Bergulat Dengan Janji

Family / 12 December 2005

Kalangan Sendiri

Bergulat Dengan Janji

Admin Spiritual Official Writer
5165

Saya Benyamin Tombe dan istri saya Romaida. Kami mempunyai tiga orang anak yang manis-manis. Yang pertama namanya Stevie, yang kedua bernama Rani dan yang ketiga namanya Nesya. Kalau melihat ke belakang bagaimana kami diberikan anak oleh Tuhan, itu merupakan proses dan pengalaman yang benar-benar tidak dapat kami lupakan.

Romaida menerima kenyataan pahit saat memeriksakan diri ke dokter.
Waktu itu dokter mengatakan bahwa saya mengalami pembengkakan di leher rahim. Hal itu membuat saya tidak bisa memiliki keturunan.

Benyamin lalu membawa istrinya ke dokter lainnya.
Kami berganti-ganti dokter, tapi beritanya tetap sama. Ada yang mengatakan bahwa jalan satu-satunya adalah dengan operasi. Tetapi saya dan istri punya kesepakatan untuk tidak melakukan operasi karena pasti ada jalan yang lain yang bisa kami tempuh untuk memiliki anak. Setelah itu kami berdoa, hanya itu yang dapat kami lakukan.

Romaida menyerahkan pergumulan ini kepada Tuhan.
Selebihnya dari itu kami berdoa. Saya pribadi berdoa demikian : "Tuhan, jikalau Engkau mau memberikan anak, Tuhan tentu akan memberikan mujizat". Saat saya sedang berjalan dalam proses perawatan untuk mempunyai keturunan, di tengah jalan itulah kami harus pergi ke Kalimantan. Setelah itu dokter hanya memberikan suatu resep. Ternyata di Kalimantan ini saya akhirnya bisa hamil!.

Benyamin sungguh bersukacita dengan jawaban dari Tuhan itu.
Waktu istri saya melahirkan, itu adalah hal yang luar biasa. Saya melihat prosesnya semua normal dan bagus. Kami beri nama anak saya itu Stevie. Dia anak yang sehat.

Berkat Tuhan seakan tidak berhenti atas pasangan ini.
Setelah kelahiran anak kami yang pertama, kami merasa bersyukur sekali. Dan tidak lama kemudian saya bisa hamil lagi yang kedua. Dokter mengatakan bahwa saya tidak bisa hamil, tapi ternyata saya bisa hamil anak saya yang kedua. Bahkan jarak anak yang pertama dan kedua begitu dekat sekali.

Tetapi kehamilan kedua ini sepertinya tidak berjalan mudah.
Tetapi untuk kehamilan anak yang kedua ini, saya pribadi khususnya mempunyai masalah dengan pendarahan. Dokter mengatakan bahwa keadaan saya ini disebut plasenta previa. Dalam kehamilan yang ketujuh bulan, pendarahan yang saya alami semakin banyak. Bahkan setiap kali saya ke kamar mandi saya begitu kaget, apakah anak saya ini sudah keluar?. Saya merasa takut sekali setiap saya ke harus ke kamar mandi. Masuk bulan yang ketujuh ini pendarahan yang terjadi semakin banyak, sudah sampai banjir darah.

Romaida yang telah kehilangan banyak darah meminta satu hal pada suaminya.
Dalam keadaan demikian istri saya minta dinyanyikan sebuah lagu yaitu ‘Hanya Dekat Allah Saja Aku Tenang'. Waktu itu saya sampai berpikir bahwa istri saya akan berpulang atau akan meninggal. Saya berpikir, apakah istri saya sudah merasakan dirinya akan meninggal?. Perasaan saya waktu itu adalah saya tidak dapat membiarkan istri saya sampai meninggal, apalagi bersama-sama dengan janin yang ada dalam kandungannya. Sementara menyanyikan lagu itu, hati saya bergejolak dan ingin bertahan di hadapan Tuhan.

Janji Tuhan dalam lagu itu membuat Romaida tenang.
Dan akhirnya saya merasa tenang walaupun melihat begitu banyak darah. Saya terus memandang kepada Tuhan. Saya percaya Tuhan yang kerjakan semuanya, Tuhan yang mampu tolong saya. Jam tujuh pagi akhirnya kami pergi ke rumah sakit dan bertemu dengan dokter. Dokter mengatakan bahwa ini memang harus dioperasi. Seperti dokter-dokter yang lain, empat dokter sebelumnya mengatakan bahwa ini adalah keadaan plasenta previa dengan kondisi tiga per empat. Bahkan saat itu keadaannya sudah menutupi seluruh jalan kelahiran.

Dokter mengangkat tangan jika penanganan dilakukan tanpa operasi.
Dokter itu juga menambahkan bahwa dia tidak mau mengambil resiko. Jika tidak dioperasi maka nyawa anak atau ibunya akan melayang, salah satunya dipertaruhkan. Disitu saya melihat bagaimana Tuhan mengendalikan segala sesuatunya. Saya juga heran karena saya tidak dilarikan ke ruang operasi. Di situ ada suster, perawat dan bidan yang membersihkan terus darah saya yang keluar. Ketika bidan ini sedang membersihkan, saya melihat kuasa Tuhan bekerja. Bidan itu mengatakan bahwa saluran keluar untuk anak saya ternyata terbuka. Dan tidak berapa lama kemudian anak saya itu langsung keluar. Tidak seperti proses melahirkan ibu-ibu lainnya yang terkadang berat, anak saya dengan mudah dapat keluar dengan hanya menangis kecil. Tubuhnya memang kecil namun segalanya berjalan dengan normal!.

Mujizat ini sungguh mengagetkan Benyamin.
Beberapa menit kemudian saya dipanggil oleh suster, saya diperlihatkan sesuatu. Ternyata itu adalah bayi kecil, besarnya sebesar botol coca cola. Suster itu mengatakan bahwa ini adalah anak saya. Saya sungguh-sungguh bergembira, ternyata prosesnya luar biasa. Saya sendiri tidak tahu lagi jika saya sedang berada di rumah sakit, saya mau melompat. Saya tidak peduli lagi ada orang-orang di sekitar saya karena saya begitu gembira.

Semua ini menjadi bukti penyertaan Tuhan.
Setelah itu saya merenungkan lagi semuanya. Proses sulit untuk mendapatkan anak yang pertama, lalu kejadian pada anak yang kedua. Saya melihat bahwa semuanya ini adalah penyertaan Tangan Tuhan, tidak ada lagi cara yang lain. Walau tidak saya katakan bahwa medis itu bersalah, tetapi kadang keadaan diijinkan terjadi di luar dugaan manusia, diluar kemampuan manusia.

Kini hidup Romaida dan Benyamin penuh ucapan syukur pada Tuhan.
Kami bersyukur kepada Tuhan untuk apa yang Tuhan sudah buat dalam keluarga kami. Kami melihat mujizatnya terjadi dalam keluarga kami.

Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1Korintus 2:9)

Sumber Kesaksian: Benyamin Tombe & Romaida

Halaman :
1

Ikuti Kami