Apakah Remaja Anda Gemar Melukai Dirinya Sendiri?

Parenting / 13 December 2005

Kalangan Sendiri

Apakah Remaja Anda Gemar Melukai Dirinya Sendiri?

Fifi Official Writer
6650
"Saya menurunkan pisau itu ke atas kulit yang pucat. Dengan menggunakan bagiannya yang tajam, dengan cepat saya menyayat tangan saya sedalam dua inci. Saya sadar untuk tidak menyayatnya terlalu dalam. Seperti itulah saya melakukannya, mengira-ngira kedalaman sayatan dan melakukannya dengan benar. Saya tidak dapat merasakan sakitnya luka sayatan itu. Sepertinya bahkan tidak sakit sama sekali."

"Dengan santainya saya melihat darah mengalir keluar dari tangan saya. Melihat merahnya darah yang mengalir justru menimbulkan ketenangan, seperti menjadi suatu tanda kalau saya masih hidup. Mungkin aneh kedengarannya, tapi saya berpikir bahwa suatu hari nanti segalanya akan baik-baik saja."

Ruth Wallace mungkin merasa bahwa segalanya akan baik-baik saja, tapi sesungguhnya tidaklah demikian. Remaja putri ini membawa sebuah rahasia yang dapat menghancurkan hidupnya secara perlahan.

Ruth adalah karakter fiksi dari novel remaja Blade Silver yang ditulis oleh Melody Carlson. Akan tetapi bagi banyak remaja, tipe Ruth yang melukai dirinya sendiri adalah masalah yang nyata di kalangan mereka.

Carlson menulis buku yang ditujukan bagi remaja yang kebanyakan mengenai problema di kalangan remaja yang mencakup bunuh diri, depresi, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, penyimpangan pola makan dan masalah seksual. Di dalam bukunya, Blade Silver, Carlson berkata bahwa ia memutuskan untuk menulis dilema remaja yang mengiris dirinya sendiri ini karena di dalam kehidupan sehari-hari hal ini semakin berkembang di kalangan remaja baik di Amerika maupun di negara-negara lain.

Bagi yang belum familiar dengan kebiasaan ini, mengiris diri sendiri adalah hal yang dilakukan banyak remaja, terutama wanita, dipakai sebagai jalan untuk mengatasi stres dan luka emosi dalam hidup mereka. Hal ini membuat mereka merasa bahwa mereka dapat mengendalikan situasi apapun yang mengganggu mereka.

Pengirisan ini dilakukan menggunakan pisau, silet, peniti, pecahan kaca, ataupun obyek lain yang tajam untuk mengiris dan membuat tanda di kulit mereka. Biasanya dilakukan di lengan, kaki maupun perut. Para remaja ini mengatakan mereka melakukan hal itu sebagai pelampiasan emosi karena mereka tidak tahu bagaimana mengungkapkannya dengan cara yang lain. Remaja yang lain berkata bahwa mereka merasa begitu mati rasa dan kebal di dalam, sehingga dengan melihat diri mereka yang berdarah membuat mereka "merasa hidup", walau hanya untuk sesaat.

Menurut selfinjury.com, kebanyakan remaja yang suka melukai dirinya sendiri ini berasal dari keluarga kalangan atas dan menengah dan rata-rata memiliki inteligensia yang tinggi. Seringkali mereka adalah korban dari kekerasan dan penyimpangan seksual. Bagaimanapun juga, Carlson berkata, orang tua seharusnya lebih menyadari ada banyak alasan lain yang dapat membuat anak remaja mereka mulai melakukan kebiasaan buruk ini.

"Kadang kala hal itu adalah suatu hal yang buat kita sepele, seperti masalah jati diri atau perasaan bahwa mereka kurang dibandingkan yang lain." ujar Carlson.

Carlson berkata biasanya luka emosional datang dari anak remaja yang merasa ditolak oleh kawan sebayanya ataupun dari konflik yang timbul di rumah. Banyak remaja yang terlihat "tangguh" di luar tapi sebenarnya sangat sensitif dan menyembunyikan emosi mereka, tidak mengungkapkannya dengan cara yang sehat.

Kebanyakan remaja ini tidak benar-benar ingin melukai diri mereka sendiri atau berniat untuk bunuh diri. Bagaimanapun juga, kebiasaan itu beresiko tinggi jika satu saat secara tidak sengaja mereka mengiris terlalu dalam atau terjadi infeksi pada lukanya.

Sayangnya kebiasaan ini bisa menjadi siklus kecanduan bagi kebanyakan remaja yang mencobanya. Kebiasaan ini memberikan perasaan nyaman bagi mereka untuk sesaat mampu melepaskan sakit emosional yang mereka rasakan. Sebelum mereka menemukan cara yang lebih tepat untuk melepaskan emosi negatif ini, mereka akan kembali melukai dirinya sendiri saat stres itu terjadi lagi.

Banyak remaja yang akhirnya jatuh juga kepada kebiasaan kecanduan yang lain seperti penyalahgunaan obat dan alkohol atau penyimpangan pola makan karena mereka sedang mencari jalan untuk melarikan diri dari luka emosional mereka.

Mungkin sulit bagi orang tua untuk mengetahui jika anak remaja mereka menyakiti diri sendiri karena mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi di kamar tidur maupun di kamar mandi. Mereka biasanya menyembunyikan luka goresannya dengan mengenakan lengan baju dan juga celana yang panjang, meskipun pada cuaca panas. Beberapa remaja akan memodifikasi kausnya untuk tetap menjaga lengan baju mereka tidak terangkat.

Saat orang tua menyadari kalau anak mereka suka melukai diri sendiri, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan pendekatan yang penuh dengan kasih sayang.

"Cara terbaik untuk mengakhiri kebiasaan ini adalah dengan tidak menyalahkan mereka. Mereka sebenarnya sedang menghukum dirinya sendiri. Mereka tidak bahagia dengan menjadi seperti itu."

Carlson menyarankan agar para orang tua mulai membuka percakapan dengan anak mereka dan mencari konselor profesional yang sudah berpengalaman menanggani remaja dengan masalah ini. Terapi sangat penting karena para remaja ini perlu belajar untuk menemukan cara yang lebih baik untuk mengatasi stres dan luka emosional. Mereka juga harus belajar untuk menyadari pemicu yang mendorong mereka untuk melakukan kebiasaan itu.

Bagi banyak remaja, mengakui bahwa mereka memiliki masalah adalah satu penghambat terbesar yang mereka hadapi.

"Kebiasaan ini sama seperti yang lain; mereka berada dalam penyangkalan. Karakter Ruth selalu berkata ‘Saya akan menghentikan ini.' Dia akan bangun di pagi hari dengan berkata, ‘Saya tidak akan melakukannya hari ini.' Dan akhirnya, dia akan pergi ke tempat dimana dia menyadari, ‘Saya butuh pertolongan. Saya tidak bisa menghentikan ini dengan kekuatan saya sendiri.'"

Sangat penting bagi para remaja ini untuk menyadari bahwa mereka benar-benar tidak dapat berhenti dari kebiasaan ini dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka membutuhkan Tuhan untuk berkarya dalam hidup mereka.

"Alasan remaja putri melukai dirinya sendiri adalah karena mereka berpikir hal itu akan memindahkan sakit mereka. Sakit sementara itu (yang diakibatkan luka goresan) akan menghilangkan luka hati mereka yang lebih dalam yang sebenarnya hanya Yesus yang bisa memulihkannya. Kesakitan pindah kepada kesakitan, tapi itu bukan milik kita. Kesakitan itu tidak dapat mengambil sesuatu yang melebihi kekuatan kita."

Carlson menulis bukunya Blade Silver sebaik bukunya yang lain dalam seri True Colors, dengan harapan para remaja akan lebih tertarik kepada sebuah novel daripada buku-buku "pertolongan diri".

"Saya berpikir hanya keindahan sebuah cerita yang dapat membuat orang bisa terhanyut di dalamnya dan secara total menyatu dengan sebuah karakter. Ini seperti jaring yang aman karena kita tidak benar-benar mengalami semua hal itu tetapi kita dapat merasa seperti kita mengalaminya juga. Apakah itu merupakan masalah mereka sendiri atau mereka berhubungan dengan orang lain yang mengalaminya akan tetapi hal itu dapat menjadi alat pembelajaran."

Di dalam Blade Silver, Carlson menggambarkan langkah-langkah yang harus diambil karakter Rut untuk mencari pertolongan dan menghentikan kebiasaan buruknya.

"Bagi para remaja yang sedang bermasalah ini, hal itu dapat menjadi suatu alat untuk menghadapi masalahnya. Apa yang saya coba berikan adalah harapan dan fakta bahwa Tuhan benar-benar memiliki semua jawaban untuk hidup kita
Halaman :
1

Ikuti Kami