Para Istri, Apakah Anda Jatuh Cinta Dengan Romantisme?

Marriage / 23 March 2008

Kalangan Sendiri

Para Istri, Apakah Anda Jatuh Cinta Dengan Romantisme?

Fifi Official Writer
5665
Dalam budaya kita, cinta bukanlah cinta tanpa romantisme. Romantisme membuat anda merasa cinta itu indah. Banyak orang menganggap sebagian besar kualitas hubungan mereka dengan pasangannya hanya berdasarkan pada faktor romantisme saja... dan ketika saat-saat yang tidak romantis berlangsung terlalu lama, mereka menjadi frustasi. Beberapa bahkan mencari romantisme dalam hubungan yang baru.

Lihat saja film-film komedi romantis yang populer. Saya harus mengakui kalau saya juga menikmatinya kadang-kadang. Tapi saat saya benar-benar memikirkan pengaruhnya pada diri saya, saya harus akui, film-film itu membawa pengaruh buruk. Film-film romantis menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang berdasarkan perasaan dan ketertarikan semata. Pria bertemu dengan wanita, pria membelikan banyak bunga untuk wanita dan membuatkannya puisi yang berisi banyak pujian, pria yang sangat pandai mengungkapkan perasaan cintanya. Mereka mungkin pernah bertengkar atau menghadapi tantangan yang harus diatasi, tapi hasrat cinta mereka tetap ada dan tidak berubah, mereka hidup bahagia selamanya. Bukankah cerita itu sangat tidak realistis? Tapi saat saya menonton atau membaca kisah-kisah romantis itu, saya mulai mengharapkannya terjadi pada hubungan saya dengan suami saya.

Masalah ini lebih buruk pada kita, para wanita. Lagipula, pria tidak mengejar romantisme. Biasanya, mereka hanya mengejar kita, dan sekali mereka mendapatkan kita, romantisme itu berubah... atau yang berubah adalah sesuatu yang kita anggap sebagai romantisme. Para wanita, apa yang kita lakukan pada para pria kita dengan harapan akan kisah dongeng yang romantis?

Bukan tidak mungkin kita akan memberi isyarat, merengek, atau menuntut untuk mendapatkan jenis romantisme yang sama. Apalagi budaya kita memberikan penekanan dan nilai pada sisi-sisi luar dari seseorang (kecantikan atau ketampanan, kekayaan, dan status), sehingga sisi-sisi luar mendapatkan nilai yang lebih tinggi, padahal itu hanya sisi sementara dari sebuah hubungan (kulit dapat menjadi keriput, kondisi finansial dan status juga bisa berubah). Kita seperti dicuci otak, mengharapkan bahwa jika suami atau tunangan kita benar-benar mencintai kita sepenuh hati, mereka seharusnya membuat puisi dan membawakan bunga setiap hari. Waw...

Saya baru saja menyadari harapan yang berlebihan ini dalam hati saya. Suami saya dan saya baru saja melewati salah satu tantangan yang paling tidak romantis dalam kehidupan pernikahan, pindah rumah. Selama beberapa bulan kami tinggal terpisah dengan jarak perjalanan 2 jam, karena saya harus mulai bekerja 2 minggu lebih awal sebelum dia memulai pekerjaan barunya. Ketika kami bersama, saya sibuk berkemas-kemas dan dia bekerja. Lalu dia sakit flu. Saat kami akhirnya siap untuk meninggalkan rumah lama kami, kami harus pindah dan tinggal sementara di rumah orang tua saya sebelum apartemen baru kami selesai direnovasi dan siap untuk ditinggali. Lalu kami pindah lagi. Kami kelelahan, mudah marah, dan stress.

Dengan kondisi seperti itu, saya merindukan saat-saat romantis pernikahan kami. Saya membayangkan akan sangat romantis jika dia mengirimkan saya bunga karena dia sangat merindukan saya. Ketika tidak ada kiriman bunga, saya merasa kecewa. Tentu saja, saat itu saya gagal mempertimbangkan juga bahwa setiap hari dia baru pulang ke rumah sangat malam, dan dia juga bekerja sama kerasnya dengan saya. Saat akhirnya kami bisa bersama kembali, saya mengharapkan dia akan memeluk saya dengan lembut dan mencurahkan cintanya untuk saya (dan mengatakan betapa cantiknya saya, dan lainnya). Tapi, dia hanya memeluk saya dengan cepat dan dengan segera, kami akan mulai berkemas-kemas bersama. Saya merasa kehilangan dan kecewa.

Saya tidak menyadari bahwa dalam harapan saya akan romantisme dunia, sebenarnya saya merindukan saat-saat yang berharga dari romantisme cinta yang sejati. Bukan kiriman bunga dan puisi, tapi suami saya akan memeluk saya ketika kami akan tidur. Kami membicarakan tentang masa depan kami dan berkat-berkat yang telah dicurahkan Tuhan kepada kami. Kami berdiskusi tentang bagaimana kami bisa melayani Dia dengan kehidupan baru kami. Saat saya mengalami hari yang sulit di tempat kerja, saya akan menelpon dia dan menangis. Dia mendengarkan, dan dengan lembut mengingatkan saya bahwa semua akan menjadi lebih baik saat kami akhirnya bisa bersama lagi dan menempati rumah kami yang baru. Dia selalu ada untuk saya, sabar, manis, dan peduli. Tuhan menyadarkan saya akan kebenaran ini...

Seiring dengan pertumbuhan kedewasaan suami saya dan saya dalam pernikahan kami, saya mulai mengerti 1 Korintus 13 dengan pemahaman yang lebih dalam. Itu adalah gambaran dari cinta sejati:
Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Begitulah cara Yesus mencintai kita. Kualitas-kualitas itulah yang sering saya lihat dalam cara suami saya mencintai saya. Dan yah, dia juga menunjukkan romantisme dalam beberapa hal. Tapi kami mengembangkan pengertian yang lebih dalam kepada satu sama lain melalui saat-saat sulit, dan juga kedekatan yang tidak akan saya tukar dengan 1000 bunga atau semua film-film romantis itu. Dan kalau anda membayangkannya, sebenarnya itulah romantisme sejati...

Sumber : crosswalk
Halaman :
1

Ikuti Kami