Yang Berlawanan Saling Tarik Menarik

Marriage / 7 May 2008

Kalangan Sendiri

Yang Berlawanan Saling Tarik Menarik

Fifi Official Writer
4619
Tobi dan Ryan
Yang berlawanan selalu saling tarik menarik, itu benar terjadi pada saya dan suami saya, Ryan. Saya tidak pernah menemui ada 2 orang yang sangat berbeda, tapi juga sangat saling melengkapi.

Ryan sering berpandangan pesimis, saya sering berpandangan terlalu optimis. Saya adalah seorang perencana, Ryan begitu spontan. Bayangan saya tentang sebuah hari yang sempurna adalah jika saya tidak tidur atau makan, tapi berhasil menyelesaikan beberapa proyek. Sebagai seorang guru, saya menunggu hari libur, bukan supaya saya bisa bersantai, tapi supaya saya bisa menyelesaikan beberapa hal dalam daftar saya yang tidak sempat saya kerjakan sepulang kerja. Di lain pihak, bayangan Ryan tentang sebuah hari yang sempurna adalah tidak melakukan apapun kecuali tidur, makan snack, bermain-main dengan anjingnya, menonton TV, dan menghabiskan waktu bersama saya. Di sinilah letak masalahnya.

Saya tidak dapat menghitung betapa seringnya Ryan meminta saya berhenti bekerja dan menonton film atau hanya bersantai dengannya. Masalahnya, begitu saya berbaring atau duduk santai, saya jatuh tertidur. Dan jika saya tidak capek, saya tidak bisa berhenti berbicara tentang 42 hal yang tidak berhubungan dalam pikiran saya. Kadang suami saya hanya tertawa mendengarkan ocehan saya, di lain waktu dia merasa terganggu. Sementara saya sering merasa frustasi dengan sikap santainya. Saya ingin dia melakukan banyak hal di rumah dan saya ingin dia melakukannya dalam waktu saya dan dengan cara saya. Saya juga ingin dia melakukan hal-hal bersama saya, daripada hanya sekedar diam bersama saya.

Selama 6 tahun pernikahan, kami telah sering berargumentasi tentang masalah-masalah ini, dan mungkin kami masih akan menghadapinya di waktu-waktu ke depan. Tapi kami sudah mulai menyadari bahwa perbedaan-perbedaan kami saling melengkapi satu sama lain. Saya mendorong Ryan untuk mencoba hal-hal baru, dan sebaliknya, dia mengajar saya bagaimana untuk bersantai sesekali. Saat saya kuatir saya tidak melakukan cukup untuk Tuhan, Ryan mengingatkan saya bahwa bagian yang saya lakukan sudah cukup. Saya mendorong dia untuk lebih sering membuat rencana, sementara dia menolong saya untuk bersantai dan menyerahkan sisanya di tangan Tuhan. Saya membawa terang ke dalam suasana gelap dengan keoptimisan saya. Ryan menolong saya untuk lebih realistis saat membuat keputusan penting.

Pelan-pelan kami mulai menemukan keseimbangan dalam cara menghabiskan waktu luang kami. Saya setuju untuk menonton sebuah film bersamanya tanpa sambil mengkliping halaman majalah yang berisi ide-ide atau membaca kertas-kertas. Dia setuju untuk berjalan kaki atau melakukan beberapa hal bersama-sama saya. Kami memang belum mempunyai sistem yang sempurna, dan mungkin tidak akan pernah, tapi semakin lama kami semakin bisa menghargai kualitas-kualitas unik yang telah diberikan Tuhan kepada kami, yang merupakan berkat dalam pernikahan kami.

Deborah dan Ken
Setelah 3 dekade menikah dengan suami saya, saya yakin Tuhan punya selera humor dalam pernikahan. Saat saya bertemu dengan Ken 30 tahun lalu, saya tertarik pada sikapnya yang pendiam dan pemikir. Dia tampaknya selalu bisa menenangkan saya dengan cara yang sebelumnya tidak pernah saya alami. Saya menyukai itu, sampai kami menikah.

Setelah menikah, apa yang sebelumnya terlihat sebagai sikap misterius dan pemalu, lama-kelamaan terlihat sebagai sikap yang cuek dan anti sosial. Apa yang sebelumnya terlihat sebagai sikap yang "menenangkan badai", mulai terlihat sebagai sesuatu yang "tertahan dalam lumpur". Apa yang saya anggap sebagai sikap praktis dan analitis, berubah menjadi sikap tidak romantis dan terlalu kritis. Tapi tentu saja, itu hanya satu sisi dari cerita. Bagi Ken, sikap ceria dan banyak bicara dari saya mulai menjadi sesuatu yang mengganggu dan bising. Dan bagian dari diri saya yang menurut Ken "baik-baik saja" pada awalnya, berubah menjadi suka menilai dan banyak menuntut. Saya memasuki pernikahan dengan berusaha mengubah bagian kepribadian Ken yang tidak sesuai dengan saya. Saya sudah menghabiskan terlalu banyak waktu dan frustasi, akhirnya saya menyerah... itu tidak mungkin dilakukan...

Dengan air mata dan banyak berdoa, saya mengakui bahwa walau saya memang mencintai dia, tapi saya terjebak dengan seorang pria yang tidak begitu ramah, yang tidak bisa berbagi impian terdalam saya (untuk mempunyai 12 orang anak!) dan yang bangun jauh lebih terlambat dibanding saya. Bagaimana kami bisa menjadi sepadan dan saling melengkapi? Apakah masih ada harapan? Lama sebelum kami saling mengucapkan "saya bersedia", kami telah bersepakat dalam satu hal, kami bersungguh-sungguh saat mengucapkan "sampai kematian memisahkan kita". Jadi sekali pilihan untuk mengubah orang lain tidak berhasil, yang ada hanya pilihan untuk menerima.

Hal yang lucu terjadi dalam perjalanan kami untuk menerima satu sama lain. Saya terbangun pada suatu pagi dan menyadari bahwa bukan saja saya telah terlambat untuk bangun, tapi ternyata Ken sudah bangun lebih dulu. Jam kami perlahan-lahan saling menyesuaikan satu sama lain, dan selama 10 tahun terakhir, kami kurang lebih bangun dan tidur pada waktu yang sama. Sebuah keajaiban. Anak pertama kami (yang lahir tanpa kami rencanakan sebelumnya) adalah suatu berkat, sehingga Ken menginginkan anak berikutnya (paling tidak satu lagi) segera. Saat kami sudah mempunyai 4 anak, bagi saya sepertinya itu sudah bagai selusin anak dan saya tidak bisa lebih bahagia lagi. Dan saya yang tidak pernah merasa puas sampai saya bepergian dan bertemu dengan orang-orang baru, sekarang menikmati saat-saat di rumah. Terkadang malah suami saya yang dulu "sangat rumahan" mengajak saya pergi keluar bersamanya. Dalam perjalanan pulang dari gereja Minggu lalu, dia merencanakan makan malam bersama untuk 20 orang di rumah kami. Saya tertawa mengingat berapa jauh kami sama-sama telah berubah. Tuhan benar-benar tahu apa yang Dia lakukan saat Dia membawa 2 orang yang berbeda untuk hidup bersama dalam pernikahan. Kita hanya perlu mencari cara agar kita dapat bekerja sama denganNya.

Bacalah Kejadian 2:18 dan Pengkotbah 4:9-12
Dalam hal apa saja Anda dan pasangan Anda berbeda?
Bagaimana perbedaan-perbedaan itu bisa membuat Anda saling tertarik satu sama lain? Apakah pernikahan mengubah pandangan Anda?
Dengan cara bagaimana perbedaan-perbedaan itu menyebabkan konflik antara Anda dan pasangan?
Apakah Anda sudah melihat bagaimana Tuhan menggunakan kecenderungan-kecenderungan Anda yang berlawanan untuk memperkuat Anda secara individual? Atau sebagai pasangan?

Sumber : crosswalk
Halaman :
1

Ikuti Kami