Memang tidak diragukan bahwa Palin telah menarik banyak pendukung dari kalangan rakyat biasa di Republik. Orang berbondong-bondong menghadiri kampanyenya. Uang pun mengalir deras ke kas kampanye McCain. Palin juga menarik banyak relawan partai. McCain menyebut Palin sebagai aset luar biasa dan cawapres yang fantastis.
Tapi, tidak bisa ditampik bahwa sejumlah orang dalam Republik khawatir pada penampilannya mendatang. Palin akan menghadapi Biden yang sangat berpengalaman dalam soal kebijakan luar negeri.
Palin baru menerima tidak lebih dari lima wawancara sementara Biden sudah 100 wawancara dengan media. Dalam beberapa wawancara, terlihat Palin kebingungan dan mengulangi jawaban yang sama dan kadang samas-samar.
Ahli strategi Republik, Tony Fabrizio, menilai wawancara Palin di CBS cukup untuk membuat Republik waspada. "Tidak bisa wawancara seperti itu terus," ungkap Fabrizio kepada Politico.com. Bahkan, kolumnis konservatif yang dulu mendukung Palin, Kathleen Parker, mendesak Palin untuk mundur.
Dalam sejumlah wawancara, Palin tidak memberikan jawaban memuaskan dan tepat.
Ketika Charlie Gibson dari ABC bertanya soal Doktrin Bush, Palin memberikan jawaban yang mengambang. Kepada Gibson, Palin juga mengatakan kemungkinan berperang melawan Rusia. Padahal, pernyataan eksplisit seperti itu sangat dihindari oleh sebagian besar kandidat.
Penasihat Palin khawatir Gubernur Alaska yang relatif belum berpengalaman dalam debat, hanya bersikap defensif.