Teman Pada Pandangan Pertama

Marriage / 17 December 2005

Kalangan Sendiri

Teman Pada Pandangan Pertama

Fifi Official Writer
4158
Karen O'Connor menjelaskan empat karakteristik yang menjadi kunci dalam membangun pernikahannya hingga menjadi kuat.

Suami saya dengan lembut membelai rambut sambil mengemong saya di pagi yang dingin. "Hmmmm," dia bergumam. "Rambut ini tidak pirang dan tidak jatuh tergerai diatas bantal. Selama bertahun-tahun saya berpikir itulah yang saya inginkan".

Saya mencubit dan membalas ‘belaian tangannya' sambil berkata : "Dan kamu sendiri bukan orang yang tinggi, tegap berotot seperti yang selalu saya impikan."

Dia menggoda : "Tidakkah kamu bahagia?".

"Tentu saya bahagia", saya menjawab, sambil membayangkan peristiwa di negara bagian ketika kami bertemu. Masing-masing kami mempunyai ‘gambaran' tentang apa yang kita cari untuk prospek pasangan kita. Dan tidak ada dari antara kami yang cocok dengan gambaran yang lainnya. Namun daya tarik ada disana. Dari peristiwa pertemuan kami di santap malam di Los Angeles, saya tahu saya ingin mengetahui lebih banyak tentang pria jantan ini dengan mata birunya yang besar - seorang yang penuh perhatian, suka berbicara dan suka tertawa. Saya merasa aman dengannya. Dia kelihatannya seperti orang yang dapat saya percayai - seorang yang dapat menjadi teman. Dan dia ingin tahu lebih banyak tentang saya.

Kami tidak segera jatuh cinta. Kami menjadi teman terlebih dahulu - rekan yang baik. Kami saling berbagi soal musik dan buku, menghabiskan waktu dengan anak-anak, menghadiri gereja bersama-sama pada hari Minggu dan mempelajari apa yang pasangan suka dan tidak suka.

Kami berdua juga saling tidak setuju dan bertentangan. Kami masih melakukan sesuatu. Saya orang yang spontan sedangkan Charles orang yang mengikuti metode. Saya melihat gelas dengan setengah penuh sementara dia melihat dengan setengah kosong!. Dia suka memikirkan banyak hal. Saya melihat untuk merasakan bahwa langkah saya menuju suatu keputusan. Namun melalui semua itu kami masihlah berteman. Dan kini, setelah mendekati pernikahan selama dua puluh tahun, ada persahabatan yang tetap mengikat kebersamaan kami. Satu pengamatan menyimpulkan hubungan kami adalah : "Itu adalah keteguhan" , seperti bahtera yang kokoh dibangun. Dia dapat menahan angin dan juga hujan.

Jika saya merefleksi penciptaan persahabatan dan juga pernikahan kami, empat karakteristik datang pada benak ini - karakteristik yang telah menolong kami menggali rasa sakit dan mengeluarkan dalam percakapan seperti halnya duduk bersama dalam keheningan, meyakini komitmen kami pada Tuhan dan pada pasangan. Saya tidak tahu jika ini sifat ini menjadi amat berarti untuk setiap kami, namun semua itu juga telah membuat kami baik-baik saja selama tahun-tahun kami saling mengenal satu sama lain. Boleh jadi semua itu akan tercetus dalam hubungan pernikahan anda atau menolong anda meyakini apa yang diinginkan dalam perspektif pasangan.

Kenyamanan
Kami telah belajar untuk menanyakan semua itu - terkadang hal itu amat menantang - terutama setelah kami melalui percakapan yang panas, atau merasa ‘sendirian' setelah peristiwa kematian orang tua atau menemukan diri kita tertikam oleh kesalahan masa lalu atau pilihan di masa depan. Terkadang hanya sentuhan atau kata-kata dorongan dapat membuat sebuah perbedaan. Charles seringkali menenangkan saya dengan kata-kata : "Saya mencintai kehidupan kebersamaan kita ini". "Saya berterima kasih untukmu". "Saya mengagumi semangatmu". "Kamu dapat melakukan apapun". "Saya tidak ragu untuk dirimu". .

Kenyamanan dapat juga diekspresikan tanpa kata-kata. Sentuhan adalah satu maksud yang amat kuat untuk menjangkau oranglain. Saya menyukai kata-kata sedang Charles menyukai sentuhan. Dengan mempelajari kebutuhan masing-masing, kami telah dapat membuat nyaman pihak lainnya.

Belas Kasihan
Kami telah belajar tentang belas kasihan seperti halnya kami belajar untuk bermain piano - dengan melatihnya. Dan itu memerlukan latihan. Saya tidak selalu merasa mendengar perasaan suami saya. Saya tidak selalu dalam kondisi mood untuk mendengar rasa sakit dan frustasinya. Dan dia pastinya lelah dengan kebutuhan saya untuk proses setiap pengalaman dan emosi. Namun kami ada disini untuk suatu waktu - kita membawa pandangan antara Tuhan dan manusia - hingga kita melanjutkan untuk mengeksplorasi apa arti belas kasihan. Saya menemukan apa yang bekerja : untuk menjadi lebih sensitif daripada tegas, lebih spiritual dibanding waspada, lebih mengasuh daripada mengelola. Dan ketika saya mengingat-ingat itu - semua adalah berkat - untuk Charles dan untuk saya.

Hubungan
Kita sudah membuat beberapa pilihan yang hati-hati dalam hal memelihara hubungan kita. Kami makan bersama secara berkala. Itu adalah waktu percakapan yang indah, membaca dan mengomentari berita pagi, sesekali makan malam dengan lilin dengan latar belakang musik. Kami bermain bersama. Kami menikmati hiking, berkemah, menjelajahi alam bebas, mengambil perjalanan jauh. Kami juga pergi ke bioskop, teater seni dan ke museum.

Kami menghubungkan keluarga kami bersama-sama. Charles lebih seperti kakek bagi cucu saya seperti dia memperhatikan dirinya sendiri. Dan saya menjadi nenek bagi cucunya seperti saya memperhatikan diri saya sendiri. Ini adalah aturan baru diantara berkat yang besar dalam pernikahan kami. Yang terpenting bagi kami, kami berdoa bersama setiap pagi. Iman kami, keluarga kami dan teman-teman kami, lebih dari segala-galanya, adalah benang yang kuat yang menghubungkan kami satu sama lain dan menghubungkan kami pada Tuhan.

Konsistensi
kami bekerja untuk ini! Ada disana untuk satu sama lain adalah begitu penting untuk masing-masing kami. Ini artinya mengingatkan kami pada komitmen untuk saling menghormati - bahkan ketika kami mempunyai masalah yang sukar untuk dibicarakan, kehidupan nilai spiritual kita, bukan sekedar bicara tentang mereka, menjaga rumah tetap terawat danj bermain bersama sebagai pasangan dan sebagai keluarga. Tantangannya adalah menjadi konsisten tanpa harus dikontrol.

Untuk kami, konsistensi juga termasuk menjadi manusia seutuhnya - untuk menjadikan diri kami dikenal sebagai seseorang yang oleh orang lain dapat dijadikan tempat berpaling dengan keyakinan percaya diri. Meski berfikir kami membuat suatu kesalahan, kami ingin segera untuk membuat perbaikan tentunya.

Jika seseorang menanyakan kami bagaimana untuk mendekatkan hubungan yang baru atau bagaimana mengelola satu persahabatan hingga berada pada tempatnya, kami tidak akan pernah berfikir tentang itu!. Dari pengalaman kami, apa yang benar-benar dapat diukur adalah menjadi seorang teman terlebih dahulu.
Halaman :
1

Ikuti Kami