya saat itu, Martin memilih untuk mati.

Over dosis pun dialami Martin. Saat Martin koma akibat over dosis, ia melihat sebuah cahaya yang sangat terang, dan ada orang yang memakai jubah putih dengan muka yang dipenuhi cahaya sehingga tak terlihat wajahnya. Dengan tangan terbuka Yesus mendatangi Martin dan berkata, "Martin, kenapa kamu menganiaya Aku?" Martin hanya bisa menangis.

Sampai akhirnya ada satu kalimat yang membuat Martin kembali bangkit. Perkataan yang diucapkan Yesus itu adalah, "Maukah kamu hidup lagi? Kalau kamu mau hidup lagi, maukah kamu menjadi alat-Ku untuk Kupakai menyebarkan kasih-Ku kepada semua orang?" Dalam hati Martin saat itu, kesempatan seperti itu tidak akan datang dua kali. Dengan penuh keyakinan, Martin menjawab panggilan Tuhan dengan berkata, "Yes Tuhan, mulai hari ini aku mau hidup dan aku mau menjadi alat-Mu!" Dengan penuh ucapan syukur, Martin hanya dapat mengucap syukur kepada Tuhan atas kasih yang diterimanya saat itu. Ucapan syukur karena Tuhan masih mau mengambil dan mengangkatnya untuk menjadi sesuatu.

Saat Martin merasa Tuhan berkata kepada dirinya, "I can't live without you", perasaan Martin saat itu benar-benar tak tergambarkan dengan kata-kata. Sukacita yang dirasakannya dalam hatinya saat itu benar-benar penuh. Semua rasa pengakuan, pengertian, kasih sayang, cinta, sahabat dan teman yang dicarinya selama ini di dunia telah ditemukannya pada satu pribadi, yaitu Yesus sendiri. Martin sadar ia tak perlu lagi mencari. Saat Tuhan memeluk dirinya dengan erat, Martin hanya dapat merasa dirinya telah komplit, tidak ada lagi yang perlu ia cari dalam hidupnya. Dan kasih Tuhan yang diterimanya saat itu, bagi Martin adalah sesuatu yang sebenarnya ia cari selama ini dan harus ia pegang erat-erat agar tidak lepas lagi. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa seperti itu, hanya Tuhan Yesus yang bisa memberikan kasih yang selama ini Martin impikan.

Saat Martin terbangun dari koma, Martin melihat ibu dan adiknya yang sangat kuatir akan kondisi yang dialaminya saat itu. Namun kebencian yang dirasakannya terhadap ayahnya belumlah sirna. Masih ada kepahitan yang tersimpan di dalam hati Martin karena tidak adanya tanggung jawab ayahnya bagi keluarga mereka.

Beberapa bulan berlalu. Saat Martin hendak pergi pelayanan ke Makassar, tanpa diduga oleh Martin, ibunya meminta dirinya untuk menyempatkan diri datang ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum berangkat ke Makasaar karena ayahnya dalam kondisi kritis. Martin yang awalnya berpikir bahwa kematian ayahnya adalah hal terbaik yang dapat ia syukuri demi kebaikan keluarganya, namun saat itu tiba-tiba saja berubah. Saat ia tiba di rumah sakit dan melihat kondisi ayahnya yang mengenaskan, Martin hanya bisa menangis dan menyadari kalau ternyata ia tidak siap untuk ditinggal ayahnya saat itu. Satu kebenaran muncul di hati Martin saat itu. Ia takut kehilangan ayahnya dan ternyata ia sayang kepada ayahnya, sesosok pribadi yang selama ini telah dibencinya.

Sepulangnya dari Makassar, tanpa membuang waktu Martin menemui ayahnya. Dengan pelukan hangat, Martin berkata kepada ayahnya, "Aku sayang papa". Ayahnya hanya membalas perkataan Martin dengan senyuman, namun bagi Martin hal itu sudah cukup mewakili bahwa ayahnya juga sayang terhadap dirinya.

"Tuhan sudah menyelamatkan saya, baik secara jasmani maupun rohani. Secara jasmani karena saat ini kehidupan keluargaku sudah jauh lebih baik, bisa jauh lebih dekat dengan keluarga, komunikasi dengan nyokap juga lancar, apalagi dengan bokap saat ini saya sudah bisa bercanda. Saya hanya bisa bilang sama Tuhan, ‘Terima kasih, Tuhan sudah mau menyayangi saya seperti Tuhan menyayangi diri-Nya sendiri,'" ujar Martin menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan pada 20 November 2008 dalam acara Solusi Life di O'Channel)

Sumber Kesaksian :
Martin Sunardi
Sumber : V081126140513
Halaman :
1

Ikuti Kami