Ternyata Istriku Lebih Dominan...

Marriage / 17 December 2005

Kalangan Sendiri

Ternyata Istriku Lebih Dominan...

Fifi Official Writer
5306
Isteri Anda cerewet dan suka ngatur? Tak perlu ambil pusing, toh kalau capek berhenti sendiri. Tapi kalau cerewetnya diikuti dengan ngatur sana-ngatur sini, bahkan semua harus melalui persetuannya? Wah...

Memang, memiliki isteri yang suka mengatur mau tidak mau akan membuat suami 'gerah'. Wajar karena posisinya sebagai kepala rumah tangga, yang memiliki tampuk kekuasaan tertingi merasa disaingi sang isteri.

Isteri yang berperilaku dominan memang tidak bagus. Namun bukan berarti menyalahi aturan tumah tangga. Karena dalam rumah tangga sudah pasti diperlukan keseimbangan. Suami-isteri harus saling berbagi peran sekaligus harus bisa fleksibel dalam urusan keluarga. Sehingga jika salah satu pasangan mengalami 'kelumpuhan' maka pasanganya bisa mengambil alih tugas.

Dengan demikian dominasi bisa menjadi bermanfaat di saat genting. Maka isteri yang berprilaku dominan tidak bisa dikatakan negatif. Semua kembali pada pasangannya. Jika suami merasa bahwa daerah kekuasaannya tidak diganggu maka dominasi akan bisa ditoleransi.

Agar terhindar dari dominasi, sebaiknya suami isteri harus saling mengisi dan menghargai. Membuat komitmen atau kesepakatan kemudian meninjau ulang komitmen yang pernah terucap merupakan bentuk penyadaran diri. Sebagai suami isteri seharusya berprinsip seperti satu paket saling melengkapi baik saat sulit maupun senang. Dengan demikian tidak ada rasa terjajah dan menjajah karena masing-masing sadar dengan kemampuan dan keterbatasannya

Dominasi boleh tapi...
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa sistem budaya kita masih menganut budaya yang memisahkan tugas antara domestik dengan eksternal. Isteri di tuntut untuk 'mendominasi' pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan dan merapikan rumah dan mengurus anak. Sementara suami berwenang memberi nafkah sekaligus penentu kebijakan di luar rumah.

Namun, tradisi klasik itu mulai bergeser seiring perkembangan jaman. Sekarang kesempatan perempuan untuk maju terbuka lebar. Perempuan mampu mencari nafkah sendiri sekaligus mahir untuk urusan domistik.

Sayangnya, kaum laki-laki belum sadar benar akan kemampuan perempuan untuk yang menjadi 'super women'. Laki-laki masih menganggap bahwa perempuan hanya boleh mendominasi untuk urusan rumah tangga saja. Tidak usah masuk wilayah laki-laki, seperti mampu untuk mengambil keputusan eksternal rumah tangga atau mahir untuk urusan sosialisasi dengan teman kantor.

Hal seperti itu memang seharusnya tidak perlu terjadi. Sebagai 'satu paket' yang melengkapi dan menghargai, dituntut untuk bisa mengambil alih pekerjaan di saat pasangan tidak bisa melakukan. Itu artinya suami secara tidak langsung harus bisa mengerjakan urusan domestik dan isteri juga mampu untuk memberikan suara saat suami sedang mengabil kewenangan. Dengan demikian kinerja keluarga yang ideal bisa tercipta lewat saling memberi kesempatan dan penghargaan.

Namun bukan juga suatu hal yang salah bila terjadi dominasi. Jika isteri mahir untuk urusan domestik begitupun sebaliknya pada suami bukankah dengan spesialisasi akan membuat hasil menjadi maksimal? Namun ada juga sisi negatifnya lho! Jangan lantas marah jika suatu saat terjadi take over pekerjaan dengan hasil yang tidak memuaskan. Bukankah memang dominasi di biarkan berjalan dalam rumah tangga tanpa ada yang mengeluh dan itu artinya sudah ada dalam kesepakatan kerja suami-isteri, ya kan?.

Tips buat para pria agar terhindar dari 'suami takut isteri'
  • Jika Anda tidak senang dengan kelakuan isteri yang suka mengatur berlebihan sehingga merasa mendominasi, katakan bahwa Anda terganggu. Katakan dengan sopan, pelan-pelan dan lembut sehingga posisi Anda sebagai suami lebih menonjol ketimbang sifat laki-lakinya.
  • Beri penjelasan dengan bahasa menyenangkan dan sederhana sesuai keinginan Anda berikut alasannya.
  • Anda tak boleh ikutan cerewet dan ngatur, yang penting harus tegas.
  • Ingatkan kembali tentang komitmen awal pembagian tugas atau sistem kerja yang diinginkan sewaktu kali pertama menikah.
• Jika tidak mempan juga, lakukan usaha persuasif. Jangan lupa untuk membuat aturan main baru yang bisa menciptakan suasana menyenangkan baik untuk suami maupun isteri.
Halaman :
1

Ikuti Kami