Juny Gunawan - Sharing Our Loves to All

Entrepreneurship / 17 April 2008

Kalangan Sendiri

Juny Gunawan - Sharing Our Loves to All

Fifi Official Writer
8135
Tanpa kesan menggurui, Juny Gunawan memfokuskan penjelasannya tentang Indo-nesia Centre for Autism Resource and Expertise (IndoCARE). Institusi yang dipimpinnya. Ia berkali-kali berkelit ketika pertanyaan diarahkan kepadanya. Chairperson Yayasan Inti Nusa DharmaBhakti Optima, yang mengelola IndoCARE ini berulang menegaskan bahwa visi yang diemban tidak ringan. Menjadi pusat percontohan bagi pengembangan sumber daya dan pelatihan khusus untuk anak yang mengalami gangguan spektrum autisme. "Ini tugas yang tidak mudah," katanya.

Meski sikapnya sangat rendah hati, profesionalisme kerja begitu melekat pada dirinya. Disiplin, tepat waktu, dan sistem kerja yang teratur. Hal itu tercermin juga pada staf IndoCARE yang terbilang muda. Ditemani Lenny Widjaja, Mary, dan kemudian Lulu serta Sisca, ibu yang sarat semangat ini menerima Robby Repi dan Daniel Grolus dalam sebuah wawancara di kantornya di Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Berikut petikannya:

Motivasi apa yang mendorong Anda bergumul di dunia autis?
Saya sangat peduli terhadap pergumulan para orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak-anak penyandang autisme. Anak-anak autis hidup dalam dunianya sendiri. Kalau dibiarkan mereka akan semakin jauh terasing. Akhirnya akan terjadi kesenjangan. Bukan saja antara anak dengan orangtua, tetapi juga anak dengan lingkungannya.

Apa yang rindu Anda berikan kepada mereka?
Perjuangan keluarga penyandang autis sangat berat. Jika kita mau gotong-royong membantu sesuai talenta kita, pasti akan indah. Sharing our loves to all. Mereka juga berhak mendapatkan damai sejahtera di keluarga dan lingkungannya.

Apa yang dimaksud autis dan mengapa berbahaya?
Autis merupakan kelainan perilaku. Penderita autis hanya tertarik pada aktivitas mentalnya sendiri, seperti melamun atau berkhayal. Gejala ini umumnya mulai terlihat ketika anak berumur tiga tahun. Jika tidak ditangani sedini mungkin maka semakin bertambahnya usia, akan semakin sulit bagi si anak untuk beradaptasi dengan lingkungan. Pertumbuhan otak si anak akan terganggu karena tidak mendapatkan stimulasi atau rangsangan untuk berkembang optimal. Si anak akan mengalami degradasi pada perkembangannya. Seseorang yang mengalami gangguan autisme perlu ditangani dengan memberikan stimulasi yang optimal seperti pemberian bermacam-macam terapi yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Bagaimana Anda berproses mengenal autis?
Saya dulu guru Sekolah Minggu. Jadi, sudah suka mengajar anak kecil. Ketika dipanggil oleh para pendiri, saya kaget karena harus mengurus anak-anak yang spesial. Namun, kami punya hati untuk menerima tantangan.

Mengapa kepedulian Anda harus melalui IndoCARE?
Sebelumnya saya sudah mendidik anak-anak. Tetapi tidak pernah terlintas bahwa saya mendapat tugas untuk mengelola sistim manajemen suatu yayasan untuk memberikan pelayanan di bidang pendidikan. Apalagi ini bidang yang lebih khusus, pendidikan anak penyandang autis. Jadi, saya mulai belajar autis sampai ke Singapura, Rainbow Centre Singapore, pusat penanganan autis di negara tersebut. Saya tahu berdirinya IndoCARE merupakan bagian dari rencana Tuhan.

Mengapa institusi di Singapura itu yang Anda pilih?
Karena dekat dengan Indonesia. Kulturnya masih Asia. Jadi, tidak terlalu jauh berbeda. Kita tidak terlalu bersusah payah menyelaraskannya dengan kultur Indonesia

Tapi, tetap ada perbedaan dalam aplikasinya?
Benar. Kalau di sini problemnya tidak sedikit. Kami bergerak tanpa data, karena, misalkan, data penyandang autis di Indonesia yang sahih tidak ada. Padahal yang kami lakukan untuk membantu negara dan masyarakat. Tapi, kami memahami situasi ini dan tidak mengeluh. Mudah-mudahan apa yang kami lakukan bisa memberikan setitik cahaya di lorong yang gelap dalam penanganan autis.

Bagaimana proses berdirinya IndoCARE?
Berdirinya IndoCARE merupakan ide dan inisiatif dari Bapak Anthony Salim, kemudian didukung oleh mitra-mitra beliau lainnya: Bapak Sugianto Kusuma, Bapak Trihatma K. Haliman, dan Bapak Susanto Kusumo. Mereka ini yang sekarang sebagai pembina yayasan. Secara pribadi, mereka peduli dan tulus ingin mendukung, membantu, dan meringankan permasalahan autisme. Mereka terbeban karena menemukan pengalaman nyata di antara keluarga dan karyawan mereka. Jadi, sungguh beruntung kami mempunyai donatur pribadi yang peduli kepada anak-anak spesial ini.

Apa andil mereka bagi tercapainya tujuan IndoCARE?
Kontribusi mereka teraplikasi di visi dan misi IndoCARE. Kami "terpanggil" untuk membantu mengelola mencapai tujuan visi dan misi tersebut melalui solid teamwork to serve. Para fasilitator dana dan fasilitas adalah keempat inisiator yang juga pembina yayasan. Manajemen melakukan pengelolaan untuk mencapai tujuan visi dan misi. Sedangkan pelaksana di lapangan adalah para guru dan terapis.

Mengapa Anda yang dipilih untuk menangani institusi ini?
Saya tidak tahu. Tapi saya yakin ini bukan merupakan kebetulan. Tuhan sudah merencanakan dan menaruh saya di tengah institusi ini. Sungguh saya merasa sangat terhormat memperoleh kesempatan ini.

Bagaimana Anda menyelaraskan kepercayaan ini dengan iman Anda?
Sebagai saksi iman kristiani, saya dapat sharing-kan betapa saya bahagia dan bersyukur mendapat kesempatan indah untuk menolong sesama, anak-anak, dan keluarga mereka. Walau sejujurnya IndoCARE bukan pilihan saya, karena saya tidak memahami dan mempunyai kemampuan pendidikan khusus tersebut, tetapi saya mau belajar taat untuk mendengar panggilan-Nya.

Kendala apa yang Anda temui dalam merintis institusi ini?
Sangat banyak. Sebagai institusi yang masih muda, prasangka dan kecurigaan sering dilayangkan kepada kami. Padahal institusi ini murni yayasan. Tidak mencari keuntungan. Pada awal-awal juga kami kesulitan memperoleh tenaga ahli. Tenaga ahli yang ada sudah memiliki atau mengelola institusi sendiri. Tetapi, sekarang kesulitan itu sudah kami lewati. Kami sedang maju secara perlahan dan mendapatkan dukungan dari orang-orang sekeliling kita, termasuk dari Bahana yang menampilkan "pelayanan kita" untuk mau berbagi kasih kepada anak-anak penyandang autisme.

Bagaimana Anda merefleksikan perjuangan tersebut dalam tataran iman?
Tidak ada kata yang tepat. Sungguh Tuhan luar biasa memilih kami, bukan hanya saya, untuk masuk dalam rencana-Nya yang indah melalui IndoCARE. Saya yakini hal ini karena selama perjalanan mengelola, kami merasakan betapa Ia ada beserta IndoCARE.

Apa misi institusi yang Anda pimpin?
Mengadakan penyuluhan melalui seminar, workshop tentang autisme kepada masyarakat pada umumnya. Mengadakan pelatihan kepada para profesional, orangtua, dan pengasuh yang menangani anak-anak penyandang autisme. Memberikan intervensi/penanganan dini kepada anak-anak penyandang autisme yang berusia 2,5 tahun sampai 8 tahun. Yang kami lakukan saat ini adalah edukasi untuk anak-anak penyandang autisme secara langsung maupun edukasi bagi orang-orang dewasa yang terlibat dengan anak-anak penyandang autisme.

Nilai-nilai Kristen apa yang Anda terapkan?
Kasih. Kasih yang luar biasa. Kasih yang tanpa batas. Bukan hanya untuk orang yang seiman saja. Jadi, kalau ada yang perlu ditolong, Tuhan akan tolong. Kalau menolong orang tidak kenal kaya dan miskin, tapi memang orang itu patut ditolong. Kalau orang menolong karena kesamaan saja, itu bukan Kristen. Oleh sebab itu kami yang ada di sini bangga sebagai orang Kristen.

Kalau diberikan kesempatan untuk lahir kembali, Anda tetap memilih menjadi perempuan?
Ya, saya sungguh bangga menjadi perem-puan. Dalam hidup itu kita harus berbuat sesuatu yang dampaknya besar. Kalau dikumpulkan, perempuan itu pergerakannya bagus dan sangat kompak.

Bagaimana Anda membagi waktu antara kesibukan dengan keluarga?
Dalam hidup saya punya rencana. Pada saat saya muda, saya aktif di Gereja Bala Keselamatan. Pada saat pelayanan saya tidak hanya aktif sebagai jemaat, tapi saya mau ambil bagian kegiatan. Jadi, apa yang bisa saya berikan, saya akan berikan secara maksimum. Pada saat menikah, saya mundur dari semua kegiatan karena saya punya tanggung jawab terhadap suami dan anak-anak. Sekarang anak-anak sudah dewasa, waktu saya cukup banyak. Saya gunakan waktu tersebut untuk melayani. Jadi, rasa haus untuk melayani itu besar. Kami yakini DIA yang akan melengkapi kekurangan kami dan kebutuhan pelayanan ini. Yang terpenting dalam hidup ada perencanaan yang baik.

(Juny Gunawan adalah ibu dari tiga putera. Lahir di Jakarta 30 Juni 1954. Pecinta anak-anak ini pernah menjadi guru Sekolah Minggu di Gereja Bala Keselamatan, Mangga Besar, Jakarta. Ia kemudian terpanggil mendirikan kursus bahasa Inggris TEAM Education di Kelapa Gading, Jakarta (1995). Berlanjut kemudian dengan memperoleh tugas dari pendiri Yayasan Inti Nusa Dharma Bhakti Optima (Yayasan INDO) untuk bersama Ibu Lenny Widjaja mengelola visi dan misi yayasan tersebut di Pantai Indah Kapuk dalam institusi IndoCARE.)

Sumber : bahana
Halaman :
1

Ikuti Kami