Pdt.Stephen Tong Dan Gereja Megah Bernilai Milyaran Rupiah

Internasional / 6 October 2008

Kalangan Sendiri

Pdt.Stephen Tong Dan Gereja Megah Bernilai Milyaran Rupiah

Puji Astuti Official Writer
27331

Setelah penantian sekitar 16 tahun, dari mulai bergumul untuk  mendapat ijin, gereja yang dipimpin oleh Pdt.Stephen Stong akhirnya meresmikan sebuah gedung gereja katedral Mesias yang sangat megah pada Sabtu (20/9) lalu. Gereja yang berdiri di Kemayoran-Jakarta ini diperkirakan menghabiskan milyaran rupiah dalam pembangunannya.

"Gereja ini tidak disuport oleh siapapun, juga tidak disubsidi oleh pemerintah, bahkan tidak meminjam uang dari bank. Kami hanya mengumumkan melalui mimbar bahwa jemaat kita sudah banyak dan perlu membangun sebuah gereja. Hal ini diumumkan mulai tahun 1992. Setelah belasan tahun menunggu ijin, akhirnya tiga tahun lalu dengan ijin yang resmi kami mulai membangun," demikian penjelasan Pdt.Stephen tong kepada stasiun radio Deutsche Welle.

Rencana awalnya gedung gereja ini akan dibangun disebidang tanah di Cempaka Putih, namun berdasarkan masukan dari pemuka agama Islam setempat mereka mengusulkan untuk dibangun di daerah Kemayoran. Maka berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak pemuka agama, akhirnya tiga tahun lalu gereja yang dipimpin oleh Pdt.Stephen Tong  mengantongi ijin pembangunan gereja dari wakil Gubernur DKI Jakarta atas gereja yang berdiri didaerah Kemayoran tersebut.

Gereja ini uniknya dibangun dibelakang sebuah masjid. Pada masa-masa pembangunannya, gereja katedral Mesias ini tidaklah berjalan semulus kelihatannya, sempat terjadi provokasi oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab yang dipercayai oleh Pdt.Stephen bukanlah dari pihak masjid sebelah, namun masalah ini dapat dijembatani dengan dialog antar pemuka agama sehingga akhirnya gereja ini tetap dapat terus dibangun.

Di Indonesia bukanlah hal asing jika sebuah gereja diganggu, ditutup, atau bahkan dibakar, namun berdirinya gereja katedral Mesias ini bersanding dengan tempat ibadah lain adalah sebuah kemajuan dalam kerukunan beragama.

Hal inilah yang disampaikan Pdt.Stephen Tong tentang kerukunan beragama,"Dulu jaman Bung Karno, paling hanya 1 atau 2 gereja yang dibakar. Namun dalam 15 tahun terakhir ini ada sekitar 1000 gereja yang dibakar dan dirusak. Dan saya sangat menyesal karena pelakunya tidak pernah terdengar atau tidak sering kita ketahui sampai diproses ke pengadilan. Saya mengharapkan ada perubahan dan kemajuan dalam hal toleransi di Indonesia. Saya percaya bahwa sebagaian besar orang Indonesia baik sekali, meskipun beragama Islam, dan ada juga orang Kristen Indonesia yang memiliki kelemahan. Hanya ada segelintir orang yang bersifat provokator atau pengacau. Saya harapkan orang Kristen  intropeksi (jika mengalami tekanan - Red). Baik masjid maupun gereja berdasarkan prosedur harus memiliki ijin untuk mendirikannya. Tetapi jika ada kesulitan dan ada orang yang tidak suka, itu hal lumrah. Tetapi saya harapkan masyarakat makin mengerti apa itu bhineka tungal ika, apa itu kebebasan beragama, apa namanya hak azasi manusia, apa artinya toleransi. Hal inilah yang saat ini sedang kami perjuangkan."

Hal inilah yang diperjuangkan oleh Pdt.Stephen Tong ketika mendirikan Reformed Center for Religion and Society (Reformed CRS) atau Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat. Hal ini dilakukan dalam bentuk dialog antar agama dan juga pengkajian peran agama dalam berbagai aspek kehidupan sosial.

Tujuan pendirian gereja yang megah dengan kapasitas 4000 jemaat di tanah seluar 3000 meter persegi ini menurut Pdt.Stephen Tong bukanlah karena kesombongan, arogansi, atau menunjukkan bahwa gereja memiliki uang banyak, tetapi karena memang kebutuhan dengan banyaknya jemaat saat ini.

"Jakarta lebih dari 8% penduduknya adalah umat Kristiani. Dari 13,62 juta menurut statistik tahun lalu, maka sekitar 1,5 juta itu orang Kristen. Untuk 1 juta orang Kristen maka jika 1 gedung gereja itu 4000 lebih orang ini tidak besar.  Sama seperti orang Kristen tidak boleh marah jika Masjid Istiqlal begitu besar, karena memang orang Islam begitu banyak. Kita tidak boleh tutup mata, dan harus menerima fakta. Jika Masjid Istiqlal begitu besar, orang Kristen harus senang. Demikian juga kalau ada gereja yang perlu gedung hanya dengan kapasitas 4000 orang saja, Islam harus mau mengerti. Itulah caranya membikin bangsa ini maju,"demikian Pdt.Stephen Tong menutup wawancaranya dengan Deutsche Welle.

Sumber : Radio Deutsche Welle/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami