Apakah Engkau Yesus?

Kata Alkitab / 12 December 2005

Kalangan Sendiri

Apakah Engkau Yesus?

Admin Spiritual Official Writer
11456
Matius 5:16
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.

Beberapa tahun silam diadakan pertemuan para salesman di kota Chicago selama beberapa hari. Usai penutupan pertemuan tersebut, para manager sales dari berbagai kota di Amerika itu buru-buru menuju pelabuhan udara. Pertemuan yang sempat molor lumayan lama itu rupanya membuat para manager sales ini harus bergerak cepat agar jangan sampai ketinggalan pesawat yang tiketnya telah mereka beli.

Para manager sales yang terburu-buru itupun berlari-lari menerobos pintu airport. Sayangnya salah satu dari mereka secara tidak sengaja menendang sebuah meja yang digunakan untuk menjual apel. Seketika itu juga, apel-apel di atas meja tersebut berhamburan ke mana-mana. Tampak tidak seorang pun dari para manager sales itu yang menghentikan langkahnya. Semua tampak tergesa-gesa memasuki pesawat yang bersiap untuk tinggal landas itu.

Namun ada satu yang berhenti. Ia kemudian menghela napas panjang dan bergumul dalam hatinya. Ia merasa kasihan terhadap gadis penjual apel tersebut. Ia meminta rekan-rekannya untuk meninggalkannya di situ. Tidak lupa ia juga menyampaikan pesan agar salah satu rekannya mengabarkan kepada istrinya bahwa ia terpaksa mengambil penerbangan selanjutnya.

Ia kemudian kembali ke tempat di mana apel tadi berceceran. Seketika itu juga hatinya trenyuh mengetahui bahwa gadis penjual apel itu buta. Gadis berumur sekitar 16 tahun itu sedang menangis tersedu-sedu sambil berusaha mengumpulkan apelnya yang berceceran di lantai. Tampak betapa sulitnya gadis ini berusaha meraih apel di tengah-tengah orang yang bersliweran di jalan itu. Tidak terlihat satu pun orang yang berhenti dan membantunya. Tidak seorang pun peduli kepada gadis buta ini.

Sang manager ini kemudian berlutut di sampingnya dan membantu sang gadis mengumpulkan apel-apelnya. Ia juga membantu sang gadis ini memasukkan apel tadi ke dalam keranjang dan sebagian lainnya dipajang di meja seperti semula.

Sang manager sales ini kemudian melihat bahwa banyak sekali apel yang rusak akibat jatuh dan terinjak orang. Apel-apel yang rusak ini kemudian dipisahkannya ke keranjang lainnya. Ia juga memberikan uang sebanyak 20 dolar kepada sang gadis buta, penjual apel ini. "Ambillah uang ini sebagai ganti atas apel yang rusak", katanya.

Kemudian ia memandangi wajah gadis tersebut dengan penuh rasa empati dan bertanya, "Kamu baik-baik saja kan?" Sang gadis itu mengangguk dan masih berlinang air mata. Sang manager ini melanjutkan kalimatnya, "Saya berharap kejadian ini tidak merusak keceriaanmu hari ini."

Ketika pria ini mulai beranjak pergi, gadis penjual yang buta ini memanggilnya, "Tuan..." Sang manager ini berhenti, dan menoleh ke belakang untuk menatap kedua mata gadis yang buta itu. Gadis ini melanjutkan, "Apakah engkau ini Yesus?"

Sang manager ini begitu terpana. Kemudian dengan langkah yang lambat ia berjalan masuk untuk mengejar penerbangan berikutnya. Dan pertanyaan itu terus menerus berbicara di dalam hatinya, "Apakah engkau Yesus?"

Cerita ini sungguh menyentuh hati saya. Cerita ini juga seakan hendak mengingatkan kita agar sebagai orang Kristen kita tidak hanya pandai berbicara tentang Yesus tetapi juga mampu meneladani kehidupan Yesus agar kita menjadi semakin serupa dengan Dia. Kitab Suci berkata : "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." (Roma 8:29)

Sayangnya, tidak sedikit dari kita yang mengaku sebagai pengikut Kristus yang hidupnya bertolak belakang dengan ajaran Kristus. Hidup kita tidak menjadi berkat, bahkan menjadi kutukan bagi orang di sekitar kita. Kehadiran kita tidak membuat mereka bertambah baik namun bertambah buruk. Kehadiran kita tidak memberikan nilai tambah melainkan nilai minus bagi kehidupan mereka.

Saya pernah mendengar kisah seorang pendeta yang setiap pagi berdoa agar hidupnya tidak menjadi beban bagi orang lain. "Bapa, tolonglah saya hari ini untuk tidak menambah masalah orang lain," demikian bunyi doanya yang sangat sederhana. Ini mirip sekali dengan nasihat seorang sahabat yang kemudian saya jadikan salah satu prinsip hidup saya: "Jika saya tidak bisa menguntungkan Anda maka saya akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak merugikan Anda".

Oleh karena itulah hari-hari penting dalam hidup kita (misalnya ulang tahun dan tahun baru) dan juga hari-hari penting bagi umat Kristiani - seperti Natal dan Paskah - seharusnya tidak sekedar menjadi pesta rutin tahunan melainkan masuk ke hal yang lebih esensial dan menjadi sebuah ajang untuk berefleksi: sejauh mana hidup saya telah memancarkan kasih Kristus kepada mereka di sekitar saya? Siapa saja orang-orang yang kehidupannya bertambah baik dengan kehadiran saya? Siapa lagi orang yang bisa saya bantu agar mereka menjadi lebih baik dari hari ke hari?

Hidup sebagai pengikut Kristus akan jauh lebih bermakna jika kita sungguh dapat memancarkan kasih Kristus di mana pun kita saat ini berada. Dengan demikian, orang akan tahu bahwa Anda dan saya adalah pengikut Yesus. Tuhan memberkati selalu.

Artikel ini dikutip dari Buku Melangkah Maju di Masa Sulit (Stand Strong) karya Paulus Winarto, Penerbit Andi 2005.

Halaman :
1

Ikuti Kami