Iman Itu Berarti Mengambil Resiko Yang Tepat

Kata Alkitab / 14 December 2007

Kalangan Sendiri

Iman Itu Berarti Mengambil Resiko Yang Tepat

Admin Spiritual Official Writer
7301

"Iman itu mempertaruhkan apa yang ada saat ini demi apa yang akan datang. Iman membutuhkan langkah-langkah kecil, yang akan membawa kita kepada hal-hal yang lebih besar."

Apa yang kita pertaruhkan saat ini itu bisa berarti banyak hal, bisa berupa popularitas, keamanan, kestabilan, persahabatan, atau hubungan dengan tipe pria tertentu. Apa yang Tuhan minta untuk Anda pertaruhkan? Bahkan orang yang paling suka petualangan pun tidak sepenuhnya menyukai resiko. Kita lebih menyukai rasa nyaman, kita lebih menyukai bermain dengan aman, kita lebih suka dilindungi. Namun seseorang memberitahu saya, "Tuhan menyukai resiko karena adanya resiko melibatkan iman, dan iman adalah kesukaan Tuhan."

Terkadang sangat sulit bagi kita untuk mempertaruhkan apa yang ada demi hal-hal yang akan datang itu karena kita tidak tahu persis apa yang akan terjadi di dalam hidup kita di masa yang akan datang. Kita menyukai jaminan dan batas terendah. Kita menyukai hal-hal yang dengannya kita telah terbiasa, hal-hal yang pasti, hal-hal yang aman. Kita hidup dalam dunia yang beroperasi berdasarkan jadwal dan kontrak sehingga kita dapat selalu yakin tentang apa yang akan terjadi dan kapan waktunya. Kita adalah orang-orang yang merencanakan, bahkan orang yang suka menunda pun merencanakan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka pada akhirnya.

Namun kehidupan itu seperti dua gunung dan satu jembatan. Satu gunung adalah hari ini, dan gunung lainnya adalah hari esok. Setiap hari kita harus berjalan menyeberangi jembatan resiko untuk sampai ke hari berikutnya. Setelah kita bangun di pagi hari dari tempat tidur kita menghadapi resiko, saat kita masuk ke dalam mobil dan melaju di jalan kita menghadapi resiko, mendekat pada orang-orang dan menjalin persahabatan adalah sebuah resiko. Untuk apa kita mempertaruhkan hidup kita dengan resiko-resiko itu?

Jadi pertanyaannya bukan apakah kita akan mengambil resiko dalam hidup kita atau tidak. Pertanyaannya adalah: Untuk apa kita mempertaruhkan hidup kita dengan resiko-resiko itu? Apakah hidup Anda merupakan sebuah seri dari resiko-resiko yang tidak punya tujuan? Apakah Anda berlari menyeberangi jembatan resiko setiap hari tanpa ada sesuatu yang bernilai, yang menunggu Anda di puncak gunung hari esok? Apakah Anda membiarkan hidup begitu saja terjadi terhadap Anda, ataukah Anda mendengar suara yang mengatakan kepada Anda, "Pergi"? Yesaya 30:21 mengatakan, "Dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: "Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya," entah kamu menganan atau mengiri." Kapan saat terakhir Anda mendengar suara itu?

Saat saya dan suami saya, Michael, masih berkencan dulu, dia sedang mengambil kuliah di Israel. Namun Tuhan memanggilnya untuk pulang kembali ke Amerika lebih awal. Sebulan sebelum jadwal kepulangannya ke Amerika, dia sedang berada di Ben Gurion Airport di Tel Aviv, bersiap-siap untuk menghabiskan malam minggu ke Yunani bersama dengan beberapa teman sekelasnya. Dia melihat semuanya tertawa dan bercanda satu sama lain selagi mereka menunggu waktu keberangkatan. "Tuhan, apa yang aku lakukan?" Doanya tetap hening, namun jiwanya seakan berteriak kepadanya. Tuhan telah menunjukkan kepadanya dengan jelas saat dia berdoa paginya, bahwa dia akan pulang, namun dia memutuskan untuk melakukan satu perjalanan lagi sebelum pulang. Yunani adalah perjalanan asing terakhirnya, dia berjanji pada dirinya sendiri dan Tuhan, setelah dari Yunani dia akan pulang.

Sementara itu, di Amerika saya dan teman kami Bryan sedang membicarakan meningkatnya bahaya untuk orang Amerika di tengah-tengah merebaknya topik seputar kematian Yasser Arafat. Kami berpikir ini adalah saat yang tepat bagi Michael untuk pulang ke rumah, selain juga karena peringatan yang diberikan oleh kedutaan besar Amerika. Jadi saya menghubungi Michael dan bertanya untuk terakhir kalinya, "Apa kamu yakin harus pergi ke Yunani?" Dia menjawab ya, jadi saya melepaskan dia. Setelah saya menaruh telepon, Bryan mengajak saya berdoa agar Tuhan mencegah Michael naik ke pesawat jika kami benar dan dia memang seharusnya pulang. Saya menunggu setengah jam berikutnya dan tidak terjadi apa-apa, jadi saya memutuskan untuk pergi tidur.

Yang saya tidak tahu, saat semua orang sedang berbaris untuk memasuki pesawat, Michael mengatakan pada penjaga tiket bahwa dia tidak bisa masuk ke pesawat dan meminta agar barang-barangnya dipindahkan segera. Dia mengucapkan selamat tinggal pada teman-temannya yang terkejut dan mengatakan bahwa dia akan pulang ke Amerika. Saya menerima telepon darinya, dan saya mendengar suaranya yang bercampur tangis. Saya berpikir saat itu dia sedang dalam perjalanan ke Yunani. "Aku akan pulang... Tuhan telah menyatakan kepadaku dengan sangat jelas untuk pulang. Saya membaca alkitab saat Dia menyuruh Abraham keluar dari negerinya, aku tahu Tuhan berbicara kepadaku dan aku tidak mendengarkan. Aku terbang kembali hari Minggu. Bisakah kau menjemputku?" Saya menangis haru dan saat kami sedang berbicara di telepon, suara ledakan terdengar dari jarak yang jauh... Tuhan benar-benar telah berbicara kepada Michael, dan juga kepada Bryan dan saya untuk mendoakannya. Hal-hal yang terjadi sesudah kepulangan Michael tidak akan sama bila dia memutuskan untuk menunda kepulangannya.

Michael tidak tergesa-gesa mengambil keputusannya di bandara. Dia telah bertanya pada Tuhan apakah memang ini waktunya untuk pulang, sejak Kedutaan Besar Amerika Serikat mulai memberikan peringatan beberapa minggu sebelumnya. Perhatian Michael lebih kepada ketaatan daripada keamanan. Tuhan mengkonfirmasi panggilan-Nya untuk kepulangan Michael lewat alkitab, dan juga menggunakan saya dan Bryan (serta doa kami) untuk memimpin Michael dalam membuat keputusan yang benar bagi dirinya. Pastikan agar dalam setiap resiko yang Anda rasa Tuhan meminta Anda untuk melakukannya, Anda membuat pilihan yang bijaksana dan tidak melakukannya secara tergesa-gesa. Carilah Dia untuk mengkonfirmasikan semuanya dengan Firman-Nya serta pendapat atau diskusi dengan orang-orang lain yang juga mengandalkan Tuhan.

Iman itu lebih daripada mengambil resiko-resiko, iman berarti mengambil langkah-langkah kecil, dengan mengetahui bahwa mereka memimpin kepada hal-hal yang jauh lebih besar. Hal-hal yang Tuhan minta untuk kita lakukan dan tempat-tempat yang Tuhan minta untuk kita kunjungi tidak selalu merupakan sesuatu yang "mengguncang dunia", namun pasti dapat menghasilkan pengaruh yang besar di dalam Dia. Pelayanan dalam kehidupan kita (apapun profesi Anda dan bidang kehidupan manapun yang Anda jalani) sesungguhnya adalah perpaduan antara iman dan ketaatan. Hidup menjadi menarik ketika kita berani mengambil resiko-resiko yang memimpin kepada sesuatu yang benar-benar berarti.

Sumber : Sumber: Martha Noebel - CBN
Halaman :
1

Ikuti Kami