Terapi Keluarga Bantu Perilaku Remaja

Info Sehat / 11 February 2008

Kalangan Sendiri

Terapi Keluarga Bantu Perilaku Remaja

Lestari99 Official Writer
12504

Ketika anak-anak atau remaja menghadapi penyimpangan perilaku, pelecehan, depresi, kegelisahan dan masalah pola makan, terapi keluarga tampaknya akan bisa menolong.

Itu adalah kesimpulan dari Allan Josephson MD dan koleganya. Mereka mempelajari hasil penelitian terapi keluarga selama satu dekade. Dalam terapi keluarga, satu atau kedua orang tua menjalani terapi bersama dengan anak mereka yang bermasalah. Mereka juga mengamati anak-anak lain yang berasal dari keluarga tanpa mengikuti terapi.

Allan Josephson mengatakan dalam konferensi pers : "Kebanyakan orang tua ingin yang terbaik untuk anak-anaknya". Dia menyatakan adanya bukti yang berlimpah bahwa terapi keluarga dapat membuat perbedaan besar dalam enam area : penyimpangan tingkah laku, masalah kekerasan dan pelecehan, depresi, kegelisahan, masalah pola makan dan terakhir masalah memahami perhatian. Laporan ini muncul dalam jurnal American Academy of Child and Adolescent Psychiatry.

Tuntunan Bagi Psiko Terapi

Josephson mengatakan masalah perilaku adalah tindak pelanggaran serius yang sering melibatkan adanya kasus serangan secara fisik, perusakan barang-barang dan bolos dari sekolah. Josephson bekerja di divisi psikiatri anak-anak dan remaja di jurusan kedokteran University of Louisville's. Ia mengatakan : "Tidak ada keraguan bahwa penyimpangan perilaku ini secara jelas punya hubungan dengan pengaruh keluarga dan memerlukan intervensi dari keluarga, dan keterlibatan keluarga inilah satu hal paling berhasil ketika pengaruh keluarga ini diterapkan secara konsisten".

Apakah Keluarga Anda Sering Keluar Kendali?

Josephson mengatakan : "Adalah sulit untuk menetapkan batasan tanpa perasaan aman di hati anak-anak. Kebanyakan pengelola klinik yang bekerja amat intensif dengan masalah ini akan mengalami situasi dimana satu orang tua akan berkata : "Tolong perbaiki anak itu". Sedang si anak akan mengatakan : "Mengapa saya harus datang tepat waktu? Mengapa saya harus berhenti memakai narkoba? Orang tua saya tidak pernah melakukan satu hal-pun buat saya". Josephson telah mengalami banyak pernyataan seperti itu keluar dari remaja.

Ketika orang tua memberi tanda setuju diadakannya terapi keluarga, itu menjadi sinyal yang kuat bagi anak. Josephson menulis : "Orang tua mendemonstrasikan komitmen mereka untuk anak mereka dan anak mereka akhirnya akan mengatakan : ‘Mungkin saya seharusnya melangkah sesuai jalan ini'".

Mengikutsertakan orang tua dalam proses perawatan dan pengurangan ‘racun' negatif dalam lingkungan keluarga dapat memberi sumbangan untuk pelaksanaan perawatan yang lebih baik, kepemilikan keluarga, pemenuhan, efektifitas dan pemeliharaan tujuan. Demikian ditulis oleh peneliti.

Memutuskan Siklus Perilaku Buruk

Terapi keluarga seringkali dapat menunjukkan pada orang tua bagaimana untuk menghentikan siklus perilaku buruk anak-anak.

Josephson mengungkapkan kembali tentang seorang ayah yang menjadi geram ketika anaknya yang berusia delapan atau sembilan tahun mengganggunya dan bertingkah keterlaluan ketika ia pulang bekerja.

Josephson mengatakan : "Ayah anak itu duduk dengan koran di tangan, mengambil bir dan ingin menonton televisi, ia letih dari tempatnya bekerja. Dan tebak apa yang anaknya lakukan. Bukannya menghilang, anak ini justru menggoda ayahnya dengan berdiri di depan televisi. Dan tebak apa yang dilakukan sang ayah ini? Ayah ini berteriak pada sang anak dan menolak keberadaan anak itu. Anak itu lalu tidak melakukan hal lainnya kecuali bertingkah lebih keterlaluan lagi."

"Dengan beberapa hal mendasar, kita dapat menolong ayah itu melihat bahwa siklus seperti itu tidak akan menolong. Bahwa anak bertingkah seperti itu dan mengganggu ayahnya adalah karena si anak membutuhkan adanya hubungan. Dia membutuhkan waktu bersama ayahnya. Ayahnya melakukan hal itu dengan segera, dan anak memiliki hal yang lebih baik untuk dilakukan setelah mereka menghabiskan sejumlah waktu bersama-sama. Disitulah siklus itu terganggu".

Josephson menyatakan paling tidak telah melakukan studi dengan 12-14 design penelitian yang baik. Ia menambahkan : "Terapi keluarga menolong anak-anak berhenti menggunakan narkoba, bertahan dalam perawatan rehab dan menghindari berhubungan dengan masalah seperti : bolos sekolah."

Orang tua yang secara kuat menunjukkan ketidaksetujuan jika anak-anaknya menggunakan narkoba ternyata amat menolong. Josephson mengatakan : "Ini adalah kampanye yang digembar-gemborkan dalam lima tahun terakhir dimana orang tua harusnya menjadi pelaku gerakan anti narkoba".

Depresi, Kegelisahan, Gangguan Pola Makan

Peneliti menuliskan bahwa terapi keluarga untuk anak-anak yang memiliki depresi dan kegelisahan baru dipelajari dalam beberapa tahun terakhir ini, namun hasilnya tampaknya menjanjikan banyak hal. Beberapa penelitian terbaru memberi kesan bahwa penanganan keluarga atau memperbanyak penanganan dengan terapi keluarga amat efektif bagi masalah depresi dan kegelisahaan.

Studi tentang gangguan pola makan telah menunjukkan pasien telah berhasil mendapatkan berat badan yang diperlukan ketika terapi keluarga menjadi bagian dari program perawatan, meski koflik dalam keluarga sesekali meningkat.

Josephson mengatakan : "Perilaku non verbal yang bekerja seputar masalah pola makan kini menjadi masalah verbal. Namun itu adalah perkembangan yang esensial, meskipun keluarga sesekali mengalami kesukaran untuk mempercayai hal itu."

Berurusan Dengan Masalah Perhatian

Terapi keluarga tidak dapat mengganti gejala utama dari anak-anak dengan masalah hiperaktif akibat kekurangan perhatian. Namun itu dapat menolong keluarga memahami dan mengatasi kondisi ke arah yang lebih baik. Demikian dikatakan laporan itu.

Josephson mengatakan ketika mewawancara satu keluarga, dia sekali waktu mendengar seorang bocah enam tahun mennyuruh ibunya agar tutup mulut. "Saya melihat pada orang tuanya dan mengatakan : "Apakah hanya saya yang terganggu dengan keadaan seperti ini?". Mereka melihat pada mata saya dan mengatakan : "Asal kamu tahu, anak kami punya gangguan masalah kekurangan perhatian". Mendengar itu saya lalu mengambil waktu untuk mengajar orang tua ini bahwa faktanya saya memang telah berpikir bahwa anak itu memang memiliki masalah hiperaktif, namun perilaku buruk lainnya - dalam kasus ini masalah ketidakhormatan pada orang tuanya adalah soal lain. Anak itu telah datang pada keluarganya, dan seperti yang Anda duga - keluarganya ini tidak semestinya memperhitungkan masalah kelainan sarafnya.

Ketertarikan orang tua pada terapi keluarga seharusnya dinyatakan dengan mendiagnosa kondisi anaknya melalui konsultasi dengan psikiater atau psikolog terlatih. Dan perawatan untuk anak seperti ini mungkin juga memerlukan pengobatan secara medis. Demikian ditulis Josephson.

Sumber : Miranda Hitti - Foxnews
Halaman :
1

Ikuti Kami