Dampak Semangat Hidup Pada Kematian

Psikologi / 22 September 2008

Kalangan Sendiri

Dampak Semangat Hidup Pada Kematian

Puji Astuti Official Writer
10078

Semangat adalah faktor yang sangat mempengaruhi kesehatan. Raja yang besar dari Israel berkata, Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang (Amsal 17:22). Namun pengaruh kehilangan semangat ternyata lebih parah dari sekedar mengeringkan tulang, namun bisa berujung kepada kematian. Hal ini telah dibuktikan oleh sebuah riset yang dilakukan oleh ilmuwan dari Jepang.

Riset ilmuwan Jepang ini mengindikasikan, seseorang yang tak memiliki ikigai -  diartikan sederhana sebagai semangat dan tujuan hidup - cenderung akan meninggal lebih cepat dalam beberapa tahun ke depan.

Berdasarkan riset tersebut, meningkatnya risiko kematian juga ditentukan faktor lain seperti penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) dan penyebab eksternal terutama upaya bunuh diri. 

Dimuat jurnal Psychosomatic Medicine edisi Juli/Agustus, Dr. Toshimasa dari Sone Tohoku University Graduate School of Medicine di Sendai meneliti untuk pertama kalinya pengaruh  ikigai terhadap risiko kematian seseorang. Toshimasa juga mengklaim bahwa risetnya adalah yang kedua meneliti kematian akibat penyebab yang spesifik.

Dalam risetnya, Toshimasa melibatkan 43.391 pria dan wanita berusia 40 hingga 79 tahun yang tinggal di wilayah Ohsaki. Partisipan dipantau selama tujuh tahun dan sepanjang periode itu tercatat 3.048 orang meninggal dunia.

Selama riset partisipan disodori pelbagai pertanyaan termasuk "Apakah Anda memiliki Ikigai dalam hidup Anda?".  Sebanyak 59 persen mengatakan 'Ya', sebanyak 36,4 persen mengatakan 'Tidak Yakin', dan 4,6 persen menyatakan 'Tidak'.

Mereka yang mengaku tak punya ikigai cenderung berstatus belum menikah dan tak punya kerja. Mereka juga berpendidikan rendah, kualitas kesehatan yang buruk, mengalami stres mental dan sering merasakan sakit.  Mereka juga cenderung memiliki fungsi fisik yang terbatas.

Walaupun peneliti telah menggunakan teknik statistik untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut, orang yang tak punya ikigai tetap mengalami peningkatan risiko kematian selama periode penelitian dibandingkan mereka yang punya ikigai. Hubungan antara faktor-faktor ini juga bersifat independen setelah memperhitungkan sejarah penyakit  dan konsumsi alkohol

Hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan, orang yang tak punya ikigai tercatat 50 persen berisiko lebih besar meninggal oleh pelbagai sebab selama periode penelitian dibanding mereka yang punya semangat dan arti hidup .

Orang yang tak punya ikigai berisiko 60 persen lebih besar mengalami kematian akibat penyakit kardiovaskuler, terutama stroke, dan 90 persen cenderung meninggal oleh  faktor eksternal. Tercatat sebanyak 186 kematian partisipan terjadi karena penyebab eksternal dan 90 di antaranya adalah bunuh diri.

Ayub pernah berkata saat ia sedang menghadapi masa-masa kelam dalam hidupnya seperti ini, "Semangatku patah, umurku telah habis, dan bagiku tersedia kuburan." (Ayub 17:1). Untuk itu bagi Anda yang ingin berumur panjang, bersemangatlah dan bersukacitalah. Pastikan setiap hari Anda memulai pagi Anda dengan penuh semangat. Sesulit apapun hidup Anda, firman Tuhan berkata (Amsal 18:14), "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaanya."

Sumber : Kompas.com/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami