Di dunia yang serba cepat ini, kita dengan mudah memberi penilaian terhadap orang lain. Tanpa disadari, kita bisa ikut mengomentari, mengkritik, atau membentuk kesimpulan atas hidup seseorang, bahkan ketika kita tidak benar-benar mengenalnya. Namun, firman Tuhan memberi peringatan yang sangat jelas:
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” (Matius 7:1)
Yesus tidak hanya melarang kita menghakimi. Ia menegaskan bahwa cara kita menilai orang lain akan menjadi ukuran bagi kita juga (Matius 7:2). Itu sebabnya, sikap menghakimi bukan hanya merusak hubungan, tetapi juga menjauhkan kita dari hati Tuhan.
Mengapa Kita Sering Menghakimi?
Menghakimi orang lain sering lahir dari rasa aman yang palsu—seolah-olah kita tampak lebih benar, lebih baik, atau lebih rohani ketika menemukan kesalahan pada orang lain. Tetapi Yesus mengingatkan:
“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Matius 7:3)
Ketika fokus kita tertuju pada kesalahan orang lain, kita justru lupa memeriksa hati sendiri. Kita menjadi hakim, padahal kita sendiri hanya manusia yang juga hidup dari anugerah.
Panggilan Kita Bukan Menjadi Hakim, Tetapi Pelayan
Yesus menunjukkan jalan yang berbeda. Alih-alih duduk di kursi hakim, Ia turun, berlutut, dan membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:14-15). Ia tidak datang untuk menghakimi, melainkan untuk melayani (Markus 10:45).
Menjadi pelayan berarti:
1. Berusaha Memahami, Bukan Menghukum
Daripada cepat mengambil kesimpulan, kita diajak untuk mendengarkan dan mengerti pergumulan seseorang. Kasih selalu berusaha memahami sebelum menilai.
2. Memberi Pertolongan, Bukan Kritikan Kosong
Orang yang melayani tidak mencari-cari kesalahan, tetapi mencari cara untuk menolong. Pelayan bukan hanya melihat kelemahan, tetapi mau hadir untuk menopang.
3. Membagikan Kasih Karunia yang Pernah Kita Terima
Jika Tuhan tidak memperlakukan kita berdasarkan kesalahan kita, mengapa kita melakukannya kepada orang lain? Kita adalah penerima kasih karunia dan itu yang juga harus kita bagikan.
Membangun Komunitas yang Dipenuhi Kasih, Bukan Penghakiman
Bayangkan gereja dan komunitas Kristen menjadi tempat di mana setiap orang dapat bertumbuh tanpa takut dikritik atau direndahkan. Tempat di mana orang gagal, tetapi tidak dihukum—melainkan dikasihi.
Inilah tubuh Kristus yang dewasa:
bukan kumpulan hakim rohani, melainkan keluarga yang saling melayani dalam kasih.
“Yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” (1 Petrus 4:8)
Ketika kita berhenti menghakimi dan mulai melayani, kita bukan hanya mengubah cara kita memperlakukan orang lain, kita sedang mencerminkan hati Yesus di dunia ini. Dan dunia sedang sangat membutuhkan itu.
Biarlah yang terangkat dari tangan kita bukan palu hakim, tetapi tangan yang mengulurkan kasih Kristus.
BACA JUGA:
Sherly Tjoanda, Sosok Pemimpin yang Punya Hati untuk Melayani Masyarakat Maluku Utara
Live Chat
Phone / SMS
0811 9914 240
0817 0300 5566
Whatsapp
0822 1500 2424