Sukses Berbisnis Kartu Undangan Handmade

Entrepreneurship / 12 October 2008

Kalangan Sendiri

Sukses Berbisnis Kartu Undangan Handmade

Tammy Official Writer
4735
Kalau kita membuat kesalahan, kita harus tahu cara memperbaikinya. Tapi cara yang paling efektif untuk memperbaiki diri adalah menyadari lebih dahulu bahwa kita salah!
Tulisan With Love berwarna biru terlukis cantik di atas kartu berwarna pink. Di tengahnya, mendominasi Mawar Merah yang tersembul dengan tekonologi punch. Di pingiran kartu, pada bagian atas dan tepian kanannya, daun dengan warna hijau bersambung, satu demi satu membentuk rangkain garis panjang.

Penggunaan punch merupakan kelebihan kartu yang didesain oleh Elly Sadomo (50) dan Christine (50). Pada teknologi ini, gambar yang akan "ditimbulkan" ditempelkan pada kartu. Penempelan menggunakan sentuhan tangan dibantu dengan lem kertas. Setiap kartu harus merasakan sentuhan khusus untuk tampil cantik dan menarik. Meski usia sudah beranjak senja, semangat dan kreativitasnya tidak surut.

Ketika memulai tahun 2004, modal yang digelontorkan kurang dari Rp1 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli kertas Qwiling dan Punch (cetakan gambar) lonceng, bunga, hati, dan lain-lain. Itupun dilakukan dengan mencicil. Guna mengirit pengeluaran, mereka mendaur ulang kartu undangan bekas dan klender yang dirangkai menjadi manik-manik dan hiasannya. "Terkadang di kartu undangan ada satu halaman yang kosong. Halaman itu yang kami manfaatkan," kata Christine.

Bila awalnya, kedua perempuan tersebut hanya menghasilkan 20 sampai 50 kartu. Kini mereka bisa membuat 100 kartu bahkan lebih, bila dikerjakan dengan serius dalam sehari. Padahal kerajinan tangan ini, niatnya lebih merupakan upaya mengisi waktu luang. Supaya produk yang dihasilkan lebih baik, Elly tak segan-segan untuk meminta pendapat Christine. Bahkan tidak jarang Christine bertindak sebagai penyelesai akhir. "Ini penting sekali. Jangan sampai kalau sudah dipasarkan malah tidak laku sama sekali", jelas Christine yang bersama Elly bergereja di GKI Pos Karawaci, Tangerang.

Mengubahkan Via Talenta

Insting bisnis mereka muncul ketika mengunjungi pusat perbelanjaan. Ternyata, kartu mereka tidak kalah menarik dari yang dijual. "Di mall saya lihat kartu maupun undangan hanya mengandalkan teknologi printing. Yang kami buat cukup menarik karena menambahkan aksesoris yang menghidupkan," jelas Elly bersemangat. Meski yang dipasarkan tidak banyak, namun minat orang untuk membeli sangat besar. Permintaan pun meningkat. Bersamaan dengan itu produksi keduanya pun mengimbangi.Tapi tidak berhenti disitu.

Berbagai strategi pemasaran, untuk mengenalkan produk dilakukan. Bila ada pameran atau bazaar, keduanya berusaha terlibat dengan membuka stand. Hasilnya menguntungkan. Materi maupun batin. Dari salah satu pameran saja, mereka bisa memperoleh hasil bersih Rp4 juta. Dengan bendera Chris Handmade Cards, Elly dan Christine rindu orang datang tidak hanya membeli. Tetapi juga menyaksikan demonstrasi pembuatan kartu. Tidak jarang pengunjung diundang terlibat untuk membuat kartu sendiri.

Tidak jarang dari mereka yang mencoba tadi, membeli bahan-bahan dari stand untuk mencoba di rumah. "Kami sudah cukup senang mengetahui orang yang kami ajar dapat membuat kartu sendiri," ujar Christine. Keduanya tidak merasa takut dan tersaingi. "Ini talenta Tuhan yang berikan. Kami rindu orang lain dapat melakukan hal yang sama," kata Christine. Selain mendemonstrasikan kemahiran di berbagai event, Elly dan Christine tidak bersuka cita mendemonstrasikan keahliannya di gereja. Keduanya terlalu rindu membagikan keahliannya kepada setiap orang. Itulah bentuk ucapan syukur dan pelayanan yang bisa mereka berikan. Mengubahkan orang lain untuk menjadi lebih baik.

Rahasia Sukses:
Semangat Kerja
Kreatifitas Kerja
Promosi Produk

Sumber : bahana-magazine.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami