Wawancara Eksklusif Dengan Saksimata Kerusuhan Myanmar

Internasional / 1 October 2007

Kalangan Sendiri

Wawancara Eksklusif Dengan Saksimata Kerusuhan Myanmar

yosefel Official Writer
9904

Kerusuhan di Myanmar atau negara yang juga kerap disebut Burma ini masih berlangsung sampai saat berita ini ditampilkan. Bahkan masih belum ada tanda-tanda untuk segera berakhir. Jumlah korban juga semakin banyak berjatuhan.

Pada hari pertama terjadinya kerusuhan yang berbuntut pembantaian tersebut, ada serombongan anak Tuhan dari Indonesia yang hendak melakukan pelayanan misi yang tiba pada hari yang sama. Mereka adalah rombongan dari Robert Liardon Misnistries Indonesia.

Jawaban.Com berhasil mewawancarai Putri, salah satu staff RLM yang juga ikut berangkat ke Myanmar secara ekslusif. Simak hasil wawancaranya:

Putri bersama rombongan berangkat ke Myanmar, Apakah sudah tahu sebelumnya bakal terjadi kerusuhan disana? Atau mendengar isu tentang kerusuhan tersebut sebelumnya?

(Kita bener-bener ga tau. Rencana pelayanan ke Myanmar sudah direncanakan 3 bulan sebelum keberangkatan)

Dalam rangka apa, kunjungan tersebut? Misi?

(Dalam rangka pelayanan misi. Kami mendapatkan kontak di Myanmar beberapa bulan yang lalu. Dari komunikasi yang terus berlangsung antara kami dengan mereka dan mengetahui betapa teraniayanya mereka dalam memberitakan Injil di Myanmar. Mereka bercerita bagaimana mereka membutuhkan bantuan dan akan melakukan rantai doa selama 24jam, sampai kami bisa datang ke Myanmar. Kamipun berdoa dan mengambil keputusan untuk mengirimkan missionary ke Myanmar)

Catatan: Saya yakin Tuhan yang benar-benar membuat perjalanan ini jadi! Karena setelah kami selesai di Myanmar dan kembali ke Indonesia, keadaan disana semakin parah dan sangat kecil kemungkinan orang luar bisa masuk dan pergi ke berbagai tempat untuk memberitakan injil - akan sangat berbahaya! Kami percaya benih iman yang kami tabur disana adalah sesuatu yang ingin Tuhan sampaikan untuk menyemangati dan menguatkan mereka... Mereka adalah orang-orang yang benar-benar lapar dan haus akan Firman Tuhan!

Saat pertama tiba di bandara, apakah sudah ada pemberitahuan tentang ancaman keamanan?

(Belum ada. Karena sebelum kami tiba, Protes dan Kerusuhan belum ada. Protes dan kerusuhan mulai tepat pada hari kami mendarat di Yangon)

Apakah ada niat untuk membatalkan kunjungan? Apa alasan untuk bertahan disana dalam situasi seperti itu?

(Tidak ada.Walaupun kami mendengar ada beberapa orang yang melakukan protes dipenjara, dipukuli bahkan sampai mati.

Itu juga karena belas kasihan yang ditaruh oleh TUhan... Melihat betapa tertekannya dan menderitanya mereka, membuat kami tetap bertahan sampai waktu  kami selesai di Myanmar. Saya ingat waktu saya sudah di bandara dan mulai berjalan ke arah pesawat untuk pulang ke Indonesia, saya menitikkan airmata karena kasih yang luarbiasa yang saya rasakan buat orang-orang di Myanmar. Saya Cuma bisa bilang "Tuhan Yesus, lindungi mereka ya...")

Apakah ada kesaksian / kejadian yang unik pada saat Putri dan rombongan berada disana?

(Kesaksian:Kami mengajar dan berkotbah dipagi - siang hari di pusat kota Yangon dan kedesa-desa di malam hari. Memberitakan injil di Myanmar adalah sesuatu yang menentang hukum militer mereka. Sehingga kami harus sangat berhati-hati. Kami tidak bisa pergi ke desa-desa disiang hari dan harus menuggu malam hari agar lebih mudah untuk menyelinap masuk. Saat berkotbah harus pelan-pelan dan tidak boleh lebih dari satu jam harus segera meninggalkan desa itu agar masyarakat yang lain terutama pemerintah desa itu tidak melihat/tau. Kami melayani bersama beberapa pendeta yang telah mengalami bahaya kematian berkali-kali karena dipukuli dengan hebat apabila pekerjaan mereka diketahui. Ada yang kepalanya harus dijahit karena pecah bahkan ada yang dipukuli tubuh dan kepalanya sampai kehilangan pendengarannya.

Dan dihari kedelapan kami melayani. Kami harus membatalkan pelayanan siang dan malam hari kami. Sebelum jam 12siang kami harus segera meninggalkan gedung karena pemerintahan militer Yangon memanggil pendeta-pendeta yang ada diseluruh Yangon termasuk pendeta yang bekerja bersama kami untuk menghadap dan diinterogasi. Puji Tuhan bahwa tidak ada hal buruk yang terjadi pada mereka, karena kita telah sangat berhat-hati dan bergerak sesuai dengan yang mereka minta.  Dari 18 pelayanan yang kami lakukan, hampir disetiap tempat kami bertemu dengan anak2 yatim piatu yang harus tidur di lantai ruang ibadah rumah gereja).

(Kejadian Unik: Negara ini adalah Negara yang tertutup. Tidak mengenal ATM - orang bukan asli Myanmar akan sangat kesulitan untuk mendapatkan uang. Money changer sangat terbatas dan akan dipotong setengah dari currency aslinya apabila ditukarkan. Harga termurah untuk handphone adalah 2,500 US$. Email dan telpon diperiksa. Mengirimkan uang dan surat dari atau ke Myanmar adalah sesuatu yang tidak mungkin (akan hilang). Tidak bisa menemukan fast food seperti Mc.Donalds, KFC, dll. Rumah susun adalah rumah yang umum digunakan sebagai tempat tinggal)

Bisa ceritakan sedikit, sepengetahuan Anda, kejadian apa yang sebenarnya terjadi disana?

(Protes terjadi diawali dengan kenaikan BBM yang mencapai 3X lipat dari 10.000 menjadi 30.000. Padahal dari obrolan kami dengan orang Myanmar, kebanyakan mereka hanya berpendapatan sekitar 100.000 per bulan.

Beberapa informasi lainnya: Pemerintahan Militer di Myanmar memenjarakan President pilihan rakyat Ang Sun Suu Ci sejak tahun 1987. Disekitar rumah penjaranya dijaga ketat oleh orang-orang Militer. Tidak ada kebebasan dalam kehidupan masyarakat. Jarang sekali untuk bisa bertemu dengan orang yang bisa tertawa lepas ataupun bermuka gembira, mereka hidup dalam tekanan

Apabila engkau Kristen, engkau tidak bisa menempati posisi yang baik dalam pekerjaan. Bahkan anak-anak pun tertekan karena sepandai apapun mereka dan sebagus apapun nilai mereka, anak Kristen tidak diijinkan untuk memperoleh ranking yang baik)

Apa respon gereja di Myanmar dengan kejadian tersebut?

(Mereka sangat berhati-hati. Menghabiskan banyak waktu berdoa karena keadaan akan sangat berbahaya apabila pemerintah mengetahui apa yang mereka lakukan. Nyawa menjadi taruhan. Salah satu pendeta yang bekerjasama dengan kami terus mengirimkan email untuk berdoa bagi mereka. Saat ini dia harus melarikan diri ke Thailand. Tetapi sangat kuatir dengan keadaan istri, anak, keluarga dan juga anak-anak didiknya serta orang-orang dibawahnya - beliau mempunyai 26 gereja tersebar diseluruh Myanmar)

Apakah ada foto-foto dokumentasi acara atau keadaan di sana? Kalau diijinkan kami akan menampilkan untuk keperluan artikel kami.

(Saya punya foto di Myanmar. Tetapi kebanyakan adalah foto pada saat pelayanan sehingga tidak memungkinkan untuk dipublikasikan atas permintaan gereja di Myanmar. Tapi saya akan mengirimkan beberapa foto. Anda bisa lihat dan memutuskan apakah layak untuk digunakan atau tidak. Terima kasih..)

Putri dan rombongan dikirim ke Myanmar melalui program Operation 500, Roberts Liardon Ministries. Email : [email protected] PoBOX 1731 / JKS, Jakarta Selatan 12017. Telp. 021-53652889.

Sumber : reportase jawaban.com/joel
Halaman :
1

Ikuti Kami