Meme Anomali di TikTok: Tren Absurd yang Viral Ini Bahaya Bagi Anak

Meme Anomali di TikTok: Tren Absurd yang Viral Ini Bahaya Bagi Anak

Claudia Jessica Official Writer
2891

Beberapa waktu belakangan, media sosial ramai dengan video-video karakter aneh dan menggelikan.

Mulai dari balerina berkepala secangkir kopi, ikan hiu yang memiliki kaki dan memakai sepatu, hingga pesawat dengan kepala buaya.

Tren ini dikenal dengan nama meme anomali, dan kini tengah viral di kalangan Gen Alpha. Sekilas, meme anomali ini mungkin tampak lucu dan menarik.

Namun, para ahli mengingatkan bahwa dibalik kelucuannya, tren ini dapat memberi dampak negatif, terutama bagi anak-anak.

Untuk memahami bahayanya, mari kita kenali dulu seperti apa tren ini sebenarnya.

Apa Itu Meme Anomali?

Tren ini punya istilah tersendiri, yaitu Italian Brainrot. Karakter-karakternya merupakan hasil manipulasi visual menggunakan teknologi AI, yang menggabungkan unsur manusia, hewan, dan benda mati menjadi sosok-sosok absurd.

Salah satu contohnya adalah “Ballerina Cappuccina” yang digambarkan dengan tubuh balerina dan kepala secangkir kopi yang memiliki ekspresi wajah.

Gambar: Meme Anomali - Ballerina Cappucica

Tampilannya yang unik dan absurd ini membuat meme anomali menjadi sangat menarik perhatian anak-anak.

Bahkan, saat ini muncul challenge untuk menebak karakter-karakter ini di TikTok.

Namun, di balik daya tarik visual tersebut, ada hal yang perlu diwaspadai oleh para orang tua.

Mengapa Ini Bisa Berbahaya?

Melansir dari kompascom, Dr. Taufiq Pasiak, seorang ahli otak dan Dekan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta, tren meme anomali bisa menjadi berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan oleh anak-anak.

Hal ini disebabkan oleh kondisi otak anak yang belum sepenuhnya berkembang. Anak-anak masih kesulitan membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan.

Akibatnya, mereka bisa mulai percaya bahwa dunia yang tidak masuk akal seperti itu memang benar-benar ada.

Tidak berhenti di situ, sebagian konten anomali lainnya juga mulai mengandung unsur yang tidak pantas, seperti kekerasan, perselingkuhan, hingga tema seksual yang dikemas dalam bentuk visual yang terlihat menggemaskan dan lucu.

Inilah yang membuatnya semakin berisiko, karena anak-anak bisa saja menyerap pesan-pesan negatif tersebut tanpa sadar.

Selain itu, efek lain dari cara penyajian konten ini juga bisa berdampak pada perkembangan anak.

Efek Lain yang Perlu Diwaspadai

Video-video meme anomali umumnya berdurasi sangat singkat, namun dikonsumsi secara berulang-ulang. Pola ini bisa memicu overstimulasi pada otak anak.

Artinya, otak anak menjadi terbiasa dengan alur informasi yang cepat dan instan.

Efek jangka panjangnya, anak bisa mengalami kesulitan konsentrasi dan tidak betah saat harus membaca, belajar, atau melakukan aktivitas lain yang menuntut fokus lebih lama.

Situasi ini tentu perlu menjadi perhatian serius, apalagi di tengah era digital yang sangat cepat berubah dan penuh dengan informasi instan.

Jadi, Perlukah Anak-Anak Nonton Meme Anomali?

Lalu, apakah anak-anak harus dilarang total menonton konten seperti ini? Tidak juga.

Menurut Dr. Taufiq, menonton konten meme anomali tetap boleh, selama ada pengawasan orang tua dan durasi menontonnya dibatasi.

Oleh karena itu, orang tua harus aktif memberi penjelasan bahwa video tersebut hanyalah hasil dari imajinasi dan kecanggihan AI, bukan dunia nyata yang patut dipercaya apalagi ditiru.

Sebagai orang percaya, kita diingatkan dalam 2 Timotius 4:3-4 bahwa, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”

Ayat ini sanggat menggambarkan kondisi hari ini dengan tepat, dimana berbagai konten digital membuat kita juga anak-anak menjauh dari kebenaran dan larut dalam hiburan yang menyesatkan.

Maka, peran orang tua bukan hanya mengawasi layar, tapi juga membimbing hati dan pikiran anak-anak agar tetap berakar pada Firman.

Sumber : Kompas

Ikuti Kami