Plus Dan Minus Jika Malu Dan Merasa Bersalah

Psikologi / 15 September 2008

Kalangan Sendiri

Plus Dan Minus Jika Malu Dan Merasa Bersalah

Lestari99 Official Writer
11193

Ada beberapa pertanyaan yang perlu kita simak berikut ini.

  1. Apakah kita mampu menyadari berbagai perasaan yang kita hayati dalam satu waktu tertentu?
  2. Perasaan manakah yang mampu kita kenali dengan cara lebih mudah?
  3. Perasaan manakah yang sulit kita kenali? Bisa saja, tidak hanya perasaan negatif yang sulit kita kenali.
  4. Bagaimana taraf emosi yang kita hayati mempengaruhi kecintaan pada diri sendiri atau keintiman berelasi dengan pasangan?

Rasa bersalah dan rasa malu bila tidak kita sadari dapat berperan sebagai racun bagi kesehatan kehidupan emosi karena kedua perasaan tersebut biasanya berkembang berdasar pada kesimpulan menyakitkan yang bisa saja merupakan kesimpulan palsu tentang diri sendiri atau tentang orang lain di sekitar kita.

Dapat dipahami bila kemudian kesimpulan menyakitkan itu berkembang menjadi penghalang bagi relasi kasih antar kita dan pasangan.

Sebenarnya kita tidak pernah diajar dan diharapkan mampu mengidentifikasi atau menyadari perasaan kita. Tetapi, tanpa kita sadari, kehadiran rasa bersalah dan rasa malu yang tidak kita kenali dan tidak kita kelola dengan baik dapat membuat kehidupan kebersamaan antar pasangan terganggu.

Racun Rasa Bersalah Dan Malu

"Saya heran, suami saya tidak pernah minta maaf. Dia selalu merasa dirinya benar dan berbuat seolah-olah dirinyalah yang terbenar di dunia ini", demikian Ny K (35).

Ungkapan verbal tersebut muncul dari bibir seorang istri yang merasa kesal dan kewalahan oleh perlakuan suaminya. Ungkapan tersebut merupakan contoh konkret bagaimana rasa bersalah yang tidak dikenali suami membuat suami mengembangkan perilaku yang semakin tidak menyenangkan istrinya.

Mengapa Ny K sampai pada kesimpulan di atas? Penyebabnya adalah sikap dan perilaku suami yag tidak mengenal rasa bersalah ternyata membuat suami tampak semakin egois, mau menang sendiri. Apalagi bila ketidaksadaran akan rasa bersalah diikuti rasa malu yang tidak dikenali pula. Bisa-bisa, peluang peningkatan perilaku agresif suami terjadi, misalnya, memukul istri atau melempar istri dengan asbak yang berada dalam jangkauannya.

Perilaku yang cenderung menjadi tindak kekerasan bisa jadi merupakan kompensasi negatif terhadap rasa malu yang dipicu rendah diri karena jenjang karier istri yang lebih tinggi.

"Saya kasihan kepada suami saya. Sebenarnya saya mengetahui dirinya kena rasionalisasi di perusahaan tempat dia bekerja. Tetapi, selama dua minggu ini dia bersikap seolah masih kerja. Bangun pagi, berpakaian rapi dan berpamitan untuk kerja seperti biasa. Padahal, bila saja dia berterus terang, kami bisa membicarakan secara terbuka untuk membuat kesepakatan baru dalam mengelola rumah tangga. Saya terima kesulitannya dan ingin membantu, tetapi karena dia berpura-pura bekerja, maka saya pun bersikap seolah dia pulang kerja. Saya lelah dengan sikap pura-pura dan ingin kejujuran di antara kami sebagai suami-istri. Sampai kapan dia akan berpura-pura kerja?", demikian Ny B, karyawati pabrik kosmetik.

Rasa malu yang tidak disadari pun dapat membuat seseorang melakukan tindakan pura-pura yang sebenarnya bukan solusi bagi masalah yang dihadapi, melainkan sekadar mengatasi rasa malu kepada istri karena kena PHK.

Nilai racun kepura-puraannya terletak pada pemanfaatan energi psikis yang terbuang percuma. Selain ongkos perjalanan ke luar rumah yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menutupi kebutuhan lain, seorang yang berpura-pura akan diliputi ketegangan mental berlanjut. Manifestasi dari ketegangan emosi bisa bersifat gejala psikis dan gejala fisik.

Madu Bagi Kesehatan Emosi

Menyadari dan peka terhadap rasa bersalah sebenarnya justru akan membuat kehidupan emosi kita sehat.

Kehidupan emosi yang sehat akan mendorong peningkatan peran rasio kita. Rasa bersalah yang kita sadari sepenuh hati dengan sendirinya membuat kita bersikap lebih jujur sehingga tanpa disadari pula akan meningkatkan kadar kepercayaan pasangan kita. Semakin mendapat kepercayaan pasangan kita, semakin bahagialah kehidupan perkawinan kita.

Demikian pula halnya dengan rasa malu. Dengan penerimaan rasa malu yang wajar, kita akan mencoba meningkatkan kemampuan kita dan akan lebih berhasil dalam kinerja kita karena energi psikis yang kita miliki tersalurkan ke arah positif.

"Saya bangga kepada suami saya karena kegagalan dalam karier jenjang kerja formal saat ini dikompensasikan dengan keberhasilan bekerja sebagai ahli membubut kayu untuk membuat aksesori berbagai jenis mebel". Dalam contoh tersebut, rasa malu dikenai PHK diatasi dengan menggali potensi mental lain yang ternyata lebih produktif.

Peka

Bagaimana membuat diri peka dan menyadari rasa bersalah dan rasa malu?

  1. Luangkan waktu 10 menit terakhir malam hari sebelum tidur untuk introspeksi diri.
  2. Evaluasi perilaku mana yang pantas dan mana yang tidak pantas kita lakukan hari itu.
  3. Berjanji kepada diri sendiri kita tidak akan melakukan lagi perilaku yang kurang pantas.
  4. Bila kita merasa kurang berhasil dalam introspeksi, mintalah umpan balik langsung dari pasangan tercinta kita.

Dengarlah umpan balik pasangan dengan aktif dan sungguh-sungguh untuk kemudian mintalah pasangan memberitahu sejauh mana efektivitas upaya perbaikan yang kita lakukan. Maka, terbinalah kesehatan kehidupan emosi kita.

Sumber : kompas.com
Halaman :
1

Ikuti Kami