Pelangi, Simbol Kaum LGBT atau Simbol Janji Tuhan dalam Kekristenan?

Pelangi, Simbol Kaum LGBT atau Simbol Janji Tuhan dalam Kekristenan?

Claudia Jessica Official Writer
1619

Bagi banyak orang Kristen, pelangi mengingatkan kita pada kisah Nuh, sebuah tanda perjanjian Tuhan bahwa Ia tak akan lagi membinasakan bumi dengan air bah lagi. Tapi sekarang, pelangi juga sering dikaitkan dengan hal lain, terutama dalam konteks identitas dan komunitas LGBTQIA+.

Di Indonesia sendiri, gerakan ini memang sudah cukup dikenal. Banyak orang sudah mulai terbuka soal orientasi seksual dan identitas gender mereka. Namun, berbeda dengan beberapa negara lain, kita masih jarang melihat simbol pelangi dipasang di ruang publik secara terang-terangan.

Lalu mungkin muncul pertanyaan, kenapa pelangi menjadi simbol komunitas LGBTQIA+? Apa hubungannya pelangi dengan Pride Month?

Sebagai orang percaya, bagaimana seharusnya kita memandang hal ini? Terlebih lagi kita tahu bahwa pelangi itu pertama kali muncul sebagai tanda kasih dan janji Tuhan?

Asal-Usul Pelangi dalam Alkitab

Pelangi pertama kali disebut dalam Kejadian 9:13-17, tak lama setelah air bah besar yang melanda seluruh bumi. Tuhan berkata kepada Nuh, "Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi." (Kejadian 9:13)

Bagi umat Kristen, pelangi adalah lambang kasih karunia Tuhan yang merupakan janji bahwa Ia tidak akan lagi memusnahkan bumi dengan air. Pelangi bukan sekadar fenomena alam yang indah, melainkan sebuah pengingat bahwa Tuhan mengasihi umat-Nya dan mengikat janji damai dengan seluruh makhluk hidup.

Jadi, setiap kali kita melihat pelangi setelah hujan, seharusnya hati kita pun ikut diingatkan pada kebaikan Tuhan yang tidak pernah berubah.

Dari Simbol Alkitab ke Simbol Komunitas LGBTQIA+

Seiring waktu, pelangi mulai dipakai dalam konteks yang berbeda. Di tahun 1978, seorang seniman bernama Gilbert Baker menciptakan bendera pelangi sebagai simbol kebanggaan dan keberagaman untuk komunitas LGBTQIA+.

Warna-warna yang ada punya arti masing-masing, mulai dari kehidupan, penyembuhan, cahaya, sampai semangat. Meski bendera ini muncul di Amerika Serikat, gaungnya kini terasa secara global.

Meskipun di Indonesia tidak seramai di luar negeri, kita tetap bisa melihat hal-hal yang terkait dengan komunitas LGBTQIA+ di media sosial, komunitas, dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu, Bagaimana Orang Kristen Menyikapi Simbol Pelangi?

Sebagian orang Kristen mungkin ada merasa bingung maupun ragu saat melihat pelangi dipakai dalam konteks yang berbeda dari yang dituliskan dalam Alkitab. Tapi penting untuk diingat bahwa makna asli pelangi tidak pernah berubah di hadapan Tuhan.

Pelangi tetaplah milik Tuhan. Ia yang menciptakannya dan memberikan makna spiritual yang begitu dalam lewat simbol pelangi.

Jadi, ketika kita melihat pelangi, kita tidak harus langsung tersulut emosi atau takut bahwa simbol ini telah “diambil alih.” Justru ini jadi kesempatan untuk kembali mengingatkan diri sendiri (dan mungkin juga orang lain) tentang arti pelangi menurut Alkitab.

Menanggapi dengan Kasih, Bukan Kebencian

Sebagai pengikut Kristus, kita diajarkan untuk mengasihi tanpa syarat. Artinya, kita harus setuju dengan semua pandangan atau gaya hidup yang disetujui oleh dunia, termasuk Pelangi yang identik dengan simbol LGBTQIA+.

Kasih adalah jalan yang Tuhan ajarkan dan kasih yang mengedepankan pengertian, bukan penghakiman.

Di tengah perbedaan pandangan ini, penting bagi kita untuk tetap berdiri dalam kebenaran firman Tuhan, tapi dengan sikap yang rendah hati dan penuh kasih. Kita bisa menjadi terang, bukan dengan memaksakan kebenaran, tapi dengan menunjukkan kehidupan yang mencerminkan kasih Tuhan.

Pelangi, Simbol yang Tetap Kudus

Pelangi adalah ciptaan Tuhan dan tidak ada satu pun yang bisa mengubah makna sejatinya di mata Tuhan. Sebagai orang Kristen di Indonesia, kita diundang untuk melihat pelangi seperti Tuhan melihatnya, yaitu sebagai tanda kasih dan perjanjian yang kekal.

Mari kita tetap setia pada firman Tuhan, dan belajar menanggapi zaman ini dengan bijak. Bukan dengan rasa takut atau kebingungan, tapi dengan kasih dan kepekaan akan kebenaran yang sejati.

 

Sumber : crosswalk.com

Ikuti Kami