Campuran Melamin Dan Susu Memang Diperbolehkan Di Cina

Nasional / 27 September 2008

Kalangan Sendiri

Campuran Melamin Dan Susu Memang Diperbolehkan Di Cina

Puji Astuti Official Writer
5353

Wakil Gubernur Provinsi Hebei, Tiongkok, di mana pabrik salah satu perusahaan susu terbesar Tiongkok, Sanlu, berada, mengatakan salah satu pemasok susu telah mulai mencampur melamin dengan susu sejak tiga tahun lalu. Sejak itu, mencampur susu dengan melamin menjadi hal yang biasa dilakukan.

Seorang pejabat kesehatan Tiongkok menyebut, konsumsi melamin dalam jumlah kecil, kurang dari 0,63 miligram per kilogram, tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Namun, saat skandal susu beracun terungkap, kandungan dalam sejumlah susu formula produksi Sanlu, mengandung 25 miligram per kilogram atau 4.000 kali dari yang dibolehkan.

 

Lonjakan biaya dengan kenaikan harga pakan ternak, bahan bakar, dan berbagai biaya lainnya, dituding sebagai pemicu. Ditambah dengan kebijakan Beijing untuk menekan inflasi harga makanan. Tidak seperti di negara maju, di mana para petani susu memiliki ribuan sapi dan lebih mampu mengendalikan kualitas susu.

 

Di Tiongkok, susu berasal dari para petani skala kecil yang menjualnya ke stasiun pengumpul. Stasiun pengumpul yang kemudian menjualnya ke perusahaan besar. Lonjakan biaya membuat para pengumpul susu merasa terjepit di antara para petani yang menuntut kenaikan harga dan perusahaan besar yang menuntut penurunan harga.

 

Hal itu dijadikan dalih para pengumpul susu untuk mengakalinya dengan menambahkan air pada susu, kemudian memberi bahan tambahan. Melamin merupakan campuran termurah, yang memiliki kemampuan mengelabui pengujian kadar protein. Selama bertahun-tahun cara itu lazim dilakukan.

 

Hal itu menjelaskan banyaknya perusahaan susu, yang produknya terkontaminasi melamin saat skandal itu terungkap. "Saya sangat kecewa, karena semestinya pemerintah melakukan lebih untuk melindungi rakyat," kata Liao Yanfang, yang putranya berusia satu tahun, menderita batu ginjal karena mengkonsumsi susu Sanlu.

 

Kini pertanyaan meluas di masyarakat Tiongkok, tentang mengapa pengawas makanan dan kesehatan mengabaikan adanya penyimpangan dalam pasokan susu, meski hal itu telah diketahui oleh pemerintah. Demikian juga pengabaian atas indikasi berbahayanya produk itu untuk dikonsumsi.

 

Persoalan yang ditumbulkan produk susu Sanlu, mulai terdengar Desember 2007, dengan keluhan yang diajukan sejumlah orangtua mengenai bayi mereka yang sakit. Tapi, Sanlu hanya menanggapinya dengan memberikan kepada para orangtua itu produk gratis Sanlu. Namun, kasus itu terus bergulir dengan peringatan dari para dokter dan wartawan.

 

Seorang dokter di rumah sakit anak di Xuzhou, Feng Dongchuan, dalam jurnalnya di internet 24 Juli, menulis bahwa dia mendapat tujuh pasien bayi yang menderita batu ginjal. Jumlah itu merupakan sesuatu yang tidak biasa. Dia juga menulis, kasus serupa juga terjadi di Nanjing.

 

Pada hari yang sama, seorang dokter lainnya yang tak menyebut nama, juga mengirimkan peringatan ke Administrasi Umum Pengawas Kualitas, Inspeksi, dan Karantina, dengan menyebut satu merek susu formula, Sanlu. Balasan baru diberikan sepekan kemudian dan hanya menyarankan pelapor menyampaikannya ke Departemen Kesehatan.

 

Tapi, diketahui kemudian, Sanlu secara diam-diam memerintahkan para distributor untuk menarik produk susu bubuk dan susu formula bayi. Sanlu telah mengetahui produknya terkontaminasi, tapi memilih untuk menyembunyikannya. Hal itu dikonfrontasi oleh perusahaan susu asal Selandia Baru, Fonterra, yang juga pemilik saham Sanlu.

 

Fonterra mengklaim telah memaksa Sanlu mengumumkannya ke publik, Juli, tapi eksekutif Sanlu serta pemerintah setempat menolaknya. Meski dibantah, tapi diduga skandal itu ditutupi untuk mensukseskan penyelenggaraan Olimpiade Beijing, Agustus lalu

Sumber : Antara/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami