Kaum Kaya AS Pun Tidak Bisa Tidur Nyenyak

Nasional / 17 October 2008

Kalangan Sendiri

Kaum Kaya AS Pun Tidak Bisa Tidur Nyenyak

Tammy Official Writer
3789
Selama dua pekan terakhir ini hidup Kathryn Morrison dan suaminya tidak tenang. Makan tak enak. Tidur pun tak nyenyak. Bayangan harga saham yang berguguran terus menghantui. Angan-angan menikmati masa pensiun dengan tenang pun sirna. Harvey Goldberg ingin menjual sahamnya saat indeks Dow Jones berada di level 12.300. Meski begitu, penasihat finansialnya tetap mendorongnya untuk berinvestasi. Sejak itu, indeks Dow Jones sudah jatuh sekitar 20 persen.

Orang-orang kaya seperti Morrison dan Goldberg sempat dikira akan lolos dari krisis finansial global. Namun, dengan anjloknya harga saham, nilai investasi mereka terpotong satu demi satu. Akibatnya, banyak orang kaya yang panik. "Saya kesal karena tidak memercayai keberanian dan insting saya untuk menunggu. Saya marah dengan diri saya sendiri," kata Goldberg (57) yang tinggal di Washington.

Kaum Kaya ASReaksi setiap orang menanggapi krisis finansial berbeda-beda. Bahkan, antara suami dan istri pun tak sama. "Suami saya maunya jual-jual saja karena ia panik dengan tabungan pensiun kami. Saya tidak bisa menyalahkan dia," kata Morrison (59), yang hidup di Alexandria, Virginia, dan mengelola perusahaan public relations dengan aset investasi 2 juta dollar AS.

Morrison juga mengaku tidak peduli apabila suaminya kehilangan uang jika terlambat masuk lagi ke pasar saham. Yang penting bagi Morrison, suaminya bisa tidur nyenyak lagi. Jika suaminya panik, Morrison justru berusaha melihat krisis finansial itu dengan cara positif. "Ini peluang penjualan yang terbaik sepanjang masa," ujarnya.

Sikap positif Morrison berbuah. Setelah delapan hari merugi, Wall Street kembali bergairah dengan perolehan 11 persen, Senin, 13 Oktober, setelah pemerintah berjanji mengucurkan uang tunai untuk menstabilkan sektor perbankan. Investor yang membeli saham saat harga terendah sempat untung. Namun, sayangnya, saham kembali merosot hari Rabu. Oleh karena itu, Dan Genter, Manajer RNC Genter Capital Management di Los Angeles, mengaku kini dirinya semakin berhati-hati.

Wakil Presiden Lenox Advisors di New York Rob Burger juga mengaku akhir-akhir ini mau tidak mau harus menerima telepon dari klien yang panik. Lama-kelamaan, Burger mengaku, pihaknya menjadi psikolog finansial bagi klien. "Kami selalu meminta klien tenang dan menyimpan bukti investasi mereka di dekat mereka sehingga bisa tidur nyenyak," ujarnya.

Berusaha sendiri

Kaum Kaya ASTerkait dengan jasa penasihat finansial, Goldberg berencana mengganti penasihat finansialnya. Bahkan, ia sempat berpikir tidak akan lagi memakai jasa penasihat dan mengurus kekayaannya sendiri yang saat ini ada di pasar saham. "Untuk saat ini tak banyak yang bisa saya lakukan selain menunggu pasar kembali bergairah. Saya tidak takut, tetapi saya kapok," ujarnya.

Goldberg tidak sendiri. Menurut jajak pendapat Prince & Associates, 81 persen investor dengan aset 1 juta dollar AS atau lebih berencana meninggalkan penasihat finansialnya. Sekitar 86 persen responden berencana memberi tahu investor lain untuk tidak lagi menggunakan jasa penasihat finansial yang mereka pakai sebelumnya. Bahkan, banyak yang akan menuntut pialang-pialang saham mereka.

Direktur Penasihat Investasi BelAir Todd Morgan, yang mengelola sebagian besar uang orang-orang terkaya di Los Angeles, mengaku dalam satu pekan terakhir ini tiada henti menerima telepon dari klien-kliennya. "Jumlah telepon yang saya terima dalam satu pekan ini jauh lebih banyak dibandingkan yang pernah saya terima selama 38 tahun karier saya," ujarnya.

Morgan menyatakan, semua kliennya sangat khawatir dengan situasi yang serba tidak pasti ini. "Mereka khawatir akan semakin banyak kehilangan uang. Selain itu, juga ada kekhawatiran mereka harus mengubah gaya hidup mewah mereka selama ini," ujarnya.


Sumber : kompas.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami