Kolam Tempat Tuhan Yesus Menyembuhkan Seorang Lumpuh Ditemukan

Internasional / 24 July 2007

Kalangan Sendiri

Kolam Tempat Tuhan Yesus Menyembuhkan Seorang Lumpuh Ditemukan

Rosphyta Official Writer
19801

Sarjana skeptis yang mempunyai pandangan miring terhadap tulisan dan bukti-bukti yang ada dalam Alkitab tentang kematian Yesus mungkin harus memperbaiki pandangannya setelah ditemukannya bukti baru secara arkeologi.

Beberapa tahun yang lalu, menusia menjelajahi gua-gua di sekitar Jerusalem untuk menemukan bukti sejarah: kuburan kuno yang mengandung sisa-sisa dari penyaliban seseorang.

Penemuan ini hanya sebuah seri panjang dari penemuan yang menjungkir-balikkan konsensus yang dipegang berabad-abad oleh para sarjana. Konsensus ini memegang keyakinan bahwa Gospel atau Injil hampir sepenuhnya memproklamasikan sesuatu hal yang hanya sedikit saja bisa mengandung realita. Bisa dibilang bahwa Injil itu tidak ada faktanya, ini menurut konsensus para sarjana.     

Sisa-sisa penemuan ini mestinya adalah seorang pria yang dieksekusi pada permulaan abad setelah masehi (AD), itu adalah sama dengan masa hidupnya Yesus. Jeffrey Sheler menulis dalam bukunya Is the Bible True? (Apakah Akitab itu Benar?) bahwa kerangka yang ditemukan mengkonfirmasi apa yang para penginjil tulis tentang kematian Yesus dan penguburannya dalam beberapa point penting.

Pertama, lokasi. Para sarjana sangsi terhadap fakta dalam Alkitab tentang penguburan Yesus. Mereka percaya bahwa kriminal yang disalibkan seharusnya dikubur dengan cara dicampur dalam kuburan masal atau orang memberikannya sebagai makanan hewan buas. Namun pria ini, yang dipercaya berumur sebaya dengan Yesus, justru dikuburkan dengan cara seperti yang dituliskan dalam Alkitab dan juga sama dengan cara Yesus dikubur.  

Lalu ada bukti secara fisik dari kerangka yang ditemukan. Tulang kering pria ini ditemukan dalam keadaan remuk. Ini mengkonfirmasi apa yang kitab Yohanes tuliskan tentang perlakuan para eksekutor Romawi. Mereka biasanya menghancurkan tulang kaki orang yang disalib untuk memastikan kematiannya, semua orang kecuali Yesus yang setelah mati mendapat pengecualian.  Fakta ini bisa dikatakan cukup akurat karena sejak lama para sarjana menolak apa yang ditulis dalam Yohanes sebagai tulisan naratif yang berbentuk bumbu secara teologia saja.  

Bagian lain dari Injil Yohanes dibuktikan dengan kerja arkeolog dimana belum lama ini mereka mengkolaborasi cerita tentang Tuhan Yesus yang menyembuhkan orang lumpuh di sebuah kolam, seperti yang ditulis dalam kitab Yohanes pasal 5. Yohanes menjelaskan bahwa kolam segi lima itu berada di sebelah dalam Gerbang Domba Jerusalem dimana orang-orang sakit datang untuk disembuhkan. Sejak itu tidak ada dokumen kuno, termasuk di dalam Alkitab yang dapat menjelaskan tempat itu. Ini yang menciptakan pandangan skeptis di kalangan sarjana tentang tulisan Yohanes.    

Namun Sheler menerangkan hal ini. Ketika para arkeolog memutuskan untuk menggali tempat dimana Yohanes pernah mengatakan lokasi kolam itu, mereka ternyata menemukan kolam segi lima itu. Hebatnya, kolam itu merupakan kuil yang orang Yunani percaya dapat membawa kesembuhan. Ini bukti nyata bahwa Yohanes tidak pernah mengarang cerita yang ada di Alkitab. 

Menolak teks Alkitab tanpa mau susah untuk menggali point yang dianggap rahasia kecil yang dipertanyakan para sarjana menjadi hal yang umum. Banyak penganut tradisional menjadi berprasangka terhadap teks Alkitab. Namun kesimpulan akhirnya selalu datang setelah fakta-fakta baru ditemukan. 

Para sarjana banyak berasumsi bahwa Alkitab, seperti juga banyak kitab kuno lainnya, hanya berisi pesan propaganda yang oleh ahli teologia Rudolf Bultman dikatakan sebagai "kerygma atau proklamasi".

Namun prasangka ini tidak menggoyahkan iman percaya terhadap Injil. Pusat dari iman itu adalah sejarah yang nyata dan ingatan. Penganut Kristen percaya bahwa Tuhan telah bekerja dan terus beraksi dalam membuat suatu sejarah. Untuk kita, mengingat apa yang Tuhan lakukan dapat dilakukan dengan melakukan penyembahan, sesuatu yang membuat manusia menjadi dekat dengan Tuhan. 

Lantas jika penemuan di padang gurun ini menjadi sesuatu yang mengejutkan bagi orang yang skeptis, hal itu seharusnya tidak lagi mengejutkan bagi umat Kristiani.

Ketika para arkeolog sendiri tidak dapat membawa orang menjadi beriman pada Tuhan, mereka dipakai untuk menemukan bukti yang berbicara. Bukti untuk tidak menolak kebenaran yang ada dalam kitab suci sebelum memeriksa fakta yang ada. Untuk itulah kita harusnya belajar setiap harinya, Yesus mengartikan hal itu ketika Dia mengatakan: "Aku berkata kepadamu: "Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak." 

Halaman :
1

Ikuti Kami