Membuat Senang Yang-Susah-Disenangkan

Career / 26 February 2008

Kalangan Sendiri

Membuat Senang Yang-Susah-Disenangkan

Fifi Official Writer
5050
Dalam setiap pekerjaan, setiap keluarga, setiap komunitas, ada orang-orang yang tidak mudah menyukai orang lainnya. Dalam beberapa kasus, bahkan terasa sulit untuk berada dalam satu ruangan dengan mereka. Mungkin anda bisa memikirkan paling tidak satu orang di kantor anda, mungkin seorang rekan kerja yang selalu mengeluh tentang atasan, tentang rekan kerja yang lain, atau bahkan tentang anda. Mungkin dia seorang klien yang tidak pernah merasa puas dengan produk yang anda jual, atau atasan yang tidak pernah puas dengan hasil kerja anda, atau yang lain.

Saya pernah membaca buku yang menggunakan satu istilah untuk menggambarkan orang-orang yang tidak mudah setuju ini, "yang susah disenangkan". Saya suka karena istilah itu tidak mengasumsikan bahwa tidak ada seorangpun yang menghargai karakter mereka. Api itu juga memberi saya pemahaman bahwa kalaupun saya tidak bisa membuat mereka senang, maka itu sangat dapat dimengerti. Lagipula, mereka memang "susah disenangkan". Istilah itu juga memberi harapan bahwa kita seharusnya paling tidak mencoba untuk menyenangkan mereka. Lagipula bagaimana kita tahu mereka susah disenangkan kalau kita tidak pernah mencoba untuk menyenangkan mereka? Yesus bertemu dengan banyak karakter yang susah disenangkan, orang-orang Farisi, Pemerintah Roma, dan orang yang kerasukan setan dalam Matius 8... Dan meskipun Yesus tahu beberapa orang tidak akan menerima pesanNya, Dia mempunyai banyak waktu untuk banyak orang-orang "yang susah disenangkan".

Banyaknya interaksi anda dengan orang-orang di lingkungan anda mungkin menentukan berapa banyak orang-orang "yang susah disenangkan" yang anda temui. Untuk saya pribadi, hampir semua orang termasuk "yang susah disenangkan" dalam beberapa hal. Mungkin saya sendiri juga mempunyai standar yang terlalu tinggi dalam beberapa hal, karena saya berpikir kesempurnaan itu dapat diraih jika orang mau mengikutsertakan hatinya dalam melakukan sesuatu. Beberapa orang berada dalam daftar "yang susah disenangkan" adalah orang-orang yang egois, berpusat pada diri sendiri, serakah, kejam, dan sebagainya. Jika mereka tetap seperti itu, mereka dapat dengan mudah menyeberang ke kategori "yang tidak mungkin disenangkan". Orang-orang seperti mereka kadang membuat saya merasa sangat frustasi sehingga saya hanya bisa membiarkan Yesus untuk memimpin mereka.

Bagaimana anda menghadapi orang-orang "yang susah disenangkan" (dan anda pasti menghadapinya jika anda melangkah keluar dari rumah), bagaimana reaksi anda? Membicarakan dan mengeluh tentang mereka kepada orang lain, meskipun dapat melegakan untuk sementara, tapi bukan cara yang efektif untuk membangun hubungan dengan mereka.

Paulus, (yang dahulu juga dikenal sebagai "yang susah disenangkan" saat masih menjadi Saul yang memburu dan membunuh orang-orang Kristen) memberi kita teladan dalam suratnya kepada jemaat di Roma: "Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:20-21).

Jadi solusinya lebih seperti hubungan timbal balik antara betapa susahnya seseorang untuk disenangkan dan betapa besarnya usaha yang harus saya lakukan untuk menyenangkannya. Semakin susah mereka untuk disenangkan, semakin mereka perlu untuk mendengarkan tentang kabar baik yang seharusnya saya bagikan. Jika usaha anda untuk menyenangkan mereka terlihat menakutkan atau mengecilkan hati anda, saya menyarankan mulailah dengan tindakan kecil.

Beberapa transformasi favorit saya dari "yang susah disenangkan" menjadi "yang mudah disenangkan" terjadi ketika saya meluangkan waktu bersama orang itu. Sekali saya bisa melihat perspektif orang itu dan menyadari bahwa kami mempunyai kepedulian yang sama atau bisa tertawa karena suatu hal yang sama, sikap saya berubah. Saya melihat bahwa mungkin "yang susah disenangkan" adalah juga anak Allah, sama seperti saya. Saya mungkin masih tertantang oleh ke"unik"annya atau kebiasaan-kebiasaannya yang membuat saya frustasi, tapi saya bisa mulai melihat dia dengan pandangan yang baru. Akhirnya, jika itu gagal, saya mengingatkan diri saya sendiri untuk mempunyai belas kasihan, karena mungkin saya juga termasuk "yang susah disenangkan" dalam daftar orang lain...

Sumber : cbn
Halaman :
1

Ikuti Kami