Benyamin Joshua Rompies - Harus Ada Waktu Untuk Tuhan

Entrepreneurship / 8 March 2008

Kalangan Sendiri

Benyamin Joshua Rompies - Harus Ada Waktu Untuk Tuhan

Lestari99 Official Writer
10723

Debutnya lewat film Dealova (2005) membuat industri film dan hiburan melirik pria kelahiran Manado ini. Terbukti ia langsung mendapat peran utama di sejumlah film bersama dengan bintang tenar lainnya. Dialah Benyamin Joshua Rompies (27).

Tulang pipi yang kokoh, serta sorot mata yang tajam, membuat raut muka pemiliknya terkesan dingin. Kesan sombong tersirat jelas pada wajahnya yang putih bersih dalam balutan kemeja biru kotak-kotak cerah. Tersumbar senyum puas setelah sutradara menyebut kata break. Ben Joshua, begitu publik mengenalnya, segera menghampiri Bahana. Senyum hangat itu pula yang melunturkan kesan sombong tadi.

Mendapat durian runtuh lantaran berwajah jutek atau bertampang dingin, tak banyak orang yang mengalaminya, kecuali Ben. Soal wajahnya yang terkesan dingin ia pun mengakuinya. "Orang yang baru kenal dan hanya lihat sebentar pasti akan bilang begitu. Setelah lama dan akrab, pandangan itu otomatis akan berubah ha.. ha..." jawabnya diiringi derai tawa.

DEALOVA

Ben sama sekali tidak menyangka akan menjadi pemain film dan bintang iklan. Meski ketika kecil ia sempat membayangkannya, tapi hal itu tak terlalu diinginnya lagi ketika ia menjadi pegawai kantoran. Posisi sebagai media relations executive, sangat dinikmatinya. "Saya sudah mendapatkan posisi yang telah lama saya incar. Sedang dipromosikan pula," ujarnya mengenai pekerjaan sebelumnya. Ia yakin akan pekerjaannya sampai muncul sebuah tawaran. Impian masa kanak-kanaknya datang lewat seorang teman. Ben diminta bertemu produser yang sedang kesulitan mencari karakter yang pas untuk seorang tokoh dalam sebuah film. Padahal, sudah puluhan orang yang mengikuti casting, namun tidak memuaskan. Ia dirundung kebimbangan. Tetap menjadi pegawai kantoran, atau menerima tawaran bermain film.

Bintang iklan Carvil ini jelas tak dapat menjalani keduanya. Crew film ingin dia punya waktu penuh untuk syuting. Sementara Ben juga pegawai full time di kantor. Aktor yang sangat menyayangi mamanya ini kian sulit memutuskan. Ia enggan meninggalkan kariernya. Sementara itu seni peran adalah sesuatu yang baru sama sekali. Dan sesungguhnya, ia pun tertarik. Ini mungkin kesempatan sekali seumur hidup, begitu ia berpikir. Bila menolak, dia takut menyesal di kemudian hari. "Gak semua orang dapat kesempatan seperti ini," ujarnya. Di tengah kegundahan, dia berdoa. Meminta Tuhan menunjukkan pilihan karir yang terbaik. Meminta saran dan nasihat sang mama itu juga dilakukannya.

Lajang tampan ini memilih yang kedua. Masuk dalam dunia seni peran yang kini melambungkan namanya. Sehari setelah bertemu produser, dia diminta datang lagi untuk screen test dan memainkan beberapa skenario film. "Saya ditelepon pas baru pulang kantor. Saya diterima sebagai pemeran utama," kenangnya. April 2005 dia memutuskan keluar dari tempat kerja dan mulai syuting film perdananya, Dealova. Anak dari pasangan Johnny Rompies (alm) dan Tati ini memerankan tokoh Dira. Ben gemilang memerankan cowok SMU yang jutek dan dingin itu. Sukses dengan aktingnya sebagai Dira, di tahun berikutnya ia kembali mendapatkan peran utama dalam Cinta Pertama sebagai Sunny, lawan main Bunga Citra Lestari. Tokoh yang diperankannya masih tetap cool dan jutek. Setelah itu, berbagai tawaran pun membanjirinya. Sebut saja film Malam Jumat Kliwon atau sinetron Pacar Pilihan, Anggun dan sejumlah FTV lainnya. Pencapaian yang spektakuler untuk seorang pendatang baru. Bosankah ia dengan peran yang itu-itu saja? Tidak. Ia kini justru punya impian lain. Hmm... apa ya?

FOKUS DAN KERJA KERAS

Ben yang tengah menjalin hubungan serius dengan seorang gadis ini konsisten pada pilihannya. Lensa kamera, kertas skenario dan lampu studio akan diakrabinya. Ia bertekad untuk tidak sekadar menumpang lewat. Cita-citanya menjadi aktor profesional dan bukan hanya mengandalkan wajah tampan. Kelak, ia berharap dapat menjadi sutradara. "Sutradara itu hebat, karena bisa mengatur pemain, pencahayaan, dialog dan komposisi," tukasnya. Karena itu Ben berlatih keras. Ia harus fokus. Dia selalu datang di workshop akting. Tidak ingin sekali pun ketinggalan. Lewat kegiatan itu Ben belajar banyak. "Saya datang workshop untuk belajar, agar syuting gak kaku." Dia sadar, kemampuannya harus terus diasah. "Karena sebelumnya saya gak punya dasar akting sama sekali," lanjutnya tersipu.

Kecuali berlatih akting, ia pun harus belajar menerima perubahan ritme kerja. Sebagai pemain film, ia belajar menyesuaikan diri dengan jadwal yang padat dan tak teratur. Berbeda ketika dulu bekerja kantoran, semua dalam jadwal yang tetap. Waktu syuting tak menentu. Kadang dari pagi sampai bertemu pagi. Sang bunda kerap mengkhawatirkan kesehatannya. "Puji Tuhan saya jarang sakit. Kalau lelah sih wajar dan lumayan sering," ucapnya. Keraguan sempat mendekap Ben. Setelah seluruh proses syuting Dealova usai, Ben menganggur selama tiga bulan. Hatinya gamang. Dia kembali ragu akan pilihan hidupnya. Sempat berpikir untuk kembali menjadi pegawai kantoran. Di tengah kondisi gundah gulana tersebut, teman-temannya datang memberi kekuatan dan dukungan. Ben bersabar dan tetap fokus di dunia akting. Benar saja lantaran fokus dan tetap berharap pada Tuhan, pekerjaan pun menghampiri jemaat Gereja St. Yakobus, Kelapa Gading ini. Sejak itu hari-harinya terisi untuk seni peran.

NASIHAT MAMA

Membahagiakan mama adalah salah satu motivasinya bekerja. Terlebih pasca peninggalan ayahnya. Tak heran bila mama punya arti penting dalam diri Ben. Kasih tulus seorang ibu, membuat dia merasa sangat nyaman. Kepada ibunda dia tidak ragu bercerita apa saja. Termasuk kehidupan imannya. Sang Mama selalu mengingatkannya jangan lupa bersyukur. Ben mengakui, dirinya sempat malas datang ke gereja. Kalaupun datang, bila sedang ada masalah saja. Namun sang mama terus mengingatkan, "Kau harus berikan waktumu satu hari buat Tuhan, setelah kamu kerja enam hari" ujar Ben menirukan nasihat mamanya. Petuah itu seringkali diabaikannya.

Ben merasa belum banyak yang bisa diperbuat untuk Tuhan. Jika mengingat itu, hatinya terasa hancur. Ben menjadi merasa seperti orang paling berdosa. Padahal ketika masih sekolah, dia rajin mengikuti kegiatan kerohanian. Setelah lulus, kegiatan itu berangsur-angsur malah ditinggalkannya.Tetapi kini dia semakin memahami ucapan sang mama. Dia terus berusaha belajar taat. Waktu buat Tuhan penting. Apalah artinya bekerja terlalu keras, karena toh segala berkat pun datang dari Dia. Sekarang, setiap Minggu dia menyempatkan diri untuk beribadah. Ben mengakui tidak mudah mempertahankan hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan. Apalagi di tengah-tengah kehidupan selebritis yang gemerlap dan rawan godaan. Karena itu pria yang Agustus nanti genap 28 tahun itu selalu berusaha mengingatkan dirinya akan Tuhan dengan berdoa sebelum makan di mana pun. Satu hal lagi, Ben tak pernah malu dengan predikatnya sebagai anak Tuhan.

NYARIS DIRENGGUT KANKER

Satu-satunya orang tua yang ia punya, hanyalah sang ibunda. Maka sebagai anak, ia berusaha memberi yang terbaik untuk mamanya. Bukan omong kosong apalagi sesumbar, ia sudah membuktikannya. Kepada Bahana yang menungguinya cukup lama di lokasi syuting, pecinta film ini berbagi kisah. Lewat pemeriksaan medis, ibundanya dinyatakan terkena kanker lidah. Vonis ini bukan saja membuat mamanya shock tapi juga dirinya. Keluarga yang masih tinggal di Palu pun tak kalah panik demi mendengar berita tersebut. Usai perawatan intensif di Jakarta, timbul keinginan Ben menerbangkan mamanya ke Singapura. Tapi sayang, meski Dealova mendulang sukses, pundi-pundi rejekinya saat itu belum cukup untuk memindahkan perawatan mamanya.

Teringatlah ia akan penciptanya, Tuhan Yesus. Ia berdoa dan memohon. Doanya terjawab. Ia mendapat tawaran untuk layar lebar keduanya, Cinta Pertama. Bukan sekadar tawaran sebuah peran tapi ia didapuk sebagai peran utama. Rupanya produser tertarik dengan karakternya di film Dealova. Ben betul-betul menyadari ini adalah pertolongan Tuhan. "Film Cinta Pertama dan iklan-iklan yang bersamaan datang adalah jawaban doa saya untuk menolong mama. Akhirnya mama berobat dan dirawat ke sana."

Paska operasi adalah bagian yang tersedih untuknya. "Saya menangis melihat mama yang badannya membengkak. Nggak bisa bicara. Wajahnya juga lelah dan memelas. Saya juga dag-dig-dug apa mama bisa bicara lagi setelah operasi." Sebelumnya, dokter di Indonesia menyatakan mamanya tak bisa bicara jika dilakukan operasi. Tuhan memang baik, rasa takut dan cemasnya berganti kegembiraan. Paska operasi yang berdampak pada pembangkakan hanyalah sementara. Kini mamanya sudah dapat berbicara. "Saat itu yang ada hanyalah memberikan yang terbaik untuk mama, kuatir dan kecemasan saya, benar-benar saya serahkan pada Tuhan. Dan ternyata sukses!"

Sumber : bahana
Halaman :
1

Ikuti Kami