Seorang pendeta diturunkan paksa dari mimbar oleh dua pria di
Gereja HKBP Kayu Tinggi, Jakarta Timur.
Sebuah video beredar di media sosial yang mempertunjukkan
kericuhan di Gereja HKBP Kayu Tinggi, Jakarta Timur.
Dipertengahan jemaat sedang bernyanyi, seorang pendeta berbaju
hitam sedang naik ke atas mimbar untuk membagikan firman namun tiba-tiba dari
arah yang berlawanan, seorang pria berjas cokelat pun ikut naik ke mimbar. Di
atas mimbar, mereka pun saling dorong mendorong.
Seperti sedang berlomba-lomba tampil di depan mimbar, seorang
pria lainnya tiba-tiba datang dan menarik paksa pendeta berjubah hitam
tersebut.
Melihat kericuhan tersebut, para jemaat pun bubar dan
berteriak. Beberapa jemaat berusaha melerai tetapi beberapa jemaat lainnya
berteriak : "Turun...turun". Sayangnya permintaan itu tidak dituruti
sama sekali, sehingga suasana gereja semakin riuh sekali.
Selain itu, terlihat dari video, pria berjas cokelat sedang
menunjukkan hape kepada jemaat, seperti sedang memberitahukan sesuatu yang
penting. Namun karena suasana begitu ricuh, tak terdengar jelas apa yang
dikatakan.
Dikutip dari TribunNews, menurut informasi yang beredar, kericuhan ini diduga berkaitan dengan keuangan gereja.
Pasalnya, sebuah foto yang berisi jemaat memegang spanduk
beredar di Whatsapp. Dalam spanduk tersebut di tuliskan "Pindahkan Pdt.
Haposan Sianturi Secepatnya dari HKBP Resort Kayu Tinggi."
Nggak cuma itu, dalam spanduk tersebut juga ditulis alasannya secara detail, yaitu kasbon dana pembangunan gereja, selisih uang kas, serta adanya sejumlah uang pembayaran kepada pendeta tersebut.
Tidak hanya foto spanduk saja,
juga beredar surat laporan yang ditujukan kepada Pdt. Darwin Lumbantobing
selaku Ompu i Ephorus HKBP, agar memindahkan Pdt. Sitorus dari HKBP Ressort
Kayu Tinggi.
Ketika dihubungi oleh pihak Tribun
mengenai hal ini, tak satupun yang memberikan informasi.
Ketika dihubungi oleh Tribun Medan, Sekjen HKBP Pdt. David
Sibuea mengaku tidak bisa menanggapi.
"Secara prosedur saya tak bisa tanggapi. Lebih baik
tanyakan ke Praeses (pimpinan distrik HKBP) langsung," ucapnya.
Ketidakharmonisan di gereja tersebut diduga sudah berlangsung sejak lama. Hal itu terlihat dari
surat yang diberikan kepada Ephorus HKBP, dimana tertanggal 22 April 2019.
Semoga kejadian ini menjadi sebuah pelajaran bagi para pendeta
di mana pun berada ya. Kita berdoa agar para pendeta dan semua pelayan Tuhan
memiliki integritas dalam melayani, apalagi soal
uang.