Kisah Nyata Bocah yang Sembuh dari Autisme

Family / 30 December 2012

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Bocah yang Sembuh dari Autisme

evrianty Official Writer
29615

Jeffry Rompas (ayah): Tahun lalu, saya menghadiahkan dia sebuah situs. Dia mulai menulis di daily blogger nya dia. Tanpa saya dorong, dia bilang sendiri "Pa, nanti kalau saya umur ¼ abad, 25, pesta perak saya, saya mau menulis buku".

Oscar lahir dalam keadaan normal. Namun mulai usia 4 tahun, orang tuanya melihat bahwa ada perbedaan antara dia dan adiknya, Nikita.

Ira Dompas (ibu): Kami pulang, lalu Nikita, anak yang jauh lebih kecil, dia akan lari menjemput kita di pagar. Saya selalu tanya, "lho, kakaknya kemana?"...Ternyata Oscar punya keasyikan sendiri dimana kedatangan kita pun tidak membuat dia berhenti dan menyambut kita.

Ayah: Oscar itu lebih menyendiri, kemudian tidak pernah responsif kalau diajak bicara. Itu salah satu ciri khas anak yang dikatakan penyandang autis. Kita langsung membawa Oscar ke psikiater, dan mendapatkan jawaban bahwa Oscar menderita minimal brain damage.

Ibu: Dikatakan menderita penyakit itu, tentunya kita bertanya apakah dia pernah jatuh? Kemudian saya mengingat-ingat kembali apakah karena memang keturunan? Tapi kalau kita lihat-lihat, tidak ada.

Ayah: Agak pusing waktu itu. Seperti tidak percaya....mendengar minimal brain damage, saya pikir brain itu otak, dan damage itu rusak. Pikiran jadi macam-macam. Masa depan anak seperti ini bagaimana? Kemandiriannya, kemampuan dia untuk bermasyarakat, kemudian saya juga terpikir apakah anak semacam Oscar ini akan mendapat jodoh?

Di lingkungan sekitarnya, tingkah laku Oscar sering tidak bisa dimengerti, sehingga Oscar sering dipandang sebelah mata.

Oscar: Orang sering menganggap Oscar sebagai orang yang aneh. Dan maka dari itu mereka tidak segan-segan untuk mengasari Oscar.

Ayah: Yang tidak memahami anak-anak seperti ini akan bilang bahwa anak ini tidak ada sopannya, seperti masuk rumah orang begitu saja. Dia lalu dicap gila, dan dicap aneh... Itu agak menyakitkan. Saya dan istri dan keluarga mencoba mencari jawabannya, tentu dengan kepasrahan. Pasrah pada Tuhan dan berpikir ini pasti ada maksud baik, sehingga kemudian tidak lagi menjadi beban bagi saya.

Mereka memutuskan untuk terus merawat Oscar sambil terus berkonsultasi dengan seorang psikolog.  Beruntung, Oscar terus-menerus bertumbuh baik secara fisik maupun psikis sehingga
Oscar bisa kuliah di Jurusan Bahasa Inggris di Fakultas Ilmu Pendidikan di Universitas Atmajaya Jakarta. Tentu semuanya berkat rahmat dan karunia Tuhan.

Sister Digan (dosen): Pada awal semester, kalau kami punya diskusi kelompok, dia agak kesulitan masuk. Dia suka berdiri atau keluar. Tapi semester ini dia konsisten. Dari sejak awal sampai akhir semester ini, dia partisipatif, dan melakukannya dengan baik.


Dan pada bulan April 2007 lalu Oscar meluncurkan sebuah buku berisi pengalaman hidupnya yang berjudul "Autistic Journey" dan sampai sekarang menjadi berkat bagi orang banyak.

 Ayah: Kami berdua percaya bahwa anak itu adalah pemberian Tuhan, anak itu adalah rahmat. Sehingga kalau rahmat itu perlu disyukuri.

Ibu: saya sebetulnya sangat bersyukur karena Oscar juga kelihatan bisa tumbuh sebagaimana mestinya, dan kita juga tidak pernah mencoba menghalang-halangi atau menutup-nutupi apa yang menjadi keunikan Oscar.

Oscar: Tuhan Yesus terimakasih, karena Oscar sudah diberi talenta yang dapat membuat Oscar menjadi orang yang tegar seperti sekarang!


Sumber Kesaksian: Oscar Yura Dompas

Sumber : V121214132349
Halaman :
1

Ikuti Kami