Pernikahan: Apa yang Kita Pelajari dari Hosea

Marriage / 9 June 2008

Kalangan Sendiri

Pernikahan: Apa yang Kita Pelajari dari Hosea

Fifi Official Writer
10409
Terlalu banyak pasangan bercerai karena persoalan yang sebenarnya bisa diperbaiki. Dalam hal ini saya berbicara tentang pasangan yang berhenti menyukai satu sama lain, saling menjauh pelan-pelan, dan menolak untuk berusaha demi pernikahan mereka. Hari-hari ini, pasangan Kristen sudah mulai mengijinkan ketidakbahagiaan mereka menjadi alasan yang dapat diterima untuk bercerai. Selama 20 tahun pengalaman saya dalam terapi pernikahan, saya tidak dapat meyangkal meningkatnya jumlah orang yang tidak puas dengan pernikahan mereka. Rasa sakit dalam pernikahan benar-benar nyata. Namun bagaimanapun juga, rencana untuk lari bukanlah jawabannya. Ketidakbahagiaan itu bisa diobati dan diatasi. Tapi itu membutuhkan usaha, kerja keras, bahkan mungkin konseling.

Alkitab menunjukkan bahwa Tuhan mengadakan perjanjian dengan manusia. Dia menggunakan perjanjian ini sebagai teladan bagi pernikahan. Keduanya didefinisikan sebagai janji yang tidak dapat dipatahkan. Alkitab penuh dengan hubungan-hubungan perjanjian yang sulit, yang membutuhkan rekonsiliasi. Bahkan, yang paling tidak biasa adalah kisah Hosea dan Gomer. Tuhan menyuruh nabiNya, Hosea untuk menikahi Gomer, seorang pelacur (Hosea 1:2). Selama periode itu dalam sejarah, Tuhan lelah dengan umatNya yang tidak setia dan memuja allah-allah lain. Pernikahan antara Hosea dan Gomer, sebuah simbol dan tindakan nyata, menggambarkan retaknya sebuah perjanjian dan keinginan Tuhan untuk memulihkannya. Hosea menanggung rasa sakit emosional akibat pengkhianatan pasangannya, terus berusaha dalam proses pemulihan, dan menebus wanita yang telah berdosa kepadanya.

Banyak pasangan dapat belajar dari kisah Hosea. Dosa itu diakui, pertobatan terjadi, rasa sakit emosional dirangkul, pasangan dipulihkan dan diubahkan. Kuasa penebusan Tuhan sekali lagi dibuktikan. Aplikasi dari kisah ini adalah bahwa kesembuhan itu mungkin terjadi, bahkan walaupun pasangan "tidak mempercayai Alkitab". Pemulihan dan rekonsiliasi adalah tema yang berulang-ulang dicatat dalam alkitab. Di sepanjang sejarah Tuhan melakukan apapun yang diperlukan untuk memanggil kembali umatNya dan memenangkan kembali hati mereka.

Sayangnya, perjanjian Tuhan, entah itu dalam hubungan kita dengan Dia ataupun dalam pernikahan, selalu ditantang oleh pemujaan terhadap allah-allah (atau hal-hal) lain, perzinahan, dan penolakan. Kita dengan gampang mengeluh, merasa diabaikan jika doa kita belum juga dijawab dan gampang berpindah fokus karena hal-hal yang menarik kita menjauh dari keintiman. Lalu, seperti dalam pernikahan kita, kita menatap langit, mati rasa dan bertanya-tanya, "Apa yang terjadi? Aku tidak lagi merasa intim atau tersambung..." Jarak-jarak emosional ini meramalkan putusnya sebuah hubungan.

Ada 10 kebohongan yang diterima orang-orang dalam pikiran mereka, yang memimpin kepada perceraian. Jadi jika Anda ingin memperkuat pernikahan Anda atau menghentikan perjalanan menuju perceraian, periksalah dulu pikiran Anda dan bertanyalah, "Apakah pemikiran saya mencerminkan budaya duniawi atau alkitab?" Anda mungkin terkejut betapa jauhnya pemikiran Anda telah tersesat dari tema pemulihan dalam alkitab.

Kebohongan 1: Pernikahan adalah sebuah kontrak. Ya, pernikahan memang sebuah kontrak yang legal, tapi di mata Tuhan, pernikahan mempunyai arti yang lebih dalam. Sebenarnya pernikahan adalah sebuah perjanjian, sebuah janji yang tidak dapat dipatahkan, itu adalah komitmen seumur hidup, "dalam keadaan baik atau buruk, kaya atau miskin, sehat atau sakit.". Itu berarti mencintai seseorang saat Anda tidak mood melakukannya, tetap setia dan melalui saat-saat sulit bersama.

Kebohongan 2: Saya menikahimu, bukan keluargamu. Kebenarannya Anda tidak hanya menikahi pasangan Anda, Anda juga mendapatkan keluarganya dalam 1 paket! Jangan membodohi diri Anda sendiri dengan berpikir bahwa mertua dan keluarganya tidak penting. Pasangan Anda bertumbuh dalam keluarganya yang berperan besar dalam menjadikan dia seperti saat ini. Ya, tentu saja ada pengaruh lain dan orang juga bisa berubah, tapi keluarga adalah kekuatan inti dalam pertumbuhan dan perkembangan seseorang.

Kebohongan 3: Saya bisa mengubah pasangan saya. Salah! Fakta bahwa dia terus-menerus terlambat atau rumahnya berantakan tidak akan begitu saja berubah karena cinta Anda. Perhatikan tanda-tanda peringatan yang Anda lihat selama berkencan, terutama hal-hal yang lebih serius seperti minum terlalu banyak, temperamen yang kasar, tidak pernah menepati janji, dan lainnya. Sudah terbukti hal-hal ini tidak akan membaik tapi justru akan bertambah buruk setelah bulan madu berakhir. Kebenarannya, yang bisa Anda kendalikan hanya reaksi Anda kepada pasangan Anda, hanya itulah bagian yang bisa Anda ubah.

Kebohongan 4: Kita terlalu berbeda. Perbedaan bukanlah masalah utama asalkan perbedaan itu bukan tentang prinsip-prinsip hidup dan moral. Ketidakcocokan tidak membunuh sebuah hubungan. Inti yang sebenarnya adalah bagaimana Anda menangani perbedaan-perbedaan itu. Anda membutuhkan cara-cara untuk mencocokkan diri yang tepat bagi Anda dan pasangan Anda. Beberapa perbedaan mungkin tidak dapat diatasi dan Anda berdua perlu belajar menerimanya. Dan alkitab memberikan panduan yang jelas bagaimana untuk menghadapi konflik dengan cara meneladani Yesus.

Kebohongan 5: Saya kehilangan perasaan cinta itu, dan itu sudah benar-benar hilang. Gairah yang intens tidak bertahan lama tapi cinta bisa bertahan seumur hidup. Anda mungkin tidak selalu merasakan cinta tapi Anda harus memutuskan untu mencintai pasangan Anda seperti mencintai diri sendiri. Perasaan cinta berkurang saat pasangan terjebak dalam pola-pola negatif yang membuat mereka saling menjauh. Kebiasaan mengkritik menyebabkan perilaku defensif yang akan memicu jarak emosional. Anda bisa memulihkan perasaan cinta itu melalui beberapa perubahan. Salah satunya adalah dengan membuat setidaknya 5 pernyataan positif kepada pasangan Anda untuk setiap 1 pernyataan negatif yang Anda ucapkan. Perubahan lainnya, memfokuskan diri untuk membangun persahabatan dan dukungan. Ingatlah bahwa perasaan cinta itu bisa dikembalikan.

Kebohongan 6: Pernikahan yang lebih tradisional akan menyelamatkan kami. Dalam keadaan frustasi, banyak pria merasa kalau saja hubungan mereka bisa seperti pasangan jaman dulu, hidup akan jadi lebih bahagia. Mereka bingung tentang peranan dan tanggung jawab antar gender. Sikap tunduk seringkali disalah mengerti dan malah menjadi konsep pemaksaan atau kekerasan. Dalam 2 kejadian Tuhan menunjukkan maksudNya berkenaan dengan gender, di Taman Eden dan dalam kehidupan Kristus. Lihatlah contoh-contoh bagaimana pria dan wanita seharusnya berinteraksi. Anda akan menemukan bahwa bagaimanapun Anda merundingkan hubungan Anda, Anda membutuhkan sikap saling tunduk, saling menghargai, saling menghormati, dukungan, dan empati.

Kebohongan 7: Saya tidak bisa berubah, memang beginilah saya: terima saja atau tidak sama sekali. Ketidakmauan untuk berubah berakar pada pemberontakan. Itu sama dengan melakukan dengan cara Anda atau cara Tuhan. Dengan mengatakan Anda tidak bisa berubah sama saja dengan meniadakan seluruh pengalaman kristen tentang keselamatan dan perubahan hati. Ya, kita selalu ingin dan berusaha untuk menjadi sempurna. Tapi itu membutuhkan kemauan untuk melihat perilaku dan tindakan Anda, dan berusaha menjadi lebih seperti Kristus. Perubahan tidak terjadi jika Anda tidak merangkulnya. Anda bisa berubah tapi itu membutuhkan niat, ketaatan, dan kekuatan Roh Kudus.

Kebohongan 8: Ada perselingkuhan. Kita harus bercerai. Perselingkuhan adalah masalah yang serius dan bersifat merusak, tapi masih dapat diperbaiki jika kedua pasangan sepakat untuk mencoba. Harus ada komitmen untuk menghentikan perselingkuhan, waktu untuk bertobat, pengampunan, dan membangun kembali hubungan pernikahan. Perjanjian sudah dipatahkan tapi bisa dipulihkan jika kedua pasangan memilih untuk memulihkannya. Memang tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin.

Kebohongan 9: Tidak peduli apapun yang saya lakukan, Tuhan akan mengampuni saya. Tuhan akan mengampuni Anda jika Anda bertobat, tapi apa yang Anda lakukan itu penting. Perilaku Anda mempunyai konsekuensi alamiah, sama seperti konsekuensi rohani, jadi jangan anggap remeh kasih karunia Tuhan.

Kebohongan 10: Itu sudah terlalu hancur. Tidak ada yang bisa memperbaiki hubungan ini. Jika Anda menyerah, masa depan terlihat tidak berpengharapan, Anda makin terpisah satu sama lain, tidak dapat mengatasi konflik, membuat kesalahan, atau apapun masalahnya, percayalah bahwa Tuhan bisa bekerja saat Anda tidak bisa. Dia bisa mengubah hati, melakukan mukjizat dan bekerja dalam situasi-situasi yang paling sulit. Dia adalah Tuhan yang mungkin. Mendekatlah padaNya, jadilah perantara bagi pernikahan Anda, berperanglah dengan musuh nyata Anda (iblis) dan percaya Tuhan bekerja bersama Anda.

Jika Anda dan pasangan tetap berhubungan dekat dengan Tuhan, pernikahan Anda akan merefleksikan keintiman itu. Perceraian tidak perlu terjadi. Kenali kebohongan-kebohongan yang mempengaruhi Anda dan kalahkan semua itu dengan kebenaran-kebenaran di alkitab. Anda dan pasangan dapat berperan aktif dalam menjaga dan memperkuat pernikahan Anda.


Sumber : cbn
Halaman :
1

Ikuti Kami