"Radikalisme bisa datang dalam banyak bentuk yang
berbeda. Salah satunya bisa sebagai muslim pendukung ISIS, dan lainnya seorang
rasis sayap kanan. Kita perlu menggunakan standar yang konsisten dalam hal
menyebut suatu insiden sebagai terorisme atau tidak," tuturnya seperti
dikutip kantor berita AFP, Jumat (19/6/2015).
Direktur organisasi Southern Poverty Law Center, Richard Cohen juga menilai
bahwa serangan tersebut haruslah masuk dalam kategori terorisme. "Sejak
9/11 (serangan teroris 11 September 2001 di New York -red), negara kita telah
terpaku pada ancaman terorisme jihad. Namun tragedi mengerikan di Emanuel AME
mengingatkan kita bahwa ancaman terorisme yang tumbuh di dalam negeri adalah
sangat nyata," kata Cohen.
Tragedi penembakan massal di gereja di Charlestoncterjadi
di tengah meningkatnya ketegangan rasial di Amerika Serikat. Ketegangan terjadi
menyusul beberapa insiden tewasnya warga kulit hitam di tangan polisi-polisi
berkulit putih. Penembakan yang terjadi pada Rabu (17/6) malam waktu setempat
itu, disebut sebagai serangan terburuk di tempat ibadah AS dalam kurun waktu 24
tahun. Kepolisian setempat menyatakan penembakan ini sebagai kejahatan karena
kebencian bermotif rasial.
Gereja Emanuel AME merupakan salah satu gereja terbesar dan tertua bagi warga
kulit hitam di wilayah tersebut. Gereja yang selesai dibangun pada tahun 1891
itu dianggap sebagai gedung yang sangat bersejarah. Penembakan ini mengingatkan
pada pengeboman di gereja Afrika-Amerika di Birmingham, Alabama, yang menewaskan empat anak perempuan pada tahun 1960-an silam.