Pemuda Lintas Agama di Sulut Pionir Kerukunan Indonesia

Nasional / 29 October 2012

Kalangan Sendiri

Pemuda Lintas Agama di Sulut Pionir Kerukunan Indonesia

Papa Henokh Hizkia Immanuel Simamora Official Writer
3831

Kerukunan umat beragama di Sulut memberi inspirasi bagi Pemuda Lintas Agama di daerah ini untuk menggagas pertemuan berskala nasional. Dalam momentum memperingati Hari Sumpah Pemuda, para generasi muda Bumi Nyiur Melambai ini menggelar Kongres Pemuda sekaligus sarasehan nasional dengan topic kerukunan Indonesia. Kegiatan yang menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan daerah ini dilaksanakan di Hotel Aryaduta Manado pada Sabtu, (27/10) mulai pukul 10.00 s/d 16.00 Wita.

Menariknya, hajatan keagamaan dan kemanusiaan ini mendapat perhatian luas media nasional. Setidaknya 50 wartawan dari media elektronik dan cetak akan mengabadikan hajatan monumental bagi pemuda Sulut ini.

Tidak itu saja, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulut memberi apresiasi tersendiri terhadap hajatan ini. Dalam percakapan yang dilaksanakan di Hotel Grand Hyatt Jakarta belum lama ini, Ketua FKUB Sulut Pdt Dr Nico Gara MA yang menilai, pertemuan ini akan lebih mempertegas bahwa Sulut menjadi pioneer dalam gerakan kerukunan beragama di Indonesia.

Respon positif juga disampaikan para petinggi pemuda lintas agama di Jakarta. Ini terlihat ketika tim melakukan silaturahmi dengan BUMI (Buddha Muda Indonesia), Pemuda Hindu, Pemuda Katolik, PP Pemuda Muhammadiyah dan DPP GP Ansor. ‘’Kami berharap kerukunan di sulut ini akan menjadi contoh di tingkat nasional. Apalagi dengan adanya aksi teror saat ini,’’ ujar Hendrik Kawilarang Luntungan.(MWP) 

Franz Magnis mengatakan, menciptakan kerukunan umat beragama merupakan tantangan bagi masyarakat Indonesia. Ini, kata dia, juga menjadi tantangan baru bagi pemuda Indonesia karena setiap generasi harus bisa memperbarui konsep kerukunan.

Dalam konteks kerukunan umat beragama, Hendrik Luntungan mengatakan, hanya beberapa daerah di Indonesia yang mampu menunjukkan hal itu, di antaranya Sulawesi Utara, Bali, dan Yogyakarta. Ketiga daerah itu, kata dia, harus menyebarluaskan aura kerukunan antarumat beragama ke seluruh pelosok negeri.

"Ini gerakan pluralisme besar-besaran yang kami buat agar bergaung ke Nusantara, bahwa Indonesia bukan negara agama, tapi bangsa yang hidup dengan keberagaman,” katanya. Oleh karena itu, kata dia, pemuda harus menjadi garda terdepan untuk menggaungkan semangat kerukunan beragama.

Sumber : manadopost / jp.mamora
Halaman :
1

Ikuti Kami